Hari ini , 18 Februari 2007
 
Beranda | Salam Redaksi | Iklan | Berlangganan | Redaksi | Peta Situs | Buku Tamu | Hubungi Kami
   
 
  Akhlak
  Assalamualaikum
  Berbagi Rasa
  Cerita Sampul
  Cerpen
  Curhat
  Denyut Umat
  Design Interior
  Dunia Wanita
  Gerbang
  Haji
  Halaman Anak Islam
  Jendela
  Keluarga
  Kesehatan
  Khazanah
  Kisah Nyata
  Kisah Teladan
  Kolom
  Konsultasi Agama
  Konsultasi Hukum
  Konsultasi Keluarga
  Lingkungan
  Mancanegara
  Mimbar
  Muhibah
  Nasional
  Nostalgia Haji
  Pesona Masjid
  Profil
  Secangkir Kopi Campur
  Senyum Sufi
  Sosial
  Surat Pembaca
  Telaah
  Teras
  Wawancara
  Ya Ilahi
  Alam Gaib
  Budaya
  Budidaya
  Busana
  cermis
  Dapur
  Gaya Hidup
  Hukum
  Interior
  Iptek
  Laporan Daerah
  Laporan Khusus
  Manajemen Qur'ani
  Nostalgia
  Olahraga
  Opini
  Panggung
  Pendidikan
  Pengalaman rohani
  Perilaku
  PIKSEL
  Pustaka
  Ragam
  Refleksi
  Remaja
  Resto
  Rumahku Surgaku
  Selebriti
  Seni Rupa
  Sinetron
  Tafakur
  Takziyah
  Tamu Kita
  Tasawuf
  TipBelanja
  Trotoar
  wanita
  Wirausaha
410009
 
Baca Artikel
 
 
Balasan Kebaikan
Laporan: Muhammad Hanafi Maksum

[Halaman Anak Islam]

Al-Qadhi tinggal di Makkah. Nama iengkapnya, Al-Qatihi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar al-Anshari. Dari ujung namanya itu, dapat diketahui kalau ia berasal dari Madinah. Pada suatu hari, ia merasa sangat lapar. Ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparnya yang berat itu.

Tiba-tiba, di tengah jalan, ia menemukan sebuah tong dari kain sutera yang diikat dengan kaus kaki yang terbuat dari sutera pula. Ketika ia membukanya, ternyata di dalamnya terdapat sebuah kalung permata yang belum pernah dilihatnya.

Ia segera pulang. Tentu membawa denda itu. Namun tak lama kemudian, setelah ia pergi lagi, ia mendengar suara teriakan orang. Rupanya ada seseorang yang sedang mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Sambil mengacungkan kantong berisi uang lima ratus dinar itu, orang itu berkata, "Ini adalah hadiah bagi siapa saja yang mau mengembalikan kantong sutera milikku yang berisi permata."

Al-Qadhi berkata di dalam hatinya: "Aku sedang membutuhkan uang, karena sedang lapar. Aku bisa mendapatkan uang dinar emas itu dengan mengembalikan kantong sutera yang kutemukan tadi."

Al-Qadhi menghampiri orang itu, memberitahukan bahwa ia menemukan sesuatu, seraya mengajak orang itu ke rumahnya. Setiba di rumah, Al Qadhi meminta orang itu menceritakan ciri-ciri barangnya yang hilang. Orang itu pun menceritakan ciri-cirinya secara lengkap, mulai dari kantong sutera, kaus kaki pengikat kantong, permata dengan jumlah butirnya, bahkan berikut benang pengikat (perangkai) permata itu.

Ternyata semuanya sesuai, persis. Artinya, orang itu bukan sekedar mengaku-ngaku. Al-Qadhi lalu menyerahkan kantong itu kepadanya. Pemilik kantong itu ternyata bukan orang kikir yang tak tahu berterima kasih. Sesuai janjinya, ia menyerahkan uang lima ratus dinar kepada Al-Qadhi.

Tetapi Al-Qadli menolak seraya berkata, "Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengharapkan imbalan."

Namun pemilik kantong bersikeras agar Al-Qadhi bersedia menerima uang tanda terima kasihnya. "Kau harus mau menerimanya", katanya berkali-kali.

Al-Qadhi tetap pada pendiriannya tidak mau menerima uang imbalan itu. Akhirnya, pemilik kantong itu pergi meninggalkan Al-Qadhi.

Beberapa waktu setelah peristiwa itu, Al-Qadhi meninggalkan kota Makkah, berlayar dengan menumpang sebuah perahu. Di tengah laut, perahu yang ditumpanginya itu pecan, sehingga semua penumpangnya tenggelam dengan harta benda mereka masing-masing. Tetapi Al-Qadhi selamat dengan memanfaatkan potongan papan dari pecahan perahu itu sebagai pengganti pelampung. Namun ia tegang. Sebab harus bertarung antara hidup dan mati. Dalam kondisi demikian, tak ada yang dapat dilakukannya kecuali hanya berdoa kepada Allah dengan harap-harap cemas.

Akhirnya Allah menakdirkan Al-Qadhi terdampar di sebuah pulau yang penduduknya buta hurup, tak bisa menulis dan membaca. Tetapi untunglah di pulau itu terdapat sebuah masjid. Al-Qadhi langsung memasuki masjid itu, shalat, lalu membaca ayat-ayat Al Qur'an. Kehadiran Al-Qadhi di pulau terpencil itu segera diketahui penduduk. Mereka merasa tertarik melihat Al-Qadhi bisa membaca Al Qur'an. Kemudian mereka berbondong-bondong menemuinya, minta diajari Al Qur'an. Tentu saja Al-Qadhi dengan senang hati memenuhi permintaan mereka.

Beberapa hari kemudian, penduduk pulau itu semakin tertarik melihat akhlak Al-Qadhi yang taat beribadah, fasih membaca Al Qur'an dan berilmu pula. Akhirnya mereka menjodohkannya dengan seorang putri yatim, yang mempunyai banyak harta. Tetapi Al-Qadhi menolak secara halus dan sopan. Sebab ia tak mau menikah dengan orang hanya karena hartanya. Ia hanya mau menikah dengan perempuan yang bertakwa dan berjiwa luhur serta mulia, walaupun tidak berharta. Namun karena dirinya didesak terus, akhirnya ia memenuhi keinginan penduduk pulau itu untuk menikahi gadis itu.

Ketika gadis itu dibawa ke hadapan Al-Qadhi, ia heran dan sedikit terkejut melihat kalung permata yang melingkar di leher gadis itu. Kalung itu pernah ditemukannya di Makkah, yang kemudian dikembalikannya kepada pemiliknya.

Ia terus memperhatikan kalung permata itu, sehingga orang-orang yang hadir merasa kecewa. Kata mereka, "Sungguh kau telah menghancurkan hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu, tetapi tidak memperhatikan orangnya."

Al-Qadhi baru sadar, kemudian menceritakan kepada mereka kisah yang pernah dialaminya di Makkah. Setelah mereka tahu, mereka serentak meneriakkan takbir: Allahu Akbar.

Al-Qadhi merasa heran, lalu bertanya, "Ada apa?" Mereka menjawab, "Orang tua yang menerima kembali kalung darimu saat itu adalah ayah kandung anak perempuan ini. Almarhum pernah mengatakan, 'Aku tidak pernah menemukan seorang Muslim di dunia ini sebaik orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku.' Almarhum juga berdoa, 'Ya Allah, pertemukanlah kembali aku dengan orang itu, agar aku dapat menikahkannya dengan putriku.' Kini, doanya sudah menjadi kenyataan."

 
Baca Komentar Beri Komentar
Kirimkan Artikel Cetak Artikel
 
 
Nasihat Pak Mahmud
 
 
Nama Login
 
Kata Sandi
 
 
kata kunci
rubrik
edisi
Haruskah mengeluarkan Budget Ekstra untuk Bulan Puasa Tahun ini?
Perlu
Kadang-kadang
Tidak Harus
Hasil sementara
 
     
  Gemari | KBI Gemari | Dharmais | Harian Pelita | Majalah Amanah | Dradio 103.4 FM
Damandiri | Trikora | Dakab | Gotong Royong | Yastroki | Supersemar | Yamp | Indra

Home | Profil | Kontak Kami | Buku Tamu
Redaksi Amanah : [email protected]
Copyright © 2004 Amanah.or.id
design by Visionnet