Waspada Online .

 

.

  
 
Serba Waspada - Mimbar Jumat

18 Jan 07 13:13 WIB
Nabi Nuh Buat Bahtera Antisipasi Banjir
Oleh : Drs. H.M. Jamil, MA

WASPADA Online

Peristiwa banjir besar diceritakan Al-Qur'an berhubungan dengan Nabi Nuh a.s. dan umatnya dalam surah Hud, dimulai ayat 25 sampai ayat 49. Ada beberapa hal yang ingin penulis kemukakan dalam tulisan singkat ini.

Pertama, banjir besar pernah melanda dunia, yang mana mufassir, Tthabathaba'i dan Sayyid Quthub cenderung berpendapat bahwa banjir tersebut menenggelamkan seluruh persada dunia. Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, bagaimanapun lebih cenderung mengatakan bahwa banjir ketika itu tidak menenggelamkan seluruh persada dunia, tetapi sebagian bumi di mana umat Nabi Nuh a.s. ketika itu bermukim.

Kedua, banjir yang melanda ketika itu berhubungan dengan kedurhakaan, kesombongan umat, 'memandang rendah' Nabi Nuh a.s. sebagai pembawa kebenaran dan mendustakan ajaran-ajaran kebenaran yang dibawanya. Para pemimpin yang kafir dari umat Nabi Nuh a.s. ketika itu berkata: "Maka berkatalah para pemimpin yang kafir dari kaumnya, Kami tidak melihatmu melainkan seorang manusia seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu melainkan orang-orang yang mereka itu hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami menduga bahwa kamu adalah para pembohong". (QS.Hud: 27)

Ketiga, sebelum banjir melanda, Allah memerintahkan Nuh a.s. untuk membuat bahtera, agar dia bisa membawa ('menyelamatkan') keluarga dan kaumnya yang beriman dan binatang-binatang. Begitu banjir melanda, nabi Nuh a.s. membawa keluarganya yang beriman, tidak termasuk isterinya dan anaknya yang mendustakan risalah yang dibawa ayahnya itu. Demikian juga turut bersama di dalam bahtera tersebut kaumnya yang beriman, dan sepasang-sepasang binatang yang diperintahkan Allah untuk dibawa.

Keempat, para pendurhaka ditenggelamkan dengan mudah, kemudian air disurutkan juga dengan mudah. "Dan dikatakan: "wahai bumi, telanlah airmu, dan wahai langit berhentilah. Dan airpun disurutkan, persoalanpun telah diselesaikan dan batera itupun berlabuh di atas Judiy, dan dikatakan "binasalah orang-orang zalim". (QS. Hud: 44) 950 Tahun.

Di dalam surah Al-Ankabut ayat 14-15 dikatakan bahwa Nabi Nuh a.s. menyeru umatnya ke jalan kebenaran selama 950 tahun.

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia". (Al-Ankabut: 14-15).

Quraisy Shihab dalam Al-Mishbah mengatakan bahwa 950 tahun itu bukan usia Nabi Nuh sebagaimana yang diinformasikan oleh Perjanjian Lama: Kejadian IX:28, tetapi masa Nuh a.s. berdakwah di tengah-tengah kaumnya.

Hamka di dalam tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa usaha selama itu hanya menghasilkan sedikit orang yang beriman. Yang sedikit itulah, katanya, yang diselamatkan sedangkan yang lainnya ditenggelamkan. Mereka ditenggelamkan, kata Hamka, karena mereka zalim, aniaya, menempuh jalan yang salah.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan: "maka jika Nabi Nuh dalam masa yang panjang itu tidak berhasil dalam dakwahnya menarik kaumnya ke jalan Allah kecuali suatu bilangan yang kecil sekali, hendaklah engkau hai Muhammad, jangan menyesal bila terdapat di antara kaummu sendiri orang-orang yang membangkang dan menolak tuntunanmu dan janganlah berduka cita karena penolakan mereka itu. Allah memberikan hidayahNya kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki pula".

Pembangkangan terhadap ajaran-ajaran kebenaran masih terus berlangsung sampai saat ini. Larangan berbuat kerusakan di muka bumi, misalnya, masih terus berlangsung, ada perusakan hutan, ada penggalian bumi secara berlebihan, ada perusakan lingkungan, ada dekadensi moral, ada pelanggaran hukum-hukum agama dan lain-lain sebagainya.

Isteri dan Anak Nuh a.s.
Isteri nabi Nuh a.s. seperti isteri nabi Luth a.s. keduanya berkhianat, tidak beriman kepada ajaran yang di bawa oleh rasul-rasul Allah ini. "Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami, lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah, dan dikatakan (kepada keduanya) masuklah keneraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)". (QS. At-Tahrim: 10).

Informasi ini, menurut Quraish Shihab, berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Perjanjian Lama: Kejadian VII: 7 dan VIII: 15 yang menyebutkan bahwa isteri nabi Nuh diselamatkan dan ikut naik bahtera.

Tentang anak Nuh a.s., ada di antaranya yang tidak beriman dan bahkan berargumentasi bahwa dia akan bisa menyelamatkan diri dari banjir yang akan melanda dengan naik keatas bukit. (QS. Hud: 42-43). Allah kemudian memvonis anak tersebut tidak lagi termasuk keluarga Nuh a.s. (QS. Hud: 46).

Ibn Katsir di dalam tafsrinya menjelaskan bahwa telah terjadi perbedaan pendapat tentang anak Nuh tersebut. Mujahid dan beberapa ulama berpendapat bahwa anak tersebut bukanlah anak kandung Nuh tetapi anak isterinya dari suami yang lain. Dan ada pendapat bahwa anak tersebut adalah anak haram, tetapi pendapat ini ditolak oleh banyak ulama dan ahli tafsir dengan alasan bahwa tidak mungkin Allah membiarkan seorang isteri Nabi melakukan perzinaan.

Kedurhakaan yang terjadi ketika itu tidak saja di kalangan masyarakat umum, tetapi juga di kalangan keluarga Nuh a.s. sendiri. Kedurhakaan terhadap Tuhan, Kedurhakaan terhadap orang tua, kedurhakaan terhadap ajaran-jaran tauhid yang dibawa oleh Nuh a.s. padahal sudah sedemikian lamanya Nuh menyeru mereka untuk menyembah Tuhan.

Perahu Besar
Ibn Katsir di dalam tafsirnya mengemukakan berbagai pendapat tentang panjang dan lebarnya perahu tersebut. Di antaranya, dia mengemukakan pendapat Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa panjang bahtera tersebut 1200 hasta dan lebarnya 600 hasta.

Quraisy Shihab di dalam Al-Mishbah mengatakan seperti berikut: "Sementara pakar yang melakukan penelitian sejarah dan arkeologi menemukan beberapa data yang mereka anggap memberi sekelumit informasi tentang kisah Nabi Nuh as. Misalnya pernah ditemukan dipegunungan Ararat, sebelah timur Turki dalam ketinggian 1.400 kaki sisa sisa kayu yang diduga sebagai bekas bahtera lama yang terdampar di sana dan yang usia kayu-kayu itu diperkirakan 2.500 tahun sebelum Masehi. Para peneliti itu juga memperkirakan bahwa kayu-kayu itu merupakan sisa dari perahu yang diperkirakan sebesar sepertiga kapal Inggris Queen Mary yang panjangnya 1.019 kaki dan lebarnya 118 kaki. Wallahu a'lam".

Yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa pembuatan bahtera pada masa itu adalah sesuatu yang menjadi bahan ejekan kaum Nabi Nuh. Di antaranya karena mereka tidak melihat ada urgensi bahtera ketika itu. Tetapi Tuhan telah memerintahkan untuk membuatnya sebagaimana di dalam surah Hud ayat 37-38. Allah telah menginformasikan bakal terjadi bencana banjir yang belum diketahui oleh kaumnya.

Dari peristiwa banjir di zaman Nuh a.s. ini, ada beberapa hal penting untuk direnungkan. Pembangkangan terhadap ajaran-ajaran kebenaran, yang dalam konteks kita sekerang ini, seperti penggundulan hutan, perusakan bumi, pencemaran lingkungan, dekadensi moral seperti perselingkuhan dan perzinahan, keserakahan, korupsi, pelanggaran hukum, mempertuhankan hawa nafsu, cepat atau lambat pasti akan mendatangkan murka Tuhan, bencana terjadi di mana-mana.

Berbagai bencana, seorang pemimpin mesti telah mempersiapkan bahtera, yang dalam konteks kita sekarang, perangkat-perangkat, sarana dan prasarana yang mungkin dapat dipergunakan untuk meminimalisir korban atau untuk menyelamatkan para pejuang dan pengikut kebenaran.Perangkat, sarana dan parasarana tersebut, seperti bahtera Nuh a.s. mestilah berkonsepkan penyelamatan manusia dan lingkungan, karena yang dibawa di dalam bahtera tersebut bukan saja manusia tetapi juga hewan.

Bahtera yang paling baik untuk penyelamatan itu adalah pembinaan umat. Penguatan iman dan keagamaan. Kepatuhan kepada hukum-hukum yang diturunkan Tuhan, dan aturan-aturan yang telah ditetapkan selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan. Membentuk manusia-manusia yang konsen terhadap pelestarian alam, menghindarkan mereka dari segala macam bentuk perusakan alam dan lingkungan. Menggembleng manusia agar hanya bertuhankan Allah, bukan hawa nafsu. Menghindarkan mereka dari kejahatan moral dan dosa-dosa. Semua itu akan menyelamatkan manusia dari bencana kemurkaan Tuhan.
(Penulis : adalah Dosen Fak. Syari'ah IAIN-SU Medan, Ketua I STAI Al-Ishlahiyah Binjai). (wns)

Komentar

Versi Cetak

Kirim ke Teman

Berita Lainnya:

Benarkah Asyura' Puasa Orang Yahudi [25 Jan 07 09:41 WIB]
Membangun Visi Rumah Tangga Muslim [25 Jan 07 09:39 WIB]
Pengalaman Mendebarkan Dari Tanah Suci [25 Jan 07 09:38 WIB]
Adil Tanpa Pandang Bulu [25 Jan 07 09:36 WIB]
Kata Al-Quran: Luruskan Hati Nurani Melalui Masjid [25 Jan 07 09:34 WIB]
Islam Dalam Tantangan Globalisasi
*Refleksi Tahun Baru 1428 H
[18 Jan 07 13:20 WIB]
Hijrah Menuju Indahnya Syariah
*(Refleksi Tahun Baru 1428 H)
[18 Jan 07 13:19 WIB]
Mentalqinkan Mayyit
* Analisis Terhadap Sanad Dan Matan Hadits
[18 Jan 07 13:18 WIB]
Bersama Dan Bekerjasama Kita Utuh
*Menyambut Tahun Baru 1428 Hijriyah
[18 Jan 07 13:16 WIB]
Nabi Nuh Buat Bahtera Antisipasi Banjir
Oleh : Drs. H.M. Jamil, MA
[18 Jan 07 13:13 WIB]









Waspada  Online >> Kembali Ke Halaman SebelumnyaHalaman Sebelumnya

||BERITA|| Headlines :: Medan :: Sumut :: Aceh :: Nusantara :: Mancanegara ||OPINI|| Artikel :: Tajuk Rencana :: Kolom Rosihan Anwar :: Surat Pembaca :: Saran & Kritik ||OLAH RAGA|| Lokal :: Nasional :: Internasional ||BISNIS|| Berita :: Tinjauan Ekonomi ||HUKUM|| Kriminal :: Pengadilan || SERBA SERBI|| Iptek :: Kesehatan :: Pendidikan :: Anda Bertanya, Islam Menjawab :: Manajemen Qolbu :: Al Bayan :: Features ||SENI & BUDAYA|| Pop & Film :: Budaya :: Remaja :: Puisi :: Tirai :: Putra Putri Medan ||SERBA WASPADA|| Harian Berita Sore :: Dunia Wanita :: Mimbar Jum'at :: LAZ Peduli Ummat

 
Tambahkan  Waspada Online Ke Dalam Daftar Website Favorites Anda
Bookmark
Jadikan  Waspada Online Home Page Utama Anda
Default
 
Copyright © 1997-2006 WASPADA Online
Hak Cipta dilindungi undang-undang Republik Indonesia. Tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian tampilan dan/atau isinya dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari
WASPADA Online.