Ringkasan Hasil Simposium Terbuka

Mengenai Reformasi Pendidikan Indonesia

 

 

Kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi saudara-saudara dalam simposium yang diadakan beberapa waktu yang lalu. Untuk selanjutnya, Indonesia Vision menawarkan untuk melakukan komunikasi melalui mailing list. Berikut kami sampaikan ringkasan hasil simposium tanggal 17 Mei yang lalu.

 

1.      Sebagai sebuah kegiatan kongkrit, pemanfaatan media, terutama televisi, dianggap bisa mendidik jiwa sains anak-anak Indonesia. Untuk langkah awal, bisa dilakukan presentasi acara NHK yang berjudul ‘Kagaku Daisuki Doyo Juku’ yang berisi pendidikan popular mengenai Iptek untuk anak-anak kepada pimpinan media Indonesia agar mereka mau menyiarkan acara tersebut atau yang seperti itu di Indonesia. Berdasarkan respon dari mereka Indonesia Vision menjadi penghubung media Indonesia dengan lembaga-lembaga di Jepang seperti JICA jika diperlukan. Tujuan akhir yang diharapkan adalah media Indonesia bisa memproduksi acara seperti itu sendiri.

2.      Beberapa masukan dari peserta simposium

Menerjemahkan artikel dari majalahKodomo no Kagaku’ (Sains untuk Anak-anak) agar menarik

Di Jepang ada beberapa kelompok guru IPA yang sangat kreatif, mereka membuat alat pengajaran (media) dengan memakai bahan-bahan di sekitar kita dengan sederhana. Pertukaran dengan mereka barangkali akan bermanfaat

Di JICA ada program ‘Kusa no Ne Gijutsu Kyoryoku’ (Kerjasama Teknologi Grass Root) danKusa no Ne Patona Jigyo’ (Proyek Partnership Grass Root), jika memang Indonesia Vision sudah memiliki rencana yang kongkrit silahkan dikonsultasikan ke JICA

Bikin Website Indonesia Vision 2010

Menyebarluaskan pendidikan dasar melalui wayang kulit dan pertunjukan gambar

Penggunaan usaha layar tancap untuk pendidikan di desa mungkin bisa dipikirkan

Kalau hanya ‘Vision’ saja kurang kuat pesannya, lebih baik dijadikan ‘Proposal’. Juga perlu dipikirkan secara simultan cara-cara untuk merealisasikan proposal tersebut

Di Indonesia banyak orang yang ingin melanjutkan studinya di bidang Iptek di universitas dan kompetisinya cukup ketat. Membicarakan masalah lapangan dengan para elit yang berhasil melalui kompetisi tersebut dan sedang belajar di Jepang sepertinya kurang realistis

Kami adalah organisasi di bawah Departemen Pendidikan dan Iptek Jepang dan memproduksi acara berjudul ‘Science Channel’ dan contoh-contoh acaranya kami siarkan di televisi

3. Sebagai laporan ada 4 point yang bisa kami sampaikan seperti di bawah ini:

l        Pada hari Sabtu siang tanggal 17 Mei 2003, bertempat di Sophia University, Simposium untuk Memikirkan Pendidikan Indonesia diadakan, yang diikuti oleh 110 orang Indonesia dan Jepang dari berbagai latar belakang seperti akademisi, mahasiswa, bisnisman, pejabat pemerintah yang berhubungan dengan bantuan pembangunan dan lainnya. Simposium ini memperkenalkan Indonesia Vision (IV) 2010 (Ketua: Bambang Rudyanto, Associate Profesor di Wako University) yang didirikan baru-baru ini oleh 20 orang Indonesia yang pernah belajar di universitas-universitas Jepang sampai tingkat master dan doktor, yang kemudian tetap tinggal di Jepang baik sebagai akademisi maupun bisnisman. Mereka dengan tujuan untuk memperbaiki pendidikan dasar dan menengah Indonesia, pada simposium ini memperkenalkan komik Jepang, acara Iptek televisi dan materi pendidikan yang menggunakan teknologi informasi dan berdiskusi mengenai bagaimana sebaiknya pendidikan di Indonesia. Di Indonesia, keadaannya saat ini adalah pendidikan berorientasi pada hafalan, selain itu ada kekurangan buku pelajaran (hanya 20% anak didik yang bisa mendapatkan buku pelajaran), juga kualitas tenaga pengajar yang buruk, cara mengajar yang tidak menarik bahkan menghilangkan ketertarikan anak didik pada pelajaran. Otonomi daerah yang baru berjalan beberapa waktu yang lalu memang baik dalam memberikan kesempatan untuk mengeluarkan keunikan masing-masing daerah, tetapi banyak daerah yang kekurangan tenaga pendidik yang baik serta dikhawatirkan akan memperlebar perbedaan antar daerah selain persoalan-persoalan lainnya. Merespon keadaan ini, Indonesia Vision di Jepang mencoba untuk meningkatkan daya tarik pendidikan sains di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan mendidik jiwa sains dan kritis anak-anak Indonesia dengan memperkenalkan materi pendidikan dengan komik, acara TV, teknologi informasi dan media lainnya. Pada saat yang sama IV juga ingin menggunakan media-media tersebut untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik di Indonesia. Simposium diadakan selama 3 jam dan berisi keynote speech dan perkenalan materi-materi pendidikan dalam bentuk komik, acara televisi dan juga Internet. Ruang simposium ramai dengan tepuk tangan dan semangat dari peserta, dan ada juga masukan Profesor Emeritus Mitsuo Nakamura dari Chiba University, ahli sosiologi Indonesia, yang menyampaikan pertanyaan kepada panelis untuk memikirkan penggunaan sandiwara boneka/gambar di daerah yang belum banyak jumlah televisinya. Bapak Abdul Irsan, Duta Besar Indonesia untuk Jepang dan direktur perusahaan Jepang di Indonesia Bapak Matsuo juga menyampaikan pidato yang menyemangati aktivis IV. Untuk selanjutnya, IV diharapkan dapat melakukan kerja keras untuk memproduksi materi pendidikan yang menarik dan merealisasikan penyampaiannya ke anak-anak didik Indonesia.

 

l        Profesor Kinoshita saat ini bersama 5 orang akademisi Jepang menjadi penasihat kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia yang dikirim oleh pemerintah Jepang, dan dalam satu tahun ini telah 5 kali mengunjungi Indonesia dalam kapasitasnya tersebut. Dalam setiap kunjungannya, Profesor Kinoshita bertemu dengan team partner Indonesia yang terdiri dari Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjorodjakti, Menteri BUMN Laksamana Sukardi, Kepala BKPM, Kepala BPPN, perwakilan organisasi internasional di Indonesia dan melakukan diskusi serta memberikan advis kepada mereka. Beliau berpikir mungkin ada hal-hal yang bermanfaat yang bisa diberikan untuk pemulihan ekonomi di Indonesia dalam kapasitasnya saat ini, tetapi yang juga selalu dirasakannya penting adalah masalah pendidikan yang menjadi titik awal pembangunan suatu negara. Setelah krisi moneter dan ekonomi masalah pendidikan Indonesia dirasakan bertambah buruk. Apalagi dengan penerapan otonomi daerah, kekurangan tenaga pendidik dan peralatan pengajaran merupakan masalah yang sangat pelik. Jika tidak ada perbaikan dalam pendidikan Indonesia dan persiapan sumber daya manusia yang baik, dikhawatirkan tiada masa depan bagi Indonesia. Pemerintah Jepang dan lembaga-lembaganya sangat memahami hal ini dan memberikan penekanan dalam program persiapan sumber daya manusia (capacity building). Tetapi sampai saat ini belum terlihat pemanfaatan orang-orang Indonesia yang tinggal di Jepang.

 

l        Kemudian Profesor Kinoshita bersama beberapa teman orang Jepang yang lain yang suka memikirkan tentang Indonesia (10 orang yang sejak dulu mempelajari Indonesia dan berkontribusi sedikit untuk Indonesia) serta Profesor Richard Downey Dekan Fakultas Ekonomi Sophia University di Tokyo yang cukup memahami permasalahan Indonesia, juga 15 orang muda Indonesia di Jepang dari kalangan akademisi dan bisnisman sejak musim gugur yang lalu mengadakan diskusi-diskusi mengenai keadaan pendidikan Indonesia dan bagaimana cara mengatasi permasalahan pendidikan Iptek Indonesia di Asia 21st Century Foundation (Representatif: Bapak Eiichi Tsunoda) dan tempat-tempat yang lain. Profesor Kinoshita dan rekan-rekan memberikan perhatian kepada kalangan muda Indonesia di Jepang tersebut karena mereka adalah orang-orang Indonesia yang datang ke Jepang, belajar dengan keras dan mencapai gelar kesarjanaan di Jepang, juga sangat mengetahui kekurangan pendidikan Indonesia serta dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan pengetahuan yang didapatkan di Jepang untuk membantu reformasi pendidikan negeri tercinta. Tetapi pada kenyataannya mereka merasa tidak mampu untuk memberikan kontribusi dalam menyelesaikan permasalahan Indonesia dengan keberadaannya di Jepang. Seperti yang diperkirakan, adanya forum seperti ini yang memberikan kesempatan untuk berkontribusi ke Tanah air menyadarkan mereka bahwa banyak yang bisa dilakukan selama berada di Jepang dan mereka sangat antusias mengetahuinya. Karenanya mereka bersemangat untuk menciptakan media pendidikan untuk SD dan SMP. Dengan latar belakang ini, orang-orang Indonesia adalah tokoh utama dalam aktivitas ini, sedangkan orang-orang Jepang yang terlibat akan berusaha pendukung di belakang layar. Pemilihan Sophia University sebagai tempat simposium karena IV menerima niat baik dari Profesor Downey yang sejak awal mendukung kegiatan ini. Kami berencana untuk mengadakan simposium seperti ini pada kesempatan yang lain. Kepada saudara-saudara kami mengharapkan agar dapat memberikan perhatian kepada kegiatan ini dan memberikan support untuk kelangsungan kerjanya.

 

4.      Program simposium

Waktu: Sabtu, 17 Mei 2003

Tempat: Sophia University kampus Yotsuya Gedung 8 uang 409

Program: 13:0013:05 Pembukaan

13:0513:45 Keynote Speech

13:4514:00 Penayangan video

14:0014:30 Panel diskusi

14:3015:30 Q&A, diskusi terbuka

15:3015:45 Istirahat

15:4515:55 Rekomendasi simposium

15:5516:00 Penutupan

Keynote Speaker:

Profesor Toshihiko Kinoshita, Waseda University

Panelis:

l        Eko Purwanto (Asisten Fakultas Teknik Tokyo University of Agriculture and Technology)

l        Kazuhisa Matsui (Peneliti di The Institute of Developing Economies)

l        Yukon Putra (Kepala Sekolah Republik Indonesia Tokyo)

l        Januarius Widiatmoko (Anggota Indonesia Vision)

l        Bambang Rudyanto (Moderator, Associate Pofessor, Fakultas Ekonomi Wako University)

 

5.      Kami menyambut gembira partisipasi saudara-saudara dalam pertemuan terbuka berikutnya.

 

Waktu: Jum’at, 4 Juli 2003, 19:00-21:00

Tempat: Asia 21st Century Foundation (Kantor Yayasan Beasiswa Asia 21st Century)

5-17 Kamiyama-cho Shibuya-ku Tokyo 150-0047

Tel:03-3460-2100 Fax:03-3481-0021

Stasiun terdekat: Yoyogi Koen (Subway Chiyoda Line), jalan 5 menit

Dari Stasiun Shibuya bisa ditempuh dalam waktu 15 menit