DONGENG DARI SANG GURU
Tersebutlah seekor anak singa yang terpisah dari induknya sejak lahir. Ganasnya belantara membawanya kebingungan menyambung hidup di rimba raya. Akhirnya terdamparlah dia di satu kelompok kambing. Karena si singa masih mungil, rombongan kambing tidak takut. Malah disambut dan diterima hidup bersama ditengah kawanan kambing itu.
Akhirnya si singa belajar hidup sepenuhnya dari kambing. Dia belajar makan rumput, belajar mengembik, belajar hidup berkelompok ala kambing, bahkan mengadopsi perilaku dan tata cara hidup kambing keseluruhannya. Meskipun dengan bersusah payah, karena dia memang bukan seekor kambing.
Setelah beberapa lama, jadilah dia seekor singa dewasa yang pinter bersuara embek-embek, doyan makan rumput, bahkan muntah-muntah ngliat daging, bermain dan bergaul dengan kambing dengan akrab, dan tentu saja kawanan kambing amat suka ria. Khusus pada singa ini, kawanan kambing tak perlu takut dan khawatir.
Syahdan… kabar berita perihal singa berperilaku kambing ini terdengar oleh Singa senior. Tadinya sang singa senior tidak yakin kebenaran beritanya. Maka dicarinya singa cap kambing itu untuk melihat langsung. Diintainya kawanan kambing yang ditengahnya ada singa cap kambing itu. Saat singa senior menampakkan diri, maka kawanan kambing itu segera ngibrit ketakutan. Termasuk singa cap kambing itu, karena dia melihat kawan-kawannya lari ketakutan saat melihat makhluk aneh, berambut gondrong, bertaring dan mengaum keras-keras.
Singa senior baru percaya. Ternyata ada juga singa cap kambing itu. Bukan hanya isapan jempol saja. Maka yang perlu dilakukan sekarang adalah mengembalikan pemahaman singa cap kambing itu akan jati dirinya yang sesungguhnya. Agar bisa makan ala singa, mengaum ala singa, bergaul ala singa dan hidup ala singa.
Guru simbah menerangkan, singa cap kambing itu adalah gambaran mayoritas umat Islam sekarang ini. Dari sejak lahir kehilangan identitas Islamnya. Cara merayakan kelahiran, cara menamai anak, cara mendidik, cara makan, cara minum, cara bergaul dan bahkan cara hidupnya jauh dari identitas Islam. Karena rupanya sudah lama umat ini kehilangan induk. Akhirnya dipelihara dan dibesarkan dengan cara orang-orang yang disebut guru simbah sebagai orang kapir. Satu-satunya yang masih Islam cuma agamanya.
Saat ada orang Islam yang sungguh-sungguh menjalani Islam dengan segala atribut dan identitasnya, singa cap kambing… eh orang Islam yang kehilangan identitas ini malah ketakutan. Sama takutnya dengan orang-orang kapir saat melihat orang Islam yang sungguh-sungguh menjalani Islamnya itu. Ibarat kambing melihat singa lapar.
Keberadaan orang Islam yang kehilangan identitas itu amat penting bagi kawanan kambing musuh Islam. Maka upaya mengembalikan identitas keislaman akan selalu mendapat tantangan. Yang ada adalah upaya pengaburan identitas. Menunjukkan identitas dianggap primordialisme (mbuh ki panganan opo…). Jenggot, sorban, gamis, jilbab dlsb, dianggap identitas arab, tak ada kaitannya sama Islam. Maka orang lantas bicara soal esensi. Identitas dhohir tak perlu, yang penting esensinya apa.
Padahal saat ini orang pun tahu, jus jeruk dengan jus rasa jeruk itu beda. Jus jeruk adalah jeruk yang dibikin jus, sehingga 100 persen kandungannya adalah jeruk, hanya saja terblender jadi jus. Sedangkan jus rasa jeruk, itu hanyalah minuman bergula, bahkan gulanya pun tak alami, ditambahi esens dan aroma jeruk. Yang satu menyehatkan, yang satu bisa meracuni.
Ajaran islam dengan segala identitas dan atributnya tentunya lain dengan ajaran yang cuma diambil esensinya saja, meskipun ada beberapa ajaran Islam yang memang bisa sekedar diambil esensinya, walopun tentu saja mendatangkannya secara utuh akan lebih baik. Ha wong umat Islam itu disuruh Islam secara kaffah. Kaffah itu ya keseluruhan. Dari rasa, warna, aroma sampai sak ampasnya….. semuanya Islam. Sedangkan yang cuma diambil esensnya saja trus dicampuri tetek bengek racun yang akhirnya rasa, aroma, warna dan wujudnya menyerupai aslinya… tetep itu bukan Islam yang sesungguhnya.
Itu pitutur guru simbah saat simbah masih rajin meguru pada beliau. Lha monggo, silakan diambill yang benernya saja. >-
Popularity: 75% [?]
Feb 1st, 2007 at 9:48 am
Wah.. selama ini.. saya kira diri saya kambing.. ternyata saya singa.. makasih mbah.. from now on.. i’m gonna be a lion.. a true lion within.. (bakale abot tenan iki..)
Mbahmu : mangkanyah… kita perlu belajar hakekat diri kita..
Feb 1st, 2007 at 10:09 am
Komen Sik trus di WOCO
Feb 1st, 2007 at 10:39 am
Akur deh mbah, belajar kaffah deh .. ha wong jaman wes edan.. jarene yen ora edan ora keduman
Mbahmu : iki lak komen khas ala O’on… ha kok dinggo….
Feb 1st, 2007 at 11:14 am
Mbah nek singone tangi, trus opo yo mangani wedhus2 kapir kuwi to mbah? singone wis lali carane nyakar lan nyakot, ki piye….
Mbahmu : singo ki tangine yen wis kelingan carane nyakar lan nyakot… yen rung kelingan carane nyakar lan nyakot yo masih terlena…
Feb 1st, 2007 at 11:43 am
tuh singa pasti turunan mbah Singodimejo
Mbahmu : turunane Simba kuwi…
Feb 1st, 2007 at 11:49 am
makane mbah singo ala kambing kuwi aneh yooo,,,,,,,singo seng brewoken lan jenggoten, trus suarane kenceng, jantan, malah diwedeni…. yo koyo wong islam sing model koyo singo ala wedhus mbah ,jenggot dowo disebut teroris, clono ngatung disebut extrimis,,, nyunnah disebut fundamentalis….jan jane ne wong koyo ngene kie sing uwis keno sipilis = sekulerisme, Pluralisme lan Liberalisme …wis jan
Mbahmu : hmmmmm…
Feb 1st, 2007 at 12:56 pm
wah-wah… abot tenen materine..
opo maneh kok singa cap wedhus mbah, sing jelas2 singa pun juga digiring dadi wedhus. dengan iming2 supermi, singa tadi dikatakan sebagai “wedhus nyasar”
Mbahmu : yah… ini masalah sudut pandang kang .
Feb 1st, 2007 at 1:02 pm
jus jeruk ≠ jus rasa jeruk.
Islam ≠ Islami.
Mbahmu : pancen ngaten…
Feb 1st, 2007 at 1:40 pm
Abot Mbah..
Mbahmu : halah… mung dongeng kok..
Feb 1st, 2007 at 1:59 pm
lha wong sekarang ada yang ikut2an bikin ajang bak pemilihan ‘miss universe’ ala Islam. konsepnya kan sama aja, ajang pamer2an, meski yang dicari ‘miss universe’ Islami ni otaknya sama behaviournya…tapi yo kok kayak bensin dicampur ama teh, jadinya ya rasa bensin, ilang teh-nya…alias yang haq dicampur2 sama yang bathil…
Mbahmu : Miss ki artine mleset bin luput … ha wong barang luput kok ditiru…
Feb 1st, 2007 at 2:23 pm
wah..untuk yang satu ini aku agak kurang setuju mbah. Identitas dan atribut yang adalah hasil akulturisasi Islam dengan arab,harus kita bedakan dengan identitas Islam sebagai agama. Kalo jenggotan, celana cingkrang, dan lain-lain (kecuali untuk hal yang menutupi aurat) yang katanya Islami, itu dianggap sebagai bagian dari Islam. wah…aku pikir harus ada pemikiran lagi. Islam tidak hanya masalah atribut mbah, bahkan Islam juga tidak bisa dinilai dari atribut…piss ah..
Mbahmu : lha simbah ki cuma mbaca hadits bunyinya gini :
“Selisihilah kaum musyrik, cukurlah kumis dan peliharalah jenggot!” (HR. Muslim)
“Selisihilah kaum majusi, cukurlah kumis dan peliharalah jenggot!” (HR. Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)
dadi miara jenggot ki bagian dari perintah Islam, dan merupakan atribut sebagai penentu identitas kemusliman utk membedakan dgn non muslim. Sedangkan kathok cingkrang, itu perintah juga, bahkan disertai ancaman bagi yang tak mau menjalaninya. Terlalu banyak haditsnya jika ditulis disini semua.
Betul Islam tak bisa dinilai dari atribut, namun yang jelas Islam memerintahkan pakai atribut. Ini wajar. Ha wong cah TK saja pakai atribut kok, sampai ke tingkat pegawai, karyawan, tentara, polisi, bahkan paguyuban tukang ojek pun tak ketinggalan. Mengabaikan atribut sangat menjadi perhatian dalam Islam, apalagi ada hadits yg berbunyi :
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan kaum itu..”
So, itu dasar-dasar penting yang diwariskan Nabi saw pada muslimin… piss juga
Feb 1st, 2007 at 2:37 pm
Setuju Mbah Dipo. Bahkan kyai-kyai talkeh (nguntal okeh) sedari dulu sudah banyak yang mengajari makan rumput. Ada pula yang meletakkan aji-aji sing isine limang perkoro di atas dua perkara yang harus dipegang teguh oleh ummat.
Delok wae dhelo maneh tanggal 14, nom-noman Islam akeh sing melok palentinan (mbuh acoro jahiliyyah opo kae). Nek ora melok palentinan dikiro ora gaul. Halah gombal-gambil, ndhik jaman SMP mbingek Kang Kombor wis ngece konco-konco sing dho ndilati silite wedhus melok palentinan gak ngerti maknane. Mlebu jaman SMA lan kuliah nganti saiki, rung tahu sing jenenge melok palentinan. Gene yo Kang Kombor jik urip lan ora kurang gaul.
Mbahmu : hehehe… sampeyan iku lho, bahasane marai ngguyu.. khas jogja, yen diwoco si Thukul mesti dikomentari : Ndeso … tapi bener sampeyan kang…
Aji2 limang perkoro ki Koncosilo kae yo? Opo liyane ono maning?
Feb 1st, 2007 at 4:24 pm
Sekali lagi setuju Mbah.
Ono sing usil ngomong jare pake jilbab ki mung tiru-tiru budaya ne wong Arab yang notabenenya wong asing bagi orang Indonesia. Nek konsisten mbok yo sing dho nganggo jeans kae yo diurusi. Jeans khan yo dari asing, pakaian ne penambang emas jaman ‘Gold Fever’ neng Amerika mbiyen kae.
Debat kusire, nek urusan asing-asingan (bentuk kata yang aneh yo Mbah?), mesthine Amerika luwih asing. Arab khan mung kulon kono ( ‘o’ dibaca seperti lokomotif). Lha Amerika rak kulon kono (’o’ dibaca seperti Suharto).
Mbahmu : budaya ki gaweyan menungso, dari kata budi daya… kalo syareat itu perintah Allah, bedakan itu, kalo berhasil membedakan maka sip…
Feb 1st, 2007 at 4:39 pm
Oentoeng ik poenja djoeloek mingsih berbaw Islamie…
Feb 1st, 2007 at 4:54 pm
terus terang nggih mbah, kula tiyang bodho, di adhepi tembung esensi wae bingung. menawi mboten klentu lho mbah, islam lan budhaya arab niku kan mboten sami… lha ingkang kita turut menika ajaran islam napa budhaya arab ??
mangga dipilah-pilah pundi ingkang budhaya arab, pundi ingkang ajaran islam.
Mbahmu : budaya arab sing simbah ngerteni ki beberapa kang : mbunuh bayi perempuan hidup-hidup karena malu, azlam (tebakan pakai panah), tathoyyur (nggantung nasib lewat burung), polygami sampai lebih dari 10 isteri, mewariskan istri pada anak untuk dinikah, minum khamr, perempuan pakai baju yang mbledeh dadane ketok ranum, tawaf telanjang keliling ka’bah, bikin aturan ttg nama2 onta, menganggap sial barang2 tertentu, dlsb… coba sampeyan baca tarikh arab ttg hal ini, daftarnya panjang sekali.
Begitu Al Qur’an turun semua berubah. Dari sejak cara lairan, makan, minum, halal haram, berpakaian, bergaul, tidur, kencing dan lain sebagainya. Hampir semua budaya asli arab sudah PUNAH, kecuali yg sejalan dengan Al Qur’an.
Feb 1st, 2007 at 5:46 pm
islam=singa? wew
Mbahmu : ada 2 tokoh besar Islam yg dijuluki Singa : pertama adalah Hamzah bin Abdul Mutholib paman Nabi saw, sang Singa Allah (Asadullah), kedua adalah Omar Mochtar, sang pahlawan Libya yang memerangi penjajah Italia, gelarnya : Lion of The Dessert…
songolimo ne sampeyan ki diganti singolimo wae sam…
Feb 1st, 2007 at 10:31 pm
….
jaman wis akhir,
jaman wis akhir,
bumine goyang,
bumine goyang…………
Mbahmu : meh tancep kayon kang…
Feb 2nd, 2007 at 1:58 am
Mbah, soal celono nggantung iku nek gak salah munine:
. Nek Aku gak sombong kan yo gak popo clonoku gak cingkrang.
sakjane aku yo rodo gak mudeng, opo hubungane pakaian sampai matakaki karo sombong. Jawaban sementara, Isbal adalah symbol kesombongan bagi budaya arab setara karo wong jowo ngelingkis lengen baju utowo malangkerik (nek salah benerno yo mbah).
Kalau demikian budaya asli jawa sing sejalan dengan Qur’an kan gak harus diganti budaya arab kan Mbah. Contoh:blangkon gak harus diganti sorban, beskap & jarit gak perlu diganti jubah ala arab.
ngono kan mbah?
BTW sampeyan lek pas praktek gak gawe sorban kan mbah?
Mbahmu : leres sampeyan kang.. makanya dipaham dulu perintahnya, kalo bisa cuma diambil esensinya ya ambil, tapi kalo memang disuruh ndatangkan utuh ya datangkan utuh. Jubah gamis ki esensinya baju panjang, siwak ki esensinya kebersihan mulut, kalo mau diganti baju panjang lainnya ya sudah sesuai esensi, atau gosok gigi pake odol juga sudah sessuai esensinya…. namun kalo mau mendatangkan utuh, dalam hal ini lebih utama dalam syareat…
Mbuh ki… kok podo slenco ngalor ngidul… gak nyambung karo topik.. OOT kabeh ki…
Ttg isbal dan sombong, sombong itu definisinya 2 miturut hadits : memandang rendah manusia dan menolak kebenaran. Kalo simbah sih terima saja perintah berkain di atas mata kaki, daripada ntar dicap sama Allah menolak kebenaran…
Feb 2nd, 2007 at 9:26 am
mbah… neng tlatah djowo yo ono sing nduwe gelar singo2nan..yen ra salah ‘Lion on The Table’ iku gelare simbah Singo Dimejo…
Mbahmu : tapi ada juga yang berjuluk Singo Edan… opo yo iku?
Feb 2nd, 2007 at 10:40 am
Mbah bukannya gamis, jubah, sorban, cadar pancenne nyaman dipakai untuk daerah seperti arab yg panas dan sembribit. Koyok wong jowo yang merasa pas dengan jaritan lan sarungan.
Aku jadi bingung, dgn identitas dan atribut seperti yg simbah maksud lantas akan menunjukkan dhohir kekaffahan.
Piss ah!!
Mbahmu : terserah sampeyan budhe, niku lak asumsi sampeyan. Wong simbah ki bingung juga, sampeyan ki ngomentari tulisan ingkang pundi? Yang jelas Allah sampun paring pitedah :
“…… Dan apa-apa yang dibawa Rasul kepada kalian maka ambillah, dan apa-apa yang kalian dicegah Rasul darinya maka cegahlah….” (Surat Al Hasyr ayat 7)
Tapi saya juga masih latihan amal terus lho budhe… piss juga…
Feb 2nd, 2007 at 11:55 am
@ARIS :
Bener Kang, menurut PP No.10 tentang larangan polygami bagi pegawai negeri memang oleh duwe bojo LORO yen bojo pertama LARA berkepanjangan dan tidak/kemungkinan kecil sembuh.
Feb 2nd, 2007 at 2:58 pm
mbah..dogeng nge marai angel turu
Mbahmu : turu kok angel, ndadak diajari sik po piye ben pinter…
Feb 2nd, 2007 at 3:24 pm
wah… lha kalo Singa yang asli main “aum” ya yang lari ga cuma domba-dombanya to Mbah… singa berbulu domba jg jadi ikut lari. Alih-alih menyadarkan, malah menakuti. BUkannya kita diperintahkan menyeru kepada kebaikan dengan cara sebaik-baiknya? bukan asal mbengok saja?
Menurutku yo mbah, justru cara yang tepat itu ya seperti yang simbah lakukan ini. Bikin blog, nyumbang pikiran, sekaligus nyumbang konsultasi kesehatan. Itu pasti ga bikin singa berbulu domba lari ketakutan.
kalo waton njeplak, aku yo canggih
Mbahmu : nggih mas… sebetulnya gak ada yang mengaum kok, sama sekali belum… Jadi gak perlu lari.. Lagian simbah juga masih perlu ngaca juga kok…
Feb 3rd, 2007 at 9:11 am
Hehehe, dari semua komentar yang masuk, sudah menggambarkan isi dari artikel Simbah ini
Mbahmu : isine opo kang..? Coba sampeyan gambarne…
Feb 4th, 2007 at 7:27 pm
Bung Karno pernah nulis di Majalah Panji Islam hampir 80 tahun yang lalu, judulnya ” ISLAM SONTOLOYO ” yang mana masih relevan dengan kasus Islam saat ini.
Mbahmu : itu tulisan jaman bung Karno masih awam kang… coba sampeyan baca CAPITA SELECTA nya M. Natsir jilid satu mulai halaman 429 Terbitan Bulan Bintang, cetakan 3 tahun 1973. Disitu dijelasken dgn cara seksama bahwa tulisan Bung Karno itu menggambarkan keawamannya ttg Islam. Lagian itu tulisan sudah dibantah oleh banyak penulis di antaranya K.H.Siradjudin Abbas, M.Natsir dan A. Hasan… dari situlah Bung karno mau belajar islam melalui surat2an sama A. Hasan… trus dijadikan brosur oleh A. Hasan dgn nama “Surat-surat Islam dari Endeh” di tahun 1936.
Yang jelas menurut simbah, Nasakom lebih Sontoloyo….
Feb 5th, 2007 at 12:23 pm
Ehh mbahh..olehe ngumpamaake wis bener…tapi kok olehe mbandingke ora pas yo…soale kuwi macane mung siji trus ning kalangane wedus sing akehh..padahal ketoke macane yo uakih mbahh…malah mungkin luwih akeh yen dibandingke karo sing macan banget
Mbahmu : sak ndonya po sak opo ki? Ha wong simbah gak pernah ngadain sensus kewan je…
Feb 5th, 2007 at 2:22 pm
Assalaamualaikum…
Sungguh kita sudah tak kenal lagi kepada ALLAH
Mbahmu : wa ‘alaikumsalam….. Ada nasehat ulama bunyinya begini :
“Barangsiapa dengan sengaja menghina adab Islam, ia akan terjauh dari hidayah untuk mengikuti sunnah. Barangsiapa meremehkan sunnah, ia akan terjauh dari hidayah untuk mengamalkan perkara yang wajib. Dan barangsiapa meremehkan perkara yang wajib, ia akan terjauh dari MA’RIFATULLAH….” (diambil dari Al I’tidaal fii Maratibir Rijaal)
Feb 5th, 2007 at 3:20 pm
lah…yen wedhuse sing cap singa piye mbah? opo ora ngrusak paugeran juga?
Mbahmu : ngene wae kang, coba sampeyan baca tafsir Ibnu Katsir Surat At Taubah (9) ayat 29, nah disitu dijlentrehkan secara panjang lebar, pertanyaane sampeyan kejawab tuntas disitu…
Feb 6th, 2007 at 4:07 pm
Semula aku kira ini Domba. Domba yg rela berbagi susu demi kesehatan manusia domba yg ikhlas berbagi bulu demi kehangatan yg diamanati jadi khalifatullah. Domba yang sangat yakin bahwa dirinya tidak akan kedinginan karena Yang Maha Pengasih pasti akan menumbuhkan kembali bulunya. Domba yang yakin bahwa bentuk Rahman dan Rahim Allah kepada para domba itu, salah satunya melalui penggembalaan Manusia yang memeras susu dan mencukur bulunya.
Duh Gusti, Ampuni mereka. Mereka masih mengira bahwa NamaMu adalah hakikatMU. Mereka masih mengira bahwa berada di jalan yang Engkau sediakan bagi mereka adalah tujuan perjalanan itu sendiri. Maafkan mereka kalau masih memberhalakan “Ismu” dan lupa akan “Musamma”
Mbahmu : hmmm.. “mereka” itu siapa kang? Keliatannya ini dongeng yang lain ya… Sip… simbah juga suka yang ini
Feb 7th, 2007 at 1:32 pm
nek tak angen2, sakjane Abu Jahal, Abu Lahab, biyen nganggo klambi model arab apa blangkon ya… Au ah elap, jangan2 pakean mereka sama juga sama para sahabat. Jadi ngeri nih, pahala mung sithik, tapi ngrasani sing gak nganggo gamis… suwe2 lak entek pahalaku. Nyuwun ngapunten Gusti…
Mbahmu : mangkane ojo seneng angen2 kang . Klambine sahabat jelas bedo karo klambine wong musyrik, termasuk Abu Jahal Al Ndlogoki karo Abu Lahab Al Bajinguki… doh kono doh kene.. 3 hal yang selalu Rasul saw pesan agar beda identitas dgn mereka : orang Musyrik, Syetan dan ahli kitab….
Simbah setuju kita gak usah ngrasani siapa-siapa, ngrasani ki dosa.. Simbah nggih nyuwun ngapunten..
Feb 7th, 2007 at 3:28 pm
Selamatkan domba - domba yang tersesat !!!!!
Mereka tidak hanya menyeret domba domba, bahkan sudah jelas itu gajah, kijang, kura - kura, ikan pun juga diseret. Termasuk singa yang notabene raja hutan … diseret juga.
mbah …. mugo2 ae onok singo sing wani nyokot ….
Mbahmu : wayahe mangan yo mangan, wayahe ngombe yo ngombe, wayahe turu yo turu, wayahe nyokot yo nyokot….
Feb 7th, 2007 at 8:53 pm
mbah dipo….
piss ah
Feb 8th, 2007 at 1:19 pm
Mbah kalo partai islam perlu ndak mbah ?:
Mbahmu : wah, simbah bukan ahli politik praktis kang… yang jelas Nabi saw merubah kondisi dan keadaan masyarakat dengan amal nyata, berpolitik juga, namun politik ala Nabi