Oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip - prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :

  1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis)
  2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
  3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
  4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
  5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2 Tanggapan ke “Prinsip Pengembangan Kurikulum”


  1. 1 EpHinA Nopember 8, 2007 di 6:52 am

    kurang adanya definisi dari pengembangan kurikulum itu sendiri..
    jadi malah ndak mudeng baca artikelnya..

  2. 2 dedihendriana Desember 2, 2007 di 2:47 am

    PRIORITAS INDIVIDUALIS ATAU SOSIALIS DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

    Ada beberapa perbedaan pendapat tentang prioritas pengembangan kurikulum untuk individu atau masyarakat
    pertama
    Dalam mengatasi problematika kehidupan kebiutuhan - kebutuhan di masyarakat maka didirikanlah sekolah sekolah atau lembaga pendidikan dengan program pengajarannya harus memp[rioritaskannya dengan latar bnelakang masyarakat.
    Kedua
    Usaha pendidikan adalah bersifat mendidik individu, maka materikurikulumpun harus disusunberdasarkan keadaan sifat dan kebutuhan -n kebutuhan individu.

    perbedaan pendapat tersebut yang pertama mengacu kepada sosialis atau masyarakat sedangkan yang kedua mengutamakan individual. manusia sebagai mahluk individu dan sosial. dalam kenyatan dalam setiap program pengajaran yang berpedoman kepada prioritas sosial sampai batas batas tertentu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu pula dan sebaliknya setiap materi kurikulum yang berorientasikan individual psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat pula. Jadi masalahnya adalah berkisar pada tekanan relatifitas yang harus diberikan kepada kepentingan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan individu dan yang harus diberikan kepada kepentingan-kepentingan masyarakat dalam menciptakian kurikulum yang dapat memenuhi kedua macam kepentingan .
    Ketiga
    individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebgai individu jika ia berada dalam tempat ia hidup, oleh karena itu kurikul8um harus prioritas pada individu didalam masyarakat dalam kurikulum yang beroriaentasi seperti ini kebutuhan dan kepentingan kedua belah pihak akan terpadu sebagaio mestinya. pendapat ini memang yang palin relevan, sejalan dengan filsafat pendidikan dan psikologis pendidikan.
    selain ketiga hal itu prioritas objek materi pengembangan kurikulum ditentukan oleh motif sekarang atau masa yang akan datang . pihak pertama mempertahankan kurikulum harus tersusun semata-mata dari mata pelajaran yang didasarkan kepada kebutuhan - kebutuhan dan kepentingan masyarakat, biasanya berpendirian bahwa fungsi pendidikan adalah mempersiapkan anak untuk kehidupan orang dewasa, karena itu kurikulum harus banyak mengandung pelajaran yang berguna bagi kehidupan anak dimasa yang akan datang. Pendapat yang menentangnya mengemukakan teori bahwa anak harus diangap anak sebagai anak dengan hak-haknya bukan diangap sebagai orang dewasa dalam bentuk ini. karena itu kurikulum harus memperhatikan maslah masalah yang menyangkut anak saja.
    dari pendapat ketiga bahwa pada dasarnya tidak perlu ada perdebatan dari kedua pendapat tersebut, sebab didalam kurikulkum cukup diperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan kedua belah pihak baik anak maupun dewasa, untuk memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung didalam kehidupan anak dan mempersiapkan anak untuk hidup sebagai orang dewasa kelak .
    dikemukakan pula bahwa teori lama ” Mempersiapkan anak untuk kehidupan orang dewasa” berimplikasi masyarakat yang statis dimana kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan orang dewasa kwelak dapat diramalkan pada anak anak yang ada sekarang
    Pendapat terakhi dalam membarikan masalah-masalah anak yang dihadapi sekarang dan yang menyangkut kepentingan anak dimasa yang akan datang ialah meningkatkan kecerdasan secara fleksibel, mempersiapkan anak untuk mnyesuaikan diri [adaptif] pada perubahan-perubahan pesat dari keanekaragaman dunia dewasa ini.
    Pandangan ini sepertinya memberikan landasan yang sehat untuk menyusun kerangka yang fleksibel namun mantap untuk perencanaan kurikulum………..

Tinggalkan Balasan




Terima kasih atas kunjungan dan komentar yang telah Anda berikan.

STATISTIK PENGUNJUNG

  • 165,926 Kunjungan

ISI HALAMAN

Asal Negara dan Kota Pengunjung