Depan > Artikel > Keluarga

Anak-anak Hobi Jajan? Jangan Dianggap Sepele!

Publikasi: 09/04/2002 16:51 WIB

eramuslim - Anto, sebut saja begitu, belakangan ini nyaris tidak doyan makan. Tapi bukan berarti anak usia empat tahunan itu tak suka makanan jajanan, khususnya makanan-makanan kemasan yang mengandung MSG (mono sodium glutamat) alias zat penggurih kimiawi. Tentu saja ibu Anto jadi uring-uringan. Pasalnya sejak anak itu senang jajan yang menyebabkannya sulit makan, pertumbuhan badannya cenderung lambat. Eksesnya tentu saja ada, Anto jadi rentan terhadap penyakit.

Tak jarang ibu Anto main keras, memaksa anak itu untuk menelan makannya (nasi dengan lauk dan sayuran -- pen). Dengan takut dan menangis akhirnya memang sesendok demi sesendok makanan itu ditelan. Tapi tak jarang setelah itu makanan yang disuapkan ibunya dimuntahkan Anto kembali. Sang Ibu terang tak sabaran lagi. Tangannya jadi kian ringan terhadap Anto. Akhirnya nyaris setiap hari berlangsung adegan rutin. Selama menyuapi Anto, ibunya terus mengomel dan sang anak terus menangis.

Namun setelah Anto beberapa kali terserang panas tinggi dan kejang, ibunya tak tega untuk memarahi anaknya setiap hari. Walaupun si ibu menyadari, itu bukan solusi terbaik agar Anto dapat kembali menyenangi makan makanan natural (sayuran, daging, ikan, dan sebagainya).

Kasus Anto memang jadi pelajaran berharga buat para orangtua, khususnya kaum ibu. Bahwa kebiasaan jajan pada anak-anak jangan dianggap sepele. Karena itu sejak dini, para ibu sebaiknya tidak me-los-kan anak-anak mereka dengan uang jajan berlebihan. Sebab, kebiasaan jajan pada anak-anak bukan hanya merugikan ekonomi rumahtangga, tapi juga akan mengancam kesehatan dan pertumbuhan fisik serta kecerdasan anak.

Untuk menghindari hobi jajan pada anak yang lebih parah, di bawah ini ada sedikit panduan praktis sederhana yang mudah-mudahan bisa membantu para ibu.

1. Sering-seringlah berdialog dengan anak secara bijak, tentang efek buruk dari makanan kemasan maupun makanan jajanan yang di-ler di luaran. Entah itu soal kandungan yang terdapat dalam makanan kemasan, maupun soal higinitas makanan jajanan "tradisional". Dengan begitu ibu sebaiknya juga memahami tentang zat-zat beresiko tinggi bagi pertumbuhan anak yang terkandung dalam makanan kemasan, misalnya soal bahaya MSG dan zat pewarna makanan.

2. Dampingilah anak-anak ketika melihat tayangan iklan-iklan beragam makanan pabrik yang sangat bombastis di tivi. Katakanlah pada mereka dengan bijak, bahwa tidak semua makanan pabrik itu lebih unggul dari makanan asli (natural). Juga katakan pada anak-anak, tentang kemungkinan bahayanya jika keseringan mengkonsumsi makanan pabrik.

3. Usahakan sejauh itu mampu dilakukan, ibu membuat penganan sendiri yang sederhana setiap hari. Atau sekali-sekali mengajak anak-anak bertamasya dengan membawa bekal dari rumah. Sebab makanan rumah, jelas lebih terjamin higinitasnya. Dengan itu juga diharapkan, anak-anak cinta dengan makanan produk rumah/ibu.

4. Kalaupun ingin memberikan uang jajan pada anak, berilah sepantasnya sembari diarahkan untuk tidak membeli makanan yang tidak terjamin kebersihan maupun kandungan gizinya. Tentu saja bersamaan dengan itu, sikap amanah harus terus ditanamkan pada anak.

5. Berilah pujian atau hadiah bagi anak-anak yang disiplin, dalam arti tidak membelanjakan uangnya untuk membeli jajanan yang dilarang orangtua.

6. Giatkan budaya menabung dalam keluarga dan berilah penghargaan yang pantas bagi anak-anak yang paling rajin menabung.

7. Mungkin sesekali anak-anak perlu diajak menengok anak-anak yang sakit akibat kekurangan gizi, atau sakit akibat mengkonsumsi makanan pabrik secara berlebihan. Akan lebih baik tentunya, jika para ibu menggalang kegiatan rutin misalnya menggelar dialog kesehatan keluarga yang membahas tentang bahaya makanan pabrik bagi perkembangan pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Wallahu a'lamu bishshowab. (sultoni)

Lainnya

Pembantu Rumah Tangga, Pahlawan Tanpa PujianKeluarga SemutRumah Tangga Aman, Jaga Komunikasi!Rihlah Kelurga, Asyik dan PerluIbarat Bulan Madu Yang Diperpanjang ...Rumah Muslim Kotor? No Way!Kecil Dibuai, Besar "Dibantai"
Kontak | Peta Situs
Telusur Arsip:
 

BeritaAnalisaAspirasiGaleriArtikelKonsultasi

Oase ImanUst. MenjawabKeluarga

JurnalistikArsitekturTek. InformasiSehat

Belanja

Webmail

Info PemiluTerpopuler hari ini