Mengenalkan
Matematika pada Balita
25 Januari 2007
Sering kita mendengar
ucapan, "Anak saya yang usia pra sekolah sudah bisa menghitung dengan
cepat, lo." Ucapan bernada bangga tersebut menggambarkan kemampuan anak
balita dalam urusan hitung menghitung. Tetapi, apakah di balik nada bangga
tersebut berarti anak sudah mengerti matematika?
Sesungguhnya, anak
usia pra sekolah masih susah menyusun kata-kata. Jadi, meskipun anak tidak
dapat belajar matematika "betulan", mereka bisa saja belajar menghitung,
karena menghitung hanyalah merupakan salah satu aspek dari
matematika.
Anak mulai belajar menghitung dengan caranya sendiri,
sesuai dengan pertumbuhan dan belajar dari apa yang dialami setiap hari.
Mulai dari panjang, jumlah, waktu, suhu, uang, dan lainnya. Melalui
kegiatan yang menggunakan tangan, anak mengembangkan pengertiannya tentang
matematika, dan kita sebagai orang dewasa harus peka serta mengenali
permainan-permainan mereka. Misalnya menyortir dan menempatkan benda-benda
sesuai dengan urutannya. Semua ini merupakan permainan yang memperkenalkan
anak pada matematika.
ANEKA CARA
Berikut ini
beberapa kesempatan dari kegiatan sehari-hari bagi anak untuk mulai
mengenal angka-angka:
* Seputar dirinya
Anak memiliki
perasaan bangga bila dapat menyebutkan berapa usianya, nomor telepon
rumah, atau nomor rumahnya. Ia ingin mengetahui berapa tinggi serta berat
badannya. Pada saat menempatkan anak di atas timbangan, hal ini juga
memberi kesempatan padanya untuk belajar mengenal kilogram (untuk berat
badan) serta sentimeter (untuk tinggi badan). Juga belajar mengenai lawan
kata, seperti berat lawannya ringan serta tinggi lawannya
pendek.
Anak juga bisa belajar mengenai ukuran bajunya dan jadi
tahu, apakah baju ukuran tertentu pas untuknya atau tidak. Saat di toko
baju, misalnya, ia akan berujar dengan lantangnya, "Wah, kalau S (small)
aku enggak cukup. Harusnya yang M (medium)."
* Memasak
Saat bersiap hendak masak, libatkan si kecil. Kenalkan padanya
tentang ukuran, pembagian, perkiraan waktu, dan lainnya. Minta ia membantu
menaburkan tepung ke dalam mangkuk sambil menghitung berapa sendok tepung
yang harus dituang. Secara tak langsung, anak sudah mulai mengenal cara
menakar. Dan untuk suhu, Anda dapat mengingatkannya, dia harus
berhati-hati dengan makanan ataupun minuman yang panas. Minuman ataupun
makanan yang terlalu panas jangan dipegang ataupun diminum dan
dimakan.
* Mengelola uang
Anak dapat menghitung,
menyimpan, memilah,dan membelanjakan uang (tentu saja di bawah pengawasan
Anda). Cara yang paling cepat dan mudah dicerna oleh anak untuk mengenali
nilai uang adalah dengan membawa serta mereka berbelanja. Entah itu
memilih makanan kesukaannya, berapa harganya, dan seberapa banyak ia dapat
menghemat jika harga makanan favoritnya sedang didiskon.
* Di
sekitar rumah
Perbaikan alat-alat rumah tangga memberikan
kesempatan yang bagus sekali pada anak-anak untuk mempraktekkan
keterampilan matematika. Minta anak memperhatikan saat Anda mengukur daun
pintu/jendela rumah atau menggantungkan foto keluarga di dinding ruang
makan. Anak-anak dapat membantu membuatkan lis foto. Kegiatan sehari-hari
seperti menyetel temperatur AC atau menyiapkan meja makan, merupakan
kesempatan bagi anak-anak untuk menghitung dan belajar mengenali
angka-angka.
* Bermain
Si kecil belajar mengenal
angka melalui permainan-permainan seperti ular tangga, monopoli, atau
halma. Anak-anak juga dapat belajar mengenal angka-angka melalui jam atau
menghitung jarak pada saat bermain lempar-lemparan bola. Dukung anak untuk
melakukan kegiatan atau olah raga bersama tetangga. Jangan lupa
memperkenalkan dan membiasakan anak bermain puzzle dan balok, karena kedua
permainan ini melibatkan pembelajaran angka-angka.
* Bepergian
Bahkan perjalanan yang pendek pun dapat memberikan pengalaman
pada anak-anak dengan matematika. Minta anak menandai kilometer kendaraan
sebelum berangkat dan catat pada kilometer berapa saat tiba di tujuan.
Dengan begitu anak akan mengerti, seberapa jauh jarak yang ditempuh.
Selain itu, minta ia memperhatikan rambu batas kecepatan kendaraan serta
memperkirakan jam berapa akan sampai di tujuan.
3 GAYA BELAJAR
Setiap anak memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda. Biasanya gaya-gaya tersebut biasanya bawaan lahir atau
diturunkan oleh orangtuanya. Bayi yang baru lahir dipenuhi dengan
penglihatan, suara, dan kepekaan. Pendengaran, penglihatan, serta
rangsangan sentuhan diterima dengan penerimaan yang sangat peka oleh
telinga, mata, dan kulit bayi.
Di tahun-tahun pertama kehidupannya
di dunia, dari tiga pengelompokkan gaya belajar, biasanya anak-anak
memberikan satu gaya belajar yang lebih menonjol dari dua gaya belajar
yang lain dan tergantung dari kepekaan gaya belajar mereka. Ketiga
kelompok itu adalah, Pendengar, Pengamat, dan Penggerak.
1.
PendengarAnak-anak yang termasuk jenis ini memperlihatkan
ketertarikan yang lebih pada suara-suara dan kata-kata. Kemampuan mereka
dalam berbicara lebih cepat dan juga cepat mengenal kata-kata baru serta
senang bila dibacakan cerita-cerita.
2.
PengamatAnak-anak yang termasuk jenis ini tertarik dengan
warna, bentuk, dan gambar-gambar hidup. Koordinasi mata-tangan mereka
sangat baik dan sebagai anak-anak mereka senang bermain dengan balok-balok
dan puzzle yang sederhana.
3. PenggerakAnak-anak
yang termasuk jenis ini senang dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan gerakan tubuh seperti merangkak, berjalan, dan biasanya kemampuan
mereka berjalan lebih cepat. Mereka terkoordinasi dan yakin dengan tubuh
mereka. Mereka senang digendong, diayun-ayun, dan selalu mencari kontak
fisik.
Gaya belajar ini dapat diamati sejak dini karena merupakan
bawaan lahir dan sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Selain sebagai
gaya yang diturunkan oleh orang tuanya, kadang-kadang gaya belajar anak
juga cenderung mendekati gaya sanak keluarga seperti om, tante, atau kakek
dan neneknya. Pada usia yang lebih besar, Anda dapat memperlihatkan
penguasaan mereka di bidang mana yang lebih menonjol, misalnya anak Anda
lebih menonjol di bidang matematika daripada bahasa.
USIA SEKOLAH
Anak-anak yang termasuk tipe pendengar
biasanya juga senang berbicara baik di dalam kelas atau di mana saja dia
berada. Dia senang membaca dengan suara keras dan kemampuannya membaca
biasanya berada dua tingkat di atas rata-rata temannya. Dia pun sering
berbicara sendiri bila sedang melakukan sesuatu hal. Selain itu, hobinya
adalah mendengarkan radio ataupun pemutar CD yang selalu dibawanya ke mana
pun dia pergi.
Sementara anak usia sekolah tipe pengamat biasanya
berpembawaan tenang dan bahkan walaupun dia tahu jawabannya, dia jarang
menjawab dengan spontan. Hobinya selain bermain komputer juga senang
mengumpulkan benda tertentu. Matematikanya biasanya mendekati sempurna dan
tulisannya rapi.
Sedangkan anak yang termasuk tipe penggerak
biasanya mengeluarkan kata-kata yang kurang rapi. ia suka bersosialisasi,
terkoordinasi dengan baik, dan tipe kompetitor yang alami. Ia juga senang
bermain di tempat terbuka. Di dalam kelas, dia akan merasa gerakannya
terbatas.
MASALAH
Jika anak tidak mendapatkan bimbingan dan dukungan
dari orang tuanya, seiring dengan perjalanan waktu ia cenderung terpaku
pada satu gaya belajar. Bila hal ini terjadi, dari sejak kelas satu
sekolah dasar, anak yang termasuk tipe pengamat kemungkinan akan mengalami
kesulitan menguasai bidang yang berhubungan dengan suara, tipe pendengar
akan mengalami kesulitan dalam bidang matematika, dan tipe penggerak akan
sulit duduk tenang di dalam kelas.
Gaya belajar yang ekstrem dapat
menghasilkan ketidakmampuan belajar. Beri dukungan pada anak Anda sedini
mungkin untuk dapat menguasai ketiga gaya belajar dengan porsi yang sama
dari lingkungan di mana ia berada. Dengan cara memaksimalkan kemampuan
belajarnya, kesulitan atau masalah yang mungkin akan dihadapi anak dapat
dicegah. (Aline/Nova)
Sumber: Kompas Cyber Media
Penulis:
Anna