Hari ini , 18 Februari 2007
 
Beranda | Salam Redaksi | Iklan | Berlangganan | Redaksi | Peta Situs | Buku Tamu | Hubungi Kami
   
 
  Akhlak
  Assalamualaikum
  Berbagi Rasa
  Cerita Sampul
  Cerpen
  Curhat
  Denyut Umat
  Design Interior
  Dunia Wanita
  Gerbang
  Haji
  Halaman Anak Islam
  Jendela
  Keluarga
  Kesehatan
  Khazanah
  Kisah Nyata
  Kisah Teladan
  Kolom
  Konsultasi Agama
  Konsultasi Hukum
  Konsultasi Keluarga
  Lingkungan
  Mancanegara
  Mimbar
  Muhibah
  Nasional
  Nostalgia Haji
  Pesona Masjid
  Profil
  Secangkir Kopi Campur
  Senyum Sufi
  Sosial
  Surat Pembaca
  Telaah
  Teras
  Wawancara
  Ya Ilahi
  Alam Gaib
  Budaya
  Budidaya
  Busana
  cermis
  Dapur
  Gaya Hidup
  Hukum
  Interior
  Iptek
  Laporan Daerah
  Laporan Khusus
  Manajemen Qur'ani
  Nostalgia
  Olahraga
  Opini
  Panggung
  Pendidikan
  Pengalaman rohani
  Perilaku
  PIKSEL
  Pustaka
  Ragam
  Refleksi
  Remaja
  Resto
  Rumahku Surgaku
  Selebriti
  Seni Rupa
  Sinetron
  Tafakur
  Takziyah
  Tamu Kita
  Tasawuf
  TipBelanja
  Trotoar
  wanita
  Wirausaha
409987
 
Baca Artikel
 
 
Melajang Sebuah Pilihan atau Keterpaksaan
Laporan: Ida Horidah

[Dunia Wanita]


Perbandingan jumlah wanita yang lebih banyak dari pria membuka peluang bagi para wanita untuk hidup melajang, baik itu sebuah pilihan atau keterpaksaan.

Tidak diragukan lagi bahwa pernikahan adalah sunnah Rasulullah SAW, meskipun hukum pernikahan itu bisa berkembang menjadi hal yang wajib, makruh dan haram tergantung dari konteks apa dan bagaimana pernikahan itu dihadapkan.

Pernikahan akan menjadi wajib bila seseorang telah menginginkannya dan ia cukup mampu secara materi dan mental, sehingga apabila ditunda-tunda dikhawatirkan ia akan terseret pada perbuatan zina. Pernikahan menjadi makruh jika seseorang belum mampu secara mental maupun finansial sehingga dikhawatirkan pernikahannya akan menyebabkan penderitaan. Dan pernikahan diharamkan jika diiaksanakan dengan maksud akan menyakiti pasangannya.

Sabda Rasulullah SAW, "Demi Allah, akulah orang terbaik di antara kalian dalam hal bertaqwa kepada Allah dan menghindari ketidaksenangan-Nya. Namun demikian, aku berpuasa dan berbuka, aku shalat malam dan aku pun tidur pada malam hari; aku juga menikah. Ini adalah sunnahku. Maka barang siapa memilih cara-cara lain di luar sunahku, ia bukan termasuk golonganku." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menjelaskan bahwa seorang kekasih pilihan Allah saja tetap dapat menikmati hidup ini seperti halnya makan, tidur dan kebutuhan lainnya termasuk menikah. Dengan tidak menikah berarti tidak mengikuti sunnahnya. Dan dengan tidak mengikuti sunahnya berarti pula bukan termasuk golongannya.

Begitu tegas anjuran Rasulullah untuk sebuah pernikahan, karena banyaknya manfaat dari pernikahan itu sendiri. Manusia sebagai makhluk Allah dengan segala kebutuhan dan nafsu yang dimilikinya, merasa perlu untuk menyalurkan segala kebutuhan hidup melalui sebuah pernikahan. Kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan (self esteem) dan lainnya. Jelas, pernikahan akan menjadikan hidup manusia lebih sempurna. Dalam agama pun, orang yang telah menikah dianggap telah menjalankan separuh dari agamanya.

Pernikahan Bagi Seorang Wanita

Pernikahan bagi setiap orang adalah hal yang sangat dinantikan. Tidak hanya bagi wanita, pria pun demikian. Namun karena jumlah wanita lebih banyak dan posisi wanita adalah pihakyang menunggu, maka pernikahan bagi wanita menjadi lebih penting. Tidak diragukan lagi saat ini di masyarakat kita begitu banyak wanita yang telah cukup umur dan bahkan telah mapan secara materi namun belum mendapatkan pendamping hidup. Benar bahwa masyarakat sekarang tidak sekolot dulu memandang wanita yang telah matang namun belum menikah, namun beban bagi wanita yang bersangkutan tetaplah ada.

Ada banyak cara yang dilakukan oleh para wanita untuk menghibur ketidakberdayaan semacam ini. Jika mereka adalah pekerja, mereka akan menenggelamkan diri dalam kesibukan pekerjaannya dengan apa pun profesinya, Namun jika wanita tersebut adalah bekerja dalam sektor rumah tangga, mereka akan cenderung mengucilkan diri.

Apa faktor yang melatarbelakangi kondisi ini, selain perbandingan jumlah wanita yang lebih banyak dari pria? Ternyata banyak faktor lain yang juga berpengaruh dalam mendapatkan pendamping. Salah satu di antaranya, banyak wanita yang masih memiliki pandangan ideal terhadap pasangannya.

Tidak dapat dinafikan bahwa setiap orang pasti menginginkan yang terbaik untuk dirinya, tetapi sebaiknya juga diperhatikan sifat dan perilaku wanita itu sendiri terhadap orang diluar dirinya. Memang sifat dan karakter ini tidak menjadi jaminan seseorang akan mudah mendapatkan pendamping atau tidak, tetapi kenyataan di masyarakat menunjukan bahwa wanita yang menyenangkan dan penuh toleransi akan lebih mudah mendapatkan pendamping dibandingkan dengan wanita yang kurang memiliki pengertian dan cenderung egois.

Keegoisan yang muncul pada wanita khususnya wanita yang telah menyebut dirinya sebagai wanita mandiri, justru akan menjadi jurang yang curam bagi orang di sekelilingnya. Segala sesuatu yang dapat dilakukannya sendiri akan menutup peluang orang lain berbagi dengannya. Kemandirian bisa juga berdampak pada sikap egois, walaupun tidak selamanya, tetapi pada dasarnya wanita lebih memerlukan orang lain untuk menjadi sempuma. Dialah pendamping hidup dan belahan jiwa yang akan berbagi dengannya. Tentunya ini patut untuk direnungkan.

Persoalan berikutnya adalah keterbukaan. Wanita dengan kepribadian terbuka lebih mudah untuk mendapatkan teman hidup dibandingkan mereka yang cenderung menutup diri dan enggan bersosialisasi dengan orang lain. Memang wanita dilahirkan dengan karakteristik yang berbeda namun sejalan dengan perkembangan diri sifat keterbukaan bisa dilatih dan pada akhirnya membuat seseorang siap menerima siapa pun yang akan bersahabat dengannya. Selain faktor yang telah disebutkan diatas, pada akhirnya melajang menjadi sebuah pilihan atau bahkan keterpaksaan. Terpaksa, jika dilihat bahwa umur yang terus bertambah tanpa terasa akan membuat dirinya untuk menikah sudah tidak ideal lagi. Selanjutnya rasa keengganan bagi wanita yang telah melebihi batas umur ideal menikah berdampak sangat kuat, pada akhirnya melajang adalah sebuah pilihan.

Kadang kala, wanita yang memutuskan untuk hidup melajang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Bisa jadi orang tua yang terlalu idealis dalam menentukan calon suami untuk sang anak membuat banyak pria enggan untuk mendekati wanita tersebut. Tuntutan itu bisa berupa status sosial, pekerjaan, atau bahkan mahar. Ada beberapa negara yang biasa memberikan mahar yang besar bagi sang wanita, sehingga untuk pria yang belum mapan jangan harap bisa memiliki istri. Sebagai akibatnya banyak wanita yang telah cukup umur untuk menikah masih melajang dan tinggal bersama keluarganya.

Padahal Islam sendiri tidak pernah memberatkan bagi seseorang untuk menikah. Baik dari segi mahar maupun keadaan calon istri. Sampai-sampai Rasulullah menganjurkan untuk memberikan mahar walaupun hanya sebuah cincin dari besi. Sebagai tanda bahwa mahar wajib diberikan tetapi tidak memberatkan.

Mengenai calon pendamping pun Rasulullah menganjurkan bahwa agamalah yang menjadi prioritas dalam mencari pasangan hidup, bukan kecantikan/ketampanan, harta atau keturunan. Karena khususnya lelaki yang mengerti agama bila ia senang ia akan membahagiakan istrinya, namun jika ia marah ia tidak akan menzaliminya.

Merujuk pada kemudahan yang diberikan Islam untuk sebuah pernikahan, apalagi dengan konsep poligami yang akan menyelamatkan wanita dari keberadaannya yang jauh lebih banyak dibanding pria, sepatutnya melajang jangan sampai terjadi.

Namun bila pada akhirnya situasi dan kondisi menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk hidup melajang, seyogianya memacu dirinya untuk lebih banyak berkarya. Seyogianya ia memandang peluang untuk berkarya lebih terbuka, bukan sebaliknya.

 
Baca Komentar Beri Komentar
Kirimkan Artikel Cetak Artikel
 
 
Peran Ibu Sebagai Penentu Kemajuan Bangsa
Menyemai Kasih Lewat Taman Bacaan Anak
Merawat Kecantikan dan Kesehatan Kulit
Penciptaan Perempuan dalam Al Quran dan Bibel
Islamophobia LSM Perempuan terhadap Formalitas Syariat Islam
 
 
Nama Login
 
Kata Sandi
 
 
kata kunci
rubrik
edisi
Haruskah mengeluarkan Budget Ekstra untuk Bulan Puasa Tahun ini?
Perlu
Kadang-kadang
Tidak Harus
Hasil sementara
 
     
  Gemari | KBI Gemari | Dharmais | Harian Pelita | Majalah Amanah | Dradio 103.4 FM
Damandiri | Trikora | Dakab | Gotong Royong | Yastroki | Supersemar | Yamp | Indra

Home | Profil | Kontak Kami | Buku Tamu
Redaksi Amanah : [email protected]
Copyright © 2004 Amanah.or.id
design by Visionnet