Balita yang gemuk
dengan pipi bulat dan tubuh montok biasanya menjadi favorit banyak
orangtua, karena terlihat lucu dan menggemaskan. Tetapi balita
yang berat badannya melebihi batas sebenarnya tidak sehat. Lalu,
jika memiliki bayi gemuk kapankah orangtua harus mulai khawatir
?
Untuk mewaspadai kegemukan pada balita, Anda
bisa berkonsultasi pada dokter anak. Pada saat Anda membawa balita
Anda untuk melakukan pemeriksaan rutin, dokter akan mengukur berat
badan, lingkar kepala dan panjang tubuhnya. Lalu dibandingkan dengan
tingkat rata-rata anak seusianya.
"Jika bedanya terlalu
jauh atau melewati batas, maka bisa jadi anak mengalami obesitas,"
kata dr. Fajar Subroto,
dokter anak dari RSAB, Harapan Kita.
"Seorang anak yang
kegemukan, perkembangan motoriknya akan terhambat karena mereka jadi
malas bergerak, jika distimulasi tidak merespon," lanjutnya.
"Selain itu, sel-sel
lemaknya lebih banyak dibanding yang lain karena ada di mana-mana
sehingga bisa mengganggu fungsi organnya," tambahnya.
Orangtua yang kegemukan
(over weight) memang memiliki kemungkinan menurunkan bakat
gemuk kepada anak-anaknya.
"Faktor genetik juga
berpengaruh terhadap kegemukan, tetapi biasanya faktor terbesarnya
adalah karena gaya hidup," kata Dr.Thomas Robinson, direktur the
Center for Healthy Weight at Lucile Packard Children’s Hospital, AS,
seperti dikutip BBC.
Berikut beberapa tips
untuk para orangtua agar si kecil tidak mengalami obesitas
:
- Berikan porsi makan sesuai
umurnya
Bayi berusia 0-6 bulan, cukup diberi
ASI, lalu saat usia 6 bulan, bisa diberi makanan lumat ditambah ASI.
Usia 1 tahun, makanan padat. Menurut dr.Fajar, banyak orangtua yang
memberikan ASI sekaligus susu formula, sehingga berat badan melonjak
naik.
- Jauhkan dari junk food
Selain
tidak memiliki nilai gizi yang baik, makanan yang termasuk junk food
juga mengandung bahan pengawet yang belum tentu bagus dan berkadar
lemak tinggi. Termasuk dalam kategori makanan yang harus dihindari
adalah makanan terlalu manis dan softdrink.
Berikan balita Anda
menu seimbang antara jumlah karbohidrat (60%), lemak (15%) dan
protein (25%). Jangan lupa berikan mereka buah dan sayur.
- Kurangi waktu menonton
TV
Anak berusia di bawah 2 tahun tidak
direkomendasikan untuk menonton TV karena perkembangan sel-sel
otaknya belum sempurna. Meski tayangan TV kita lebih banyak sisi
negatifnya, namun rasanya tidak mungkin melarang anak sama sekali
untuk tidak menonton TV.
Anda bisa mengajarkan
si kecil sejak dini agar tidak terlalu banyak menonton TV, caranya
dengan mengajak mereka bermain dan bergerak. Sebaiknya batasi waktu
mereka menonton TV tidak lebih dari 2 jam setiap hari.
- Beri teladan
Si kecil belajar
tentang makan, memilih makanan dan aktivitas dari lingkungan
terdekatnya, dalam hal ini keluarga. Jika Anda tidak terbiasa
mengkonsumsi makanan sehat, maka si kecil akan meniru. Demikian pula
halnya dengan kebiasaan menonton TV dan berolahraga. (An) |