Depan > Artikel > Keluarga

Rumah Muslim Kotor? No Way!

Publikasi: 11/03/2002 17:04 WIB

eramuslim - Islam itu indah dan memerintahkan para pemeluknya membangun dan memelihara keindahan dengan segenap daya upaya. Baik itu keindahan lingkungan, keindahan tutur kata, maupun keindahan dalam bertindak dan bertingkah laku. Sejumlah ayat Al Qur'an maupun hadits-hadits Rasulullah SAW mengisyaratkan tentang hal itu.

Khusus soal memelihara keindahan lingkungan, Islam senantiasa menekankan aspek tersebut. Kata-kata "janganlah berbuat kerusakan di muka bumi" sebagaimana termaktub di beberapa ayat di dalam Al Qur'an, adalah isyarat agar manusia memelihara bumi Allah yang indah dan nyaman ini dari upaya-upaya yang akan merusaknya.

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat. Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Hadits Rasulullah yang menyoroti masalah tersebut juga cukup banyak. Salah satunya misal, "Allah itu indah dan menyukai keindahan."

Membincang masalah keindahan, tentu saja tidak melulu dalam sekup makro. Dalam ruang lingkup mikro, diri dan lingkungan terdekat (yang dimaksud adalah suasana rumah -- pen) tentu menjadi hal yang sangat penting dan harus didahulukan. Logikanya, aneh jika ada orang mati-matian bicara soal memelihara lingkungan alam, tapi memelihara lingkungan rumahnya tidak becus. Sama anehnya, orang-orang ribut ketika terjadi pembunuhan massal terhadap satwa hutan dan laut. Tetapi mereka tidak pernah ribut ketika ribuan kaum Muslimin dibantai di berbagai belahan dunia.

Keindahan adalah identik dengan kebersihan. Kebersihan rumah dan para penghuninya adalah satu paket tentunya. Rumah yang bersih tapi para penghuninya tidak bersih, tentu saja hal yang hampir tak mungkin terwujud.
Dan dapat dipastikan, bahwa kenyamanan rumah adalah lahir dari kebersihan.

Dalam hal rasa nyaman di rumah, Rasulullah SAW mengisyaratkan, bahwa hal itu merupakan salah satu wujud kebahagiaan dunia seseorang. "Ada empat hal yang menjadi sumber kebahagiaan: Isteri yang sholihah, rumah yang luas, tetangga yang shalih, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal lainnya yang menjadi sumber kesengsaraan: "Tetangga yang jahat, isteri yang berhati busuk, kendaraan yang jelek, dan rumah tinggal yang sempit." (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Rumah luas yang dimaksud Rasulullah SAW tentu saja berarti luas dan nyaman. Atau dengan kata lain, nyaman dan luas merupakan satu paket. Karena tidak mungkin rumah luas tapi kotor dan tidak terawat, akan memberikan kenyamanan pada para penghuninya. Maka ketika kita membincang soal kenyamanan pasti terkait erat dengan soal penjagaan kebersihan lingkungan.

Ada sebuah ungkapan hikmah yang cukup menarik "Kebersihan adalah sebagian daripada iman". Ungkapan itu cukup tepat. Sebab keinginan dan selera seseorang dalam memilih lingkungan, sangat ditentukan oleh kualitas keimanannya. Tak mungkin misalnya, orang-orang mukmin yang baik cinta pada lingkungan dan tempat tinggal yang kotor. Padahal orang yang imannya kotor sekalipun acapkali cinta kepada lingkungan dan tempat tinggal yang bersih.

Paralel dengan pernyataan di atas, hadits Rasulullah SAW menyebutkan, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam diri manusia itu ada segumpal darah. Maka apabila benda itu baik, baiklah seluruh amal perbuatan orang itu. Apabila benda itu buruk, maka buruklah seluruh amal perbuatannya. Ketahuilah, benda itu adalah hati."

Karena itu wacana tentang memelihara kebersihan lingkungan, merupakan bab paling awal dibicarakan oleh Islam sejak dahulu. Ketika Rasul diperintahkan Allah 'Azza wa Jalla untuk mendakwahkan risalah Islam pada masa awal-awal dakwah kepada kaum Quraisy, beliau diperintahkan untuk membersihkan dulu pakaiannya. "Dan pakaianmu bersihkanlah," (QS 74 : 4). Ini tentu saja menjadi satu isyarat penting, betapa Islam memerintahkan para pemeluknya untuk senantiasa bersih: bersih hati, bersih diri, dan bersih lingkungan.

Menjaga kebersihan rumah adalah wajib, sebagaimana wajibnya kita diperintahkan Allah 'Azza wa Jalla memelihara lingkungan. Menjaga kebersihan rumah dalam arti luas, adalah meliputi upaya menjaga rumah dari sampah dan kotoran yang akan mengganggu dan merusak lingkungan. Ketika kita membuang sampah sembarangan, misalnya isi perut ikan atau sisa-sisa makanan, lama-kelamaan tentu akan meninggalkan bau yang tidak mengenakkan. Bau dari sampah tersebut pasti akan mengganggu rumah sekitarnya.

Kalau kita malas membersihkan sampah dan daun-daunan yang jatuh memenuhi parit (selokan), pasti lama-kelamaan parit itu akan macet. Efek kemacetan selokan itu, tentu bukan hanya meninggalkan air yang bau, sarang nyamuk, sumber penyakit, tapi kemungkinan menimbulkan banjir lokal.

Begitupun dalam aspek-aspek kebersihan rumah lainnya. Kebersihan pelataran rumah dari kaleng-kaleng maupun sampah juga penting, agar dia tidak menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit lainnya. Di samping tentu saja, agar anak-anak aman bermain di sekitarnya.

Masalah kebersihan internal rumah tentu saja tak kalah pentingnya. Ibu yang bijak tentu akan selalu membersihkan dapurnya dari lumut, dan kotoran-kotoran lainnya. Karena dapur yang berlumut dan kotor, membuat orang jijik memandangnya.

Begitupun masalah kebersihan lantai rumah dan kamar mandi. Orang beriman tentunya tak akan membiarkan lantai rumahnya kotor dan berserakan segala perabotan dan mainan anak, tanpa kemudian dibersihkan dan ditata lagi. Kamar mandi dan WC orang-orang Mukmin yang baik, pasti bersih dan harum. Bukan sebaliknya, kotor, penuh lumut dan bau, yang menyebabkan orang-orang melihatnya dengan jijik dan enggan untuk memasukinya.

Tentu saja di samping aspek kebersihan, aspek lain yang tak kalah pentingnya adalah masalah kerapihan. Bahwa rumah yang tertata dengan baik dan lingkungannya bersih, pasti akan menimbulkan keindahan dan kenyamanan bagi siapapun yang ada di dalamnya. Siapapun akan betah dan ingin berlama-lama di dalam rumah tersebut. Tamu akan senang bertandang, apalagi para bapak yang letih pulang bekerja. Insya Allah keletihan itu sirna setelah mereka tiba di rumah.

Terkait dengan itu, maka soal disiplin meletakkan barang pada tempatnya menjadi penting. Para ibu misalnya membiasakan disiplin meletakkan segala alat-alat dapur dan pembersih rumah lain pada tempatnya. Begitupun anak-anak diperintahkan untuk disiplin meletakkan tas atau sepatu pada tempat atau rak yang sudah disediakan.

Pendek kata rumah orang-orang Mukmin itu seyogyanya indah dipandang, sehat bagi lingkungannya, dan nyaman bagi siapapun untuk berteduh di dalamnya. Itulah yang diperintahkan Islam kepada kita, agar Islam sebagai rahmatan lil 'alamien dirasakan oleh semuanya, setidaknya oleh penghuni rumah dan tetangga kita. Wallahu a'lam bish showab. (sulthoni)

Lainnya

Kecil Dibuai, Besar "Dibantai"Waspadai AutismeMemandang Istri Menuai RahmahMenguji Ketulusan Suami-Istri, Mudah!Agar Anak Tidak Maniak TVLangkah Membesarkan Anak Bagi Ayah Ibu BekerjaMenumbuhkan Semangat Belajar Anak
Kontak | Peta Situs
Telusur Arsip:
 

BeritaAnalisaAspirasiGaleriArtikelKonsultasi

Oase ImanUst. MenjawabKeluarga

JurnalistikArsitekturTek. InformasiSehat

Belanja

Webmail

Info PemiluTerpopuler hari ini