Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan
Oleh: Glory Gracia Chirstabelle
(Bobo No. 29/XXVIII)
Pada suatu waktu, hiduplah seorang anak yang rajin belajar. Mogu
namanya. Usianya 7 tahun. Sehari-hari ia berladang. Juga mencari kayu
bakar di hutan. Hidupnya sebatang kara. Mogu amat rajin membaca. Semua
buku habis dilahapnya. Ia rindu akan pengetahuan. Suatu hari
ia tersesat di hutan. Hari sudah gelap. Akhirnya Mogu memutuskan untuk
bermalam di hutan. Ia bersandar di pohon dan jatuh tertidur. Dalam tidurnya, samar-samar Mogu mendengar suara memanggilnya.
Mula-mula ia berpikir itu hanya mimpi. Namun, di saat ia terbangun, suara
itu masih memanggilnya. "Anak muda, bangunlah! Siapakah engkau? Mengapa
kau ada disini?" Mogu amat bingung. Darimana suara itu berasal? Ia mencoba
melihat ke sekeliling. "Aku disini. Aku pohon yang kau sandari!" ujar
suara itu lagi. Seketika
Mogu menengok. Alangkah terkejutnya ia! Pohon yang disandarinya ternyata
memiliki wajah di batangnya. "Jangan
takut! Aku bukan makhluk jahat. Aku Tule, pohon pengetahuan. Nah,
perkenalkan dirimu," ujar pohon itu lagi lembut. "Aku Mogu.
Pencari kayu bakar. Aku tersesat, jadi terpaksa bermalam disini," jawab
Mogu takut-takut. "Nak, apakah
kau tertarik pada ilmu pengetahuan? Apa kau bisa menyebutkan kegunaannya
bagimu?" tanya pohon itu. "Oh, ya ya,
aku sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Aku jadi tahu banyak hal. Aku
tak mudah dibodohi dan pengetahuanku kelak akan sangat berguna bagi siapa
saja. Sayangnya, sumber pengetahuan di desaku amat sedikit. Sedangkan
kalau harus ke kota akan membutuhkan biaya yang besar. Aku ingin sekali
menambah ilmuku tapi tak tahu bagaimana caranya." "Dengalah,
Nak. Aku adalah pohon pengetahuan. Banyak sekali orang mencariku, namun
tak berhasil menemukan. Hanya orang yang berjiwa bersih dan betul-betul
haus akan pengetahuan yang dapat menemukanku. Kau telah lolos dari
persyaratan itu. Aku akan mengajarimu berbagai pengetahuan. Bersediakah
kau?" tanya si pohon lagi. Mendengar hal itu Mogu sangat girang. Sejak hari itu Mogu belajar pada pohon pengetahuan. Hari-hari
berlalu dengan cepat. Mogu tumbuh menjadi pemuda yang tampan.
Pengetahuannya amat luas. Suatu hari pohon itu berkata, "Mogu, kini
pergilah mengembara. Carilah pengalaman yang banyak. Gunakanlah
pengetahuan yang kau miliki untuk membantumu. Jika ada kesulitan, kau
boleh datang padaku." Mogu pun
mengembara ke desa-desa. Ia memakai pengetahuannya untuk membantu orang.
Memperbaiki irigasi, mengajar anak-anak membaca dan menulis... Akhirnya
Mogu tiba di ibukota. Di sana ia mengikuti ujian negara. Mogu berhasil
lulus dengan peringkat terbaik sepanjang abad. Raja amat kagum akan
kepintarannya. Namun, ada
pejabat lama yang iri terhadapnya. Pejabat Monda ini tidak senang Mogu
mendapat perhatian lebih dari raja. Maka ia mencari siasat supaya Mogu
tampak bodoh di hadapan raja. "Tuan, Mogu. Hari ini hamba ingin mengajukan
pertanyaan. Anda harus dapat menjawabnya sekarang juga di hadapam
Baginda," kata pejabat Monda. "Silakan
Tuan Monda. Hamba mendengarakan," jawab Mogu. "Berapakah
ukuran tinggi tubuhku?" tanyanya. "Kalau hamba
tak salah, tinggi badan anda sama panjang dengan ujung jari anda yang kiri
sampai ujung jari anda yang kanan bila dirintangkan," jawab Mogu
tersenyum. Pejabat Monda dan raja tidak percaya. Mereka menyuruh seseorang
mengukurnya. Ternyata jawaban Mogu benar. Raja kagum dibuatnya. Pejabat Monda sangat kesal, namun ia belum menyerah. "Tuan Mogu.
Buatlah api tanpa menggunakan pemantik api." Dengan
tenang Mogu mengeluarkan kaca cembung, lalu mengumpulkan setumpuk daun
kering. Ia membuat api, menggunakan kaca yang dipantul-pantulkan ke sinar
matahari. Tak lama kemudian daun kering itupun terbakar api. Raja semakin
kagum. Sementara Tuan Monda semakin kesal. "Luar biasa!
Baiklah! Aku punya satu pertanyaan untukmu. Aku pernah mendengar tentang
pohon pengetahuan. Jika pengetahuanmu luas, kau pasti tahu dimana letak
pohon itu. Bawalah aku ke sana," ujar Raja. Mogu ragu.
Setelah berpikir sejenak, "Hamba tahu, Baginda. Tapi tidak boleh sembarang
orang boleh menemuinya. Sebenarnya, pohon itu adalah guru hamba. Hamba
bersedia mengantarkan Baginda. Tapi kita pergi berdua saja dengan
berpakaian rakyat biasa. Setelah bertemu dengannya, berjanjilah Baginda
takkan memberitahukanya pada siapapun," ujar Mogu serius. Raja menyanggupi. Setelah menempuh perjalanan jauh, sampailah
mereka di tujuan. "Salam, Baginda. Ada keperluan apa hingga Baginda datang
menemui hamba?" sapa pohon dengan tenang. "Aku ingin
menjadi muridmu juga. Aku ingin menjadi raja yang paling bijaksana," kata
raja kepada pohon pengetahuan. "Anda sudah
cukup bijaksana. Dengarkanlah suara hati rakyat. Pahamilah perasaan
mereka. Lakukan yang terbaik untuk rakyat anda. Janganlah mudah
berprasangka. Selebihnya muridku akan membantumu. Waktuku sudah hampir
habis. Sayang sekali pertemuan kita begitu singkat," ujar pohon
pengetahuan seolah tahu ajalnya sudah dekat. Tiba-tiba
Monda menyeruak bersama sejumlah pasukan. "Kau harus ajarkan aku!"
teriaknya pada pohon pengetahuan. "Tidak bisa.
Kau tak punya hati yang bersih." Jawaban
pohon itu membuat Monda marah. Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar
pohon pengetahuan. Raja dan Mogu berusaha menghalangi namun mereka
kewalahan. Walau berhasil menghancurkan pohon pengetahuan, Monda dan
pengikutnya tak luput dari hukuman. Mereka tiba-tiba tewas tersambar
petir. Sebelum meninggal, pohon pengetahuan memberikan Mogu sebuah buku.
Dengan buku itu Mogu semakin bijaksana. Bertahun-tahun kemudian, Raja
mengangkat Mogu menjadi raja baru.
|