INGIN ANAK CERDAS?
IQ TERNYATA BUKAN SEGALANYA
Bagaimana sih sebetulnya yang dimaksud dengan anak
cerdas? Tentu jawabannya beragam. Yang jelas, kecerdasan
meliputi banyak aspek, dari bahasa hingga
emosi.
Alkisah, ada empat anak yang kesemuanya bernama Rudi.
Rudi pertama, hobi membuat kapal-kapalan. Ia juga sangat suka
pelajaran matematika. Rudi yang kedua sangat suka olah raga.
Rudi yang ketiga, lain lagi. Ia punya hobi bermain dengan
gunting. Hampir semua benda yang ada di depannya ia gunting.
Sementara Rudi keempat sangat suka bermain masak-masakan. Nah,
di antara ke-4 Rudi itu, mana yang paling cerdas? Ternyata,
sebagian besar orang menjawab bahwa Rudi nomor satulah yang
paling pandai. Analogi ini disampaikan oleh Dr. Seto
Mulyadi, Psi.Msi., psikolog anak yang akrab dipanggil Kak Seto
dalam seminar bertema Mencetak Anak Sehat, Cerdas dan Kreatif
yang diadakan Tabloid Nakita beberapa waktu lalu, untuk
menunjukkan betapa budaya masyarakat kita cenderung masih
menganggap anak cerdas adalah anak yang jago matematika atau
hitung-hitungan. Padahal, tentu tidak selalu. Kecerdasan
sangat beragam. Ada anak yang cerdas dalam hal berbahasa, ada
juga yang jago hitung-hitungan seperti Rudi pertama tadi, ada
pula yang jago menggambar, bermain musik, dan sebagainya.
"Perkembangan masing-masing anak tidak sama. Bisa jadi, ada
anak yang cerdas kata, tapi lamban dalam hal menggambar," ujar
Kak Seto. Lantas, bagaimana cara mengembangkan kecerdasan
dan kreativitas anak? Untuk mengukur tingkat kecerdasan anak,
bisa dengan melakukan tes IQ. Namun, IQ bukanlah
segala-galanya. Kecerdasan anak bisa dioptimalkan melalui
beberapa hal, antara lain:
1. Pengembangan bahasa Yang
terpenting, sering-seringlah mengajak berdialog, bahkan saat
anak masih bayi. Lalu, jika anak sudah mulai masuk TK, beri ia
kesempatan untuk mengemukakan pendapat. "Pancing dengan
pertanyaan, apakah ia senang di sekolah, bukan menanyakan
dapat nilai berapa," jelasnya. 2. Kemampuan dasar
matematika Dapat dikembangkan dengan mengenalkan
konsep matematika sederhana. Misalnya, menghitung jumlah anak
tangga atau tinggi dan berat badan anak. 3.
Kebutuhan ilmiah Tak ada salahnya mengajak anak
mengamati pertumbuhan kecambah, proses telur yang menetas,
memperhatikan pesawat udara tinggal landas, dan
sebagainya. 4. Suka mempelajari sesuatu yang
baru Orang tua bisa memberi rangsangan dengan
bermain logico. Permainan ini juga bisa memicu interaksi
antara anak dan orang tua. Nah, jika Anda sebagai orang tua
bisa memberi dorongan dan motivasi, jangan heran jika anak
'ngotot' menghabiskan waktu berjam-jam bermain dan belajar
bersama Anda. Waktu masih kecil, semua pertanyaan Steven
Spielberg selalu dilayani oleh orang tuanya. Dan cara ini
ternyata berhasil mencetak seorang sutradara film handal.
MASA KEEMASAN
Otak bayi berkembang pesat menginjak
trimester kedua, dan ini akan berlangsung hingga usia 18
bulan. Setelah itu, perkembangannya akan mulai melandai. Oleh
karena itu, usia di bawah 2 tahun biasa disebut sebagai masa
keemasan (Golden Age). "Jika pada masa ini bayi kurang
mendapat gizi, bisa terjadi gangguan-gangguan yang akan
berpengaruh pada aspek kognitifnya," ujar Prof. Dr. Ali
Khomsan, Ms., Guru Besar Ilmu Pangan dan Gizi, Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB, dalam seminar yang
sama. Oleh sebab itu, seorang ibu harus memahami
pentingnya gizi bagi anak. Ketika bayi baru lahir, jumlah sel
otaknya sudah mencapai 66 persen dan beratnya 27 persen dari
berat maksimal. Kemudian, sel-sel otak akan tumbuh sampai 90
persen dari berat maksimal. Jika berat otak dewasa rata-rata
1400 gram, maka di usia 2 tahun, berat otak anak sudah
mencapai 1200 gram. "Artinya, usia ini memang masa
perkembangan otak yang sangat cepat." Ali Khomsan
menyarankan agar di usia 2 tahun, otak anak diberi stimulus
yang bisa memacu pertumbuhannya. "Masukan yang terbaik adalah
kolesterol dan asam lemak esensial yaitu Omega 3 dan Omega 6,"
ujarnya. Ini bisa diperoleh lewat pemberian susu, apalagi
sekarang ini hampir setiap produk susu kaleng mengandung
Omega-3 dan Omega-6. Bisa juga dengan memberikan sebutir
telur ayam kampung setiap hari. "Ini sudah memadai bagi
seorang anak." Sumber ikan laut juga bisa menjadi alternatif
pengganti telur ayam kampung. "Sayangnya, orang Indonesia
tidak terlalu suka makan ikan laut dan cenderung suka pada
ikan air tawar yang kadar Omega 3-nya tidak terlalu
tinggi." Pertumbuhan otak di masa keemasan ini ternyata
sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak. Untuk
mengetahuinya, bisa dilihat dari kemampuan anak disesuaikan
dengan tahap perkembangannya. Misalnya, umur 12-18 bulan
adalah usia di mana seorang anak mulai berjalan.
SIFAT
UNIK Berbagai cara dapat menjadi masukan
yang positif bagi si balita. Hal termudah yang bisa dilakukan
adalah dengan memberikan rangsangan sejak masa kehamilan.
Misalnya, dengan memberi sentuhan lembut, dekapan, belaian,
atau menyenandungkan lagu. Ini dimaksudkan supaya anak
memperoleh suasana kasih yang hangat. Saat anak menginjak
usia balita, mendongeng bisa menjadi salah satu sarana yang
cukup ampuh untuk berkomunikasi dengan mereka. Misalnya,
dengan membuat boneka dari sapu tangan lalu seolah-olah
berbicara dengan boneka tersebut. Dari situ, orang tua
menyisipkan pesan pada anak dengan cara yang tidak memaksa.
Misalnya, harus mau bangun pagi dan sebagainya. Selain
itu, orang tua harus paham bahwa anak memiliki sifat yang
unik. Jadi, anak yang satu pasti tak pernah sama dengan anak
lain. Ada yang pandai menyanyi, tapi tidak terampil dalam hal
berhitung, ataupun sebaliknya. "Ini karena secara genetik
mereka memang sudah berbeda," ujar Kak Seto. Akibatnya,
potensi tiap anak pun berlainan. Ini bisa diibaratkan dengan
merekahnya bunga yang bermacam-macam warnanya di sebuah taman
secara bersama-sama.
SETIAP ANAK BISA
KREATIF Untuk menggali kemampuan anak, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: - Anak
tak sama dengan orang dewasa. Ada batasan-batasan yang
membedakan mereka dengan orang dewasa. Agar anak mau belajar,
diperlukan kesabaran dan toleransi mendalam. "Jangan
segan-segan mengacungkan jempol jika anak dapat melakukan
sesuatu atau punya prestasi," lanjutnya. - Ciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Dari mulai membaca, menulis
sampai berhitung. Misalnya dengan menempel tulisan "kursi" di
kursi makan atau alat-alat rumah tangga yang lain. Secara
tidak langsung, anak akan belajar tanpa paksaan dari siapa
pun. - Beri keleluasan anak untuk berkembang. "Kalau dulu
waktu masih bayi, anak tampak begitu lucu, maka saat berusia 3
tahun, jangan meminta ia lucu seperti sebelumnya." Perilaku
anak akan berkembang sesuai fase perkembangan yang
dilaluinya. - Ingat, anak itu suka meniru. Ini adalah hal
yang wajar bagi anak-anak. Bahkan, meniru adalah salah satu
proses pembentukan tingkah laku anak. Misalnya, anak suka
berbohong. "Berarti ada yang perlu dicermati, apakah
lingkungan sekitarnya berperilaku seperti itu." Bisa jadi,
anak pernah melihat ibunya menyuruh pembantu berbohong pada
tamu. Dari situ, anak melihat bahwa berbohong itu boleh,
sehingga ia pun meniru. Anak yang gemar membaca juga bisa jadi
juga meniru dari orang tuanya yang juga hobi membaca. Oleh
karena itu, "Orang tua dan guru seharusnya bisa menjadi
teladan yang nyata dan baik bagi anak." - Setiap anak bisa
jadi kreatif. Jangan sedikit-sedikit anak dimarahi. Misalnya,
salah memberi warna pada tugas menggambarnya. Intinya, beri
anak kesempatan untuk berpikir berbeda. "Saya pernah lihat
sebuah TK yang secara berkala membolehkan muridnya menyanyikan
lagu yang ia ciptakan sendiri." Jika anak dikondisikan seperti
ini, otak kanan yang berfungsi sebagai pusat kreativitas pun
akan terus terasah.
KECERDASAN EMOSIONAL ITU PERLU
Ada banyak kecerdasan yang melingkupi
anak, dan menurut ahli, saat ini kecerdasan emosional atau
emotional quotient (EQ)-lah yang memegang peran penting dalam
mencetak anak yang sukses nantinya. Di dalam kecerdasan
emosional itu terdapat pula kecerdasan sosial. Di sini anak
bisa memahami dan mengerti orang lain. Ia juga bisa bersikap
bijaksana atas apa yang ia alami dan hadapi. Untuk melatih
kecerdasan emosional ini, orang tua harus menampilkan suasana
damai dengan sikap saling menghargai satu sama lain, tekun,
ulet dan banyak memberi senyum. "Kalau anak bertanya, kenapa
Mama nggak salat, jangan langsung marah, tapi catatlah dan
buat perjanjian untuk juga mencatat apa yang anak lakukan.
Misalnya, tanyakan kenapa anak malas makan dan sebagainya."
Dengan demikian, suasana demokratis pun mulai tercipta sejak
dini.
Untuk mengetahui apakah gizi yang diberikan itu telah
memacu tingkat intelegensi anak, ia menjelaskan bahwa orang
tua tidak semata-mata langsung tahu dari perilaku anak.
"Kecerdasan seorang anak tidak diketahui sampai ia
memperoleh input lain dari lingkungan sekitarnya." Berdasarkan
penelitian yang ditemui oleh Ali Khomsan kalau usia keemasan
itu terlampaui dalam keadaan kurang gizi, maka IQ yang diukur
nanti dan setelah itu ia mengalami perbaikan, perbaikannya ini
sudah tidak bermakna untuk memperbaiki IQ yang sudah terlanjur
kurang."
Pertumbuhan otak yang di masa keemasan ini ternyata
sangat mempengaruhi perkembangan motorik. Untuk mengetahui
seberapa jauh otak anak berkembangtingkat intelegansi anak,
bisa dilihat dari "Dari aspek kesehatan itu sudah ada
tahapan-tahapannya tetapi sebenarnya di sini sudah ada range
atau kisaran." Misalkan, kisaran umur untuk anak yang bisa
jalan yaitu antar 12-18 bulan. "Jadi kalau terjadi hal
tersebut jangan terlalu bingung karena dari aspek kesehatan
sudah ada tahapan-tahapannya. Ia berpendapat bahwa
sebenarnya antara perkembangan motorik itu berkaitan dengan
aspek kecerdasan. "Misalnya apakah anak yang berumur 1 tahun
bisa ngomong itu cerdas, ya belum tentu, belum ada teori yang
mengaitkan kalau anak itu bisa jalan dengan cepat, bisa
ngomong lebih cepat dibanding yang seusianya itu berarti lebih
cerdas dibanding yang
lain."
|