[Kesehatan]
Oleh : Prof. Dr. dr. Hj. Mynarwati, MS, PKK
*
Osteoporosis dalam bidang kedokteran
tergolong silent disease, artinya tidak mempunyai
gejala dan tanda yang mudah dideteksi. Penderita
seringkali terkecoh dengan gejala penyakit lain
seperti rematik atau nyeri sendi.
“Semula
saya menduga sakit rematik karena tidak mampu
menapakkan kaki kanan dan nyeri sekali. Ternyata
hasil foto menunjukkan terjadi patah tulang paha
…,” kata seorang wanita yang mengaku baru setahun
berhenti haid (menopause).
Pada wanita yang
mengalami menopause akan terjadi osteoporosis
terjadi karena massa tulang berkurang. Akibatnya
tulang menjadi kurang padat, rapuh dan mudah
patah, terutama pada bagian pergelangan tangan,
pinggul dan tulang belakang. Penyakit ini
berkembang sangat lamban dan berjalan seiring
dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya penyakit
ini sulit dikenali secara
dini.
Osteoporosis
Osteoporosis atau
rapuh tulang adalah penyakit sistemik pada tulang,
yang dicirikan oleh pengurangan massa tulang dan
melemahkan materi kaya mineral yang kuat dan padat
pembentuk tulang. Karena kehilangan kepadatan,
tulang juga kehilangan daya dukung terhadap tubuh,
sehingga orang yangmenderita osteoporosis lebih
mudah terkena patah tulang. Orang sering memberi
istilah, tulangnya telah keropos, atau “keropos
tulang”. Penyakit ini sering ditemukan dan bahkan
akan semakin sering dengan meningkatnya usia
harapan hidup.
Dikenal dua jenis
osteoporosis, yaitu primer dan sekunder.
Osteoporosis primer adalah Osteoporosis yang tidak
diketahui penyebabnya, erutama terjadi pada tulang
belakan, tulang paha, dan pergelangan tangan.
Sedangkan Osteoporosis sekunder adalah
osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit
lain,misalnya hiperparatiroidisme,
hipertiroidisme, diabetes mellitus tipe I, sindrom
Cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid
jangka panjang dan lain-lain.
Apabila tidak
terjadi patah tulang, orang tidak akan mengetahui
bahwa dirinya mederita osteoporosis. Diagnosis
osteoporosis dilakukan oleh dokter fengan
pemeriksaan penunjang, jika terdapat kecurigaan.
Kecurigaan tersebut antara lain tinggi badan yang
memendek, wanita pasca menopause serta pengguna
obat golongan kortikosteroid jangka panjang.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
misalnya pemeriksaan radiologik (roentgen),
ultrasonografi (USG) dan
densitometri.
Pemeriksaan radiologik
penting jika terjadi patah tulang (fraktur),
tetapi kurang actual untuk penilaian kepadatan
tulang. Sedangkan densitometri merupakan
pemeriksaan yang akurat untuk menila derajat
kepadatan tulang.
Di masa mendatang,
osteoporosis akan menjadi problem kesehatan
masyarakat dan sosio-ekonomi utama di masyarakat,
di samping penyakit jantung koroner dan kanker.
Kejadian osteoporosis lebih tinggi pada wanita
daripada pria dan merupakan problem kesehatan
utama, khususnya pada wanita masa pasca menopause
(osteoporosis pasca menopause). Beberapa
penelitian mengindikasikan bahwa sepertiga wanita
pasca menopause akan menderita patah tulang akibat
osteoporosis. Juga terdapat perbedaan ras, bahwa
orang kulit putih dan Asia lebih sering
mengalaminya dibandingkan orang kulit
hitam.
Di Amerika Serikat, kejadian patah
tulang akibat osteoporosis berjumlah 1,5 juta
kasus setiap tahunnya, dengan 300.000 kasus
diantaranya adalah patah tulang pangkal paha.
Sayang tidak ada data akurat tentang jumlah kasus
osteoporosis, kecuali ditemukan data bahwa pada
usia 50 tahun risiko patah tulang pada wanita tiga
kali lebih besar daripada
pria.
Osteoporosis di klinik baru menjadi
penting bila tulang telah mengalami keretakan atau
patah. Kebanyakan orang kurang menyadari telah
menderita osteoporosis kecuali telah terjadi patah
tulang. Patah tulang terjadi tanpa adanya trauma
sebelumnya, atau berupa trauma yang kurang
berarti. Hal ini sering terjadi pada tulang
belakang, tulang panggul, pergelangan tangan serta
tulang paha.
Apabila terjadi patah tulang
panggul, hamper selalu penanganannya melalui
operasi. Patah tulang panggul akan menimbulkan
problem yang cukup berarti bagi individu yang
bersagkutan maupun keluarganya. Penderita tidak
mampu berjalan tanpa bantuan dan dapat
mengakibatkan kecacatan yang permanent. Demikian
pula jika patah tulang terjadi pada tulang
belakang, karena kan menyebabkan berkurangnya
tinggi tubuh. Disamping itu juga timbulnya rasa
nyeri pada tulang belakang yang patah serta
perubahan pada bentuk tubuh.
Pola Hidup
yang Salah
Pola hidup yang salah dapat
mempengaruhi laju terjadinya osteoporosis. Pola
hidup menyangkut pola makan, aktivitas fisik serta
kebiasaan hidup lain. Tulang di tubuh kita
merupakan jaringan hidup yangburuk dapat
memberikan pengaruh nrgatif terhadap penyerapan
kalsium, sehingga potensi terjadinya osteoporosis
angat besar.
Konsumsi serat yang berlebihan
dapat menganggu penyerapan mineral terutama
kalsium dan sejumlah vitamin. Meskipun serat
terbukti banyak manfaatnya bagi kesehatan, tetapi
mengkonsumsi berlebihan dikhawatirkan merupakan
ancaman bagi timbulnya
osteoporosis.
Penggunaan obat-obatan
tertentu secara berlebihan dan dalam jangka waktu
lama juga dapat menghambat penyerapan kalsium.
Obat-obatan tersebut misalnya antacid, diuretic,
heparin dan tetrasiklin. Bila terpaksa harus
menggunakannya, konsumsi kalsium harus
ditingkatkan, untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya osteoporosis.
Kebiasaan merokok,
minum-minuman beralkohol, teh, kopi dan minuman
bersoda, menghambat penyerapan kalsium. Ada
sebagian orang yang kurang suka bahan makanan
tertentu, padahal bahan makanan tersebut kaya akan
kalsium, misalnya susu, keju, kacang-kacangan,
sarden, ikan yang bentuknya kecil-kecil seperti
ian teri tawar dan udang rebon kering. Kebiasaan
seperti ini pun berpotensi menimbulkan
osteopororsis karena kekuranagn
kalsium.
Pengaturan Makanan
Factor
makanan memegang peranan penting dalam upaya
mencegah osteoporosis. Dalam hal makanan, terdapat
dua unsure mineral dan vitamin yang berfungsi
untuk pembentukan tulang, yaitu kalsium (Ca) dan
vitamin D.
Kalsium berperan penting dalam
menjaga kepadatan tulang, agar tulang tidak mudah
keropos, meskipun bukan berarti mencegah atau
mengobati osteoporosis. Meskipun demikian, tidak
berarti pula dibenarkan mengkonsumsi kalsium
secara berlebihan. Kebutuhan kalsium bagi setiap
orang berbeda, tergantung pada usia dan berkisar
antara 1.000 – 1.300 mg. Pada usia memasuki
menopause, kebuthan akan kalsium
bertambah.
Makanan yang kaya akan kalsium
dan seyogianya dikonsumsi antara lain adalah
sebagai berikut: • produk susu, termasuk keju
dan susu asam (yogurt) • ikan, terutama ikan
kecil, yang dimakan dengan tulang-tulangnya
(teri). • Sayuran hijau (brokoli, sawi kembang
kol, bayam) • Biji-bijian (susu kedelai, tahu,
tempe).
Namun perlu diingat, bahwa meskipun
yang diperlukan adalah mineral, kalsium, agar
kalsium mudah diserap oleh tubuh, diperlukan
vitamin D, tubuh tidak mampu menyerap kalsium dari
makanan yang kita makan. Akibatnya, tubuh terpaksa
mengambil kalsium dari tulang.
Vitamin D
dapat diperoleh dari kulit yang terpapar sinar
matahari serta berasal dari makanan yang kita
makan. Maka diharapakan tubuh cukup terpapar sinar
matahari asalakan tidak berlebihan. Vitamin D yang
berasal dari makanan, antara lain diperoleh dari
ikan laut, susu, kuning telur, hati maupun
suplemen vitamin D. meskipun demikian, tidak boleh
mengkonsumsi vitamin D berlebihan karena dapat
membahayakan kesehatan. Dalam hal ini diperlukan
konsultasi pada dokter maupun ahli
gizi.
Saat ini telah ditemukan pula
preparat untuk menghambat atau mencegah
osteoporosis, yaitu yang berisi Alendronate
Sodium, berbentuk tablet. Keistimewaan dari temuan
ini, tidak perlu dikonsumsi setiap hari, melainkan
hanya seminggu sekali. Namun di samping itu, tetap
sangat dianjurkan dengan kombinasi pengaturan
makanan dan aktivitas fisik.
*Penulis
adalah guru besar Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI Jakarta.
|