Depan > Artikel > Keluarga

Ibarat Bulan Madu Yang Diperpanjang ...

Publikasi: 13/03/2002 08:58 WIB

eramuslim - Anak adalah buah kasih bagi setiap pasangan suami istri. Kehadirannya menyejukkan seperti angin pada alam, indah bagai bunga pada taman, semerbak mewangi seharum kesturi, dan menghadirkan suasana damai, ceria penuh keriangan canda. Sehingga, banyak pasangan suami istri yang begitu bertambah cintanya kepada pasangannya ketika bunga-bunga harapan itu hadir. Tidak sedikit pasangan yang sebelumnya sedikit mengalami keretakan hubungan, kembali hangat dan mesra.

Namun tidak demikian bagi pasangan yang belum diberi kesempatan dan amanah oleh Allah untuk mendapatkan anak, meski usia perkawinannya sudah memasuki tahun ke lima. Berbagai cara dan upaya pengobatam dilakukan oleh kedua pasangan suami istri, namun hasilnya tetap nihil. Tidak jarang, hal ini juga menyebabkan keretakan ataupun hubungan yang kurang harmonis diantara pasutri.

Hal ini tentu masuk akal, terutama bagi anda yang sudah menikah pasti merasakannya. Setelah menikah, orang tua, mertua, sanak famili, kerabat, para tetangga tentu tidak akan pernah bertanya, sudah punya rumah belum? mobilnya type apa? tabungannya di bank seberapa banyak? Karena pasti yang ditanyakan adalah soal anak, (istrinya) sudah hamil belum?

Tentu ini menyakitkan, belum lagi ejekan-ejekan atau lebih tepatnya candaan dari rekan-rekan atau kerabat dekat seputar maksimalisasi kita dalam berusaha memiliki anak. Tentu, meski kita pun ikut tertawa dan mengelak sejadi-jadinya dengan berbagai argumen, hati ini begitu terasa pedih bahkan kecewa. Bukan tidak mungkin terkadang kita khilaf menganggap Allah yang Maha Adil dan Bijaksana itu tidak berlaku adil terhadap kita. Na'udzubillaahi min dzaalika ...

Bagi anda yang belum dikarunia seorang buah hati oleh Allah, sabar adalah menjadi kata yang patut diamalkan secara maksimal. Boleh jadi, ujian untuk kita bersabar menunggu kehadiran anak merupakan 'pelajaran' gratis dari Allah agar kelak kita juga bersabar dalam mendidik anak dengan segala tingkah dan perangainya.

Tentunya Allah sangat Maha Tahu kapan waktu terbaik bagi setiap pasutri dikaruniai keturunan. Oleh karena itu, sebaiknya setiap pasutri “memanfaatkan” semaksimal mungkin kondisi masih berduaan saat ini ibarat bulan madu yang diperpanjang Allah swt.

Perlu diketahui pula, sesungguhnya banyak pasangan berumah-tangga yang justru tatkala dikaruniai Allah timangan, malah kemudian semacam menyesal kenapa Allah “terlalu cepat” memberikan beban anak. Padahal mereka berdua belum puas dengan masa bulan madu mereka. Jadi seolah anak hanya dirasakan sebagai beban belaka.

Disamping itu barangkali ada baiknya setiap pasutri yang dalam keadaan belum diberikan amanah melakukan sebanyak mungkin introspeksi diri atau muhasabah. Coba tanya kepada diri masing-masing: “Ya Allah apa gerangan sifat baik yang belum saya miliki dan kembangkan sehingga kok Engkau belum mempercayakan karunia keturunan kepada kami berdua?” Atau sebaliknya: “Ya Allah apa gerangan sifat buruk yang masih ada di dalam diriku dan belum berhasil aku hilangkan sehingga Engkau belum mempercayakan amanah keturunan kepada kami berdua?”

Sebab tidak jarang ada pasangan yang tidak menyesali sifat buruk yang melekat pada dirinya padahal sifat tersebut sangat tidak mendukung proses pendidikan anak. Namun mereka khawatir sifat itu akan ditiru oleh anak mereka sedangkan mereka merasa tidak berdaya menghilangkan sifat buruk itu.

Ada sisi lain lagi yang perlu menjadi perhatian kita. Yaitu, barangkali Allah memandang kita, pasutri, belum terlalu bersungguh-sungguh meminta dan memohon kepada Allah swt. Ada sebuah riwayat dimana seorang hamba begitu khusyu' berdo'a kepada Allah dengan do'a yang itu-itu saja.

Pada suatu ketika malaikat yang bertugas menghantar do'a itu kepada Allah berkata: “Ya Allah, hamba-Mu si Fulan lagi-lagi berdo'a dengan sangat khusyu'nya kepada Engkau dengan do'a yang itu-itu lagi. Apakah tidak saatnya sekarang Engkau mengabulkan do'anya?” Maka Allah menjawab: “Hai malaikat tugasmu hanya menghantar do'anya kepadaKu. Adapun soal mengabulkannya merupakan urusanKu. Sebab Aku sangat tahu keadaan hambaKu tatkala berdo'a dan memohon kepadaKu. Dan Aku pasti akan mengabulkan do'anya kelak, tapi saat ini Aku masih sangat senang mendengar suara do'a dan permohonannya kepadaKu.”

Di antara do'a yang sangat baik untuk memperoleh keturunan adalah doa yang dibaca oleh Nabi Zakariya as di dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 38 yang berbunyi: “Rabbi habli mil-ladunka dzurriyyatan thoyyibah, innaka antas-sami’ud-du’aa.” Artinya: “Ya tuhanku karuniakanlah kepadaku dari sisi Engkau keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a.”

Percayalah, Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan do'a hamba-Nya apabila ia memohon hanya kepada Allah swt dan ia iringi permohonannya dengan meningkatkan ketaatan dalam menerapkan syariat-Nya. “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS 2:186). (bayu/ihsan tanjung dan istri)

Lainnya

Rumah Muslim Kotor? No Way!Kecil Dibuai, Besar "Dibantai"Waspadai AutismeMemandang Istri Menuai RahmahMenguji Ketulusan Suami-Istri, Mudah!Agar Anak Tidak Maniak TVLangkah Membesarkan Anak Bagi Ayah Ibu Bekerja
Kontak | Peta Situs
Telusur Arsip:
 

BeritaAnalisaAspirasiGaleriArtikelKonsultasi

Oase ImanUst. MenjawabKeluarga

JurnalistikArsitekturTek. InformasiSehat

Belanja

Webmail

Info PemiluTerpopuler hari ini