Depan > Artikel > Keluarga

Tips Buat Ibu Yang Hobi Kalengan

Publikasi: 12/03/2003 16:09 WIB

eramuslim - Jangan sembrono dengan makanan kaleng. Itu kalimat pertama yang diajarkan seorang rekan saya. Ia berlatar belakang akademis ahli gizi. Alasannya, di samping bahan pengawet tidak baik untuk kesehatan, mikrobakteri sangat mungkin menyusup ke dalam makanan kaleng yang kemasannya telah rusak. Nasehat ini nampaknya mengena buat para ibu rumah tangga yang tak mau bersusah-susah di dapur, hingga makanan kaleng –seperti kornet— kerap menjadi pilihan sajian keluarganya.

Keluarga kita memang tak perlu menjadi penganut anti-makanan kaleng. Dengan alasan, kadar gizi makanan kaleng banyak berkurang. Di samping tentunya alasan khawatir terhadap resiko pencemaran racun ke dalam makanan kaleng yang telah rusak kemasannya.

Menurut para ahli, makanan kaleng memang mengalami penurunan kandungan gizi. Ini karena sebelum dikalengkan, makanan itu harus melalui proses pemanasan dalam suhu lebih dari 120 derajat Celcius. Namun penurunan kadar gizi yang terjadi tidak terlalu besar. Apalagi makanan kaleng itu ternyata, kata para ahli, tidak mengancam kesehatan sama sekali.

Tentunya makanan kaleng bisa dikonsumsi dengan catatan, kemasannya masih baik, atau kandungan isinya belum tercemar bakteri yang biasa hidup dalam makanan. Jenis mikrobakteri itu bernama Clostridium botulinum (penghasil racun botulini). Mikrobakteri ini tergolong neurotoksin yang bisa menyerang syaraf dan menyebabkan kelumpuhan.

Adapun tanda-tanda keracunan botulini adalah tenggorokan menjadi kaku, penglihatan ganda, otot kejang, dan dapat mengakibatkan kematian karena penderita tidak bisa bernafas.

Karena itu bagi yang hobi menyajikan hidangan keluarga dengan makanan kaleng, sebaiknya berhati-hati. Teliti dengan cermat, apakah kemasan makanan yang dibeli masih baik keadaannya dan mencantumkan registrasi dari Departemen Kesehatan RI.

Jangan sekali-kali membeli makanan kaleng yang kemasannya telah rusak. Seperti apa sih kemasan kaleng yang rusak itu? Beberapa tanda kerusakan itu misalnya, kaleng penyok, karat, atau bocor. Jika kemasannya rusak, sudah barang tentu makanan di dalamnya juga ikut rusak. Sebab kemasan yang rusak akan mudah disusupi bakteri atau sumber penyakit lain.

Selain berkarat, kita sebaiknya ‘curiga’ terhadap makanan kaleng yang akan kita beli bila kemasannya cekung atau cembung. Sebab kaleng yang sudah cekung atau cembung, biasanya ada kebocoran yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Dari titik itu, mikroba patogen bisa masuk dan berkembang di dalam makanan.

Jika sudah yakin kaleng-kaleng kemasan makanan yang kita beli kondisinya baik, maka hal lain yang mesti diperhatikan adalah, jangan memakan langsung makanan kaleng –semisal kornet—sebelum dimasak ulang. Sebab ketika berlangsung proses pengalengan, makanan itu memang sudah dimasak. Namun pengolahan ulang perlu untuk mengantisipasi adanya mikrobakteri yang mungkin telah berkembang di dalam makanan. Dengan cara memasak ulang secara optimal, mikrobakteri yang ada di dalam makanan itu bisa mati. Jadi, untuk membunuh mikrobakteri di dalam makanan, tidak cukup hanya dengan dipanaskan.

Meski beberapa makanan kaleng telah diberi bahan pengawet tertentu, namun tidak menutup kemungkinan mikroba patogen bisa tumbuh. Karena itu perhatikan sebelum dimasak ulang (setelah dibuka), apakah makanan kaleng kita tidak rusak. Untuk memastikan rusak-tidaknya makanan, bisa diketahui lewat perubahan warna dan aroma makanan itu. Jika tidak terjadi perubahan, berarti makanan tetap sehat. (sulthoni)

Sumber: Republika, Ahad 9 Maret 2003.

Lainnya

Yang Menanti Uluran Tangan Dari LangitTamasya Ruhani Untuk Tetangga Kita: Nikmat dan Perlu!Anak, Sarana Dakwah Yang EfektifPoligami? Kenapa tidak... !Tetanggaku SaudarakuNak, ...Kasihi Tetangga, Niscaya Keluargamu Terjaga
Kontak | Peta Situs
Telusur Arsip:
 

BeritaAnalisaAspirasiGaleriArtikelKonsultasi

Oase ImanUst. MenjawabKeluarga

JurnalistikArsitekturTek. InformasiSehat

Belanja

Webmail

Info PemiluTerpopuler hari ini