Depan > Artikel > Keluarga

Jangan Ajari Anak-anak Menjadi Lemah dan Penggunjing

Publikasi: 25/12/2001 16:39 WIB

eramuslim - Tidak ada orangtua yang dengan sengaja menginginkan anak-anaknya tumbuh lemah (secara fisik), menjadi pengumpat atau pengadu domba. Karena karakter tersebut, merupakan sifat negatif yang sebisa mungkin wajib dihindari.

Namun pada kenyataannya banyak orangtua yang mengeluhkan kelemahan anak mereka. Atau terkejut begitu mengetahui anak-anak mereka memiliki watak pengumpat atau penggunjing. Para orangtua sebetulnya tidak menginginkan pertumbuhan anak-anak mereka seperti itu. Tapi sadar atau tidak, sengaja atau tidak disengaja, tak sedikit para orangtua sesungguhnya telah menggiring kepribadian anak-anak mereka terbentuk seperti tersebut di atas.

Lemah Fisik
Jika tak ada sebab-sebab klinis anak menjadi lemah, maka kemungkinan penyebab utamanya adalah, pola pendidikan orang tua. Banyak orangtua yang tidak menyadari telah menerapkan pola pengawasan super ketat pada anak-anaknya sejak kecil. Misalnya karena khawatir anaknya masuk angin atau kedinginan, lalu memakaikan pakaian berlapis-lapis pada anak dan melarangnya bermain-main.

Ada bahkan seorang ibu yang hampir selalu mengatakan "jangan" pada anaknya. "Nak jangan main air, nanti pilek!" - "Nak, jangan main di tanah, nanti cacingan!" atau "Nak, jangan pakai kaos tipis, nanti masuk angin!" Pokoknya kata "jangan" menjadi senjata pamungkas orangtua untuk mencegah kebebasan anak bermain.

Begitupun ketika membawa anak-anak ke tempat rekreasi, mereka melarang anak-anak bebas berlarian dan memanjat pohon. Atau ketika menjelang malam hari, mereka melarang anak-anak mereka keluar rumah untuk mengaji atau ke masjid misalnya. Anak-anak akhirnya harus mengurung dirinya di rumah sampai besok pagi, karena kekhawatiran orangtua yang berlebihan.

Tahukah Anda, bahwa Islam menganjurkan kita untuk mengajarkan anak-anak tumbuh kuat dan berani. Rasulullah sendiri dalam salah satu hadits beliau memerintahkan orangtua untuk mengajarkan anak-anak mereka berenang, memanah dan menunggang kuda.

Diriwayatkan Rasulullah pernah melihat anak-anak kecil berlomba lari di alam terbuka. Maka beliau menyemangati mereka dan bahkan ikut berlomba dengan anak-anak tersebut.

Orangtua yang selalu dihantui ketakutan anak-anak mereka kotor, sakit, dan sebagainya, pada hakikatnya telah membentuk anak-anak mereka menjadi lemah. Bahkan pada saat si anak besar, ia mungkin mudah sakit-sakitan.

Seharusnyalah para orang tua mendorong anak-anak mereka menjadi enerjik, tegar dan tahan banting. Biasakan anak-anak memakai pakaian yang "kasar", tidur di atas hamparan yang keras, naik gunung, menjauhkan kemewahan, tidak dimanjakan dengan mainan-mainan otomatis. Bahkan kepada anak-anak harus diajarkan sekali-sekali makan "nasi tanpa lauk" misalnya, sebagai upaya menanamkan anak-anak agar memiliki empati pada nasib saudara-saudara mereka yang tidak beruntung. Bukankah Rasulullah ketika kecil biasa hidup di gurun pasir terbuka, berpakaian bahan kasar, dan tidur di atas hamparan yang keras?

Sifat Pengumpat/Penggunjing
Boleh jadi banyak orangtua yang tidak menyadari ketika mereka mengeluarkan umpatan atau kata-kata kasar di depan anak-anak mereka, sesungguhnya mereka telah mengajarkan anak-anak berlaku kasar. Pengumpat atau penggunjing pada hakikatnya merupakan sifat-sifat buruk yang diancam neraka oleh Allah SWT.

Orang-orang penggunjing bahkan oleh Al Qur'an disamakan dengan orang yang memakan daging/bangkai saudaranya sendiri (QS 49:12). Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya menceritakan ancaman bagi kaum penggunjing.
"Ketika aku dimi'rajkan, aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka merobek-robek muka dan dada mereka dengan kuku-kuku itu. Lalu aku bertanya: Wahai Jibril, siapakah mereka itu? Jibril menjawab: Mereka adalah orang-orang yang memakan daging saudara mereka sendiri dan melanggar kehormatan mereka."

Karena itu pada orangtua betul-betul diingatkan untuk tidak gampang melakukan sumpah-serapah, mengumpat, atau menggunjing dan mengadu domba, padahal anak-anak mereka menyaksikan perilaku buruk itu. Betapapun misalnya, mereka betul-betul dalam keadaan emosi atau marah besar kepada seseorang. Bersihkanlah atmosfer rumah-tangga kita dari limbah-limbah yang akan mengancam kita masuk ke neraka.

Jangan lagi terdengar kata-kata di depan anak-anak kita, misalnya "Uuuh dasar berengsek luh, anak bodoh, tidak tahu diuntung!" Na'udzu billah min dzalik. Semoga kata-kata itu tidak pernah terucap dari mulut-mulut kita. Karena sekali ia terucap, sementara anak-anak menyaksikannya, maka ia akan menjadi pelajaran yang akan terhunjam kuat di hati anak-anak kita.

Peliharalah rumah-rumah tangga kita, agar steril dari ucapan-ucapan yang tidak bermartabat itu. Agar keluarga kita terpelihara dari ancaman neraka. Bukankah Al Qur'an memerintahkan kita untuk memelihara diri dan keluarga kita dari api neraka? Yaa Allah Robbul 'Izzati, peliharalah kami dan keturunan kami dari berlaku kasar dan berbuat curang, amien...! (sultoni)

Lainnya

Awal Pernikahan, Antara Realitas dan Ilusi"Sirami Bunga Kita Dengan Cinta"Adillah Kepada Istri...Hukuman Fisik Bagi Anak, Perlukah?Romantisnya RasulullahAnak Ogah Makan, Salah OrangtuaKiat Memberi Obat Pada Balita
Kontak | Peta Situs
Telusur Arsip:
 

BeritaAnalisaAspirasiGaleriArtikelKonsultasi

Oase ImanUst. MenjawabKeluarga

JurnalistikArsitekturTek. InformasiSehat

Belanja

Webmail

Info PemiluTerpopuler hari ini