Buaya dan Burung Penyanyi
Oleh: Endang Firdaus
(Bobo No. 17/XXX)
Buaya dan Burung Penyanyi bersahabat akrab.
Hari ini mereka asyik bercakap. Burung Penyanyi bertengger di hidung
Buaya. Namun beberapa saat kemudian, Buaya merasa mengantuk. Ia menguap
dan membuka mulutnya lebar-lebar. Oh, Burung Penyanyi yang bertengger di
hidung Buaya terpeleset masuk ke dalam mulut Buaya. Sayangnya, Buaya tidak
tahu. Ia bingung mencari Burung Penyanyi yang kini tak ada lagi di
hidungnya. “Aneh! Ke mana Burung Penyanyi?” gumam Buaya. “Ia pasti sedang
mengajakku bercanda,” Buaya melihat ke belakang, ke ekornya. Namun burung
itu tidak ada. Buaya lalu mencari Burung Penyanyi di semak-semak. Ia
memasukkan moncongnya ke semak-semak di tepi sungai. Namun Burung Penyanyi
tetap tidak ditemukannya. “Ke mana ia?” gumam Buaya kembali. Buaya
akhirnya memejamkan mata untuk tidur. Tapi tiba-tiba terdengar senandung
merdu yang keluar dari dalam dirinya. “Oh!” serunya heran. Matanya terbuka
lebar. “Selama hidup, baru kali ini aku dapat bernyanyi. Wow, aku akan
mengajak Burung Penyanyi sahabatku untuk bernyanyi bersama. Pasti akan
sangat menyenangkan!” Buaya kemudian
asyik mendengarkan senandung yang keluar dari dalam dirinya. Setelah
beberapa lama ia merasa lelah. Ia lalu membuka mulutnya, dan menguap
lebar-lebar. Ketika akan menutup matanya, matanya melihat satu makhluk
bertengger di hidungnya. Makhluk itu kelihatan sangat marah. Dia si Burung
Penyanyi. “Kau jahat!” omel burung itu. “Mengapa kau tidak memberi tahu
kalau ingin membuka mulut? Aku terjatuh ke dalam mulutmu, tahu?
Menyebalkan!” Buaya mengernyitkan
dahi. “Jadi,” katanya, “Senandung yang terdengar dari dalam diriku itu
suara senandungmu? Bukan senandungku?” “Ya!” jawab Burung Penyanyi. Ekornya
digoyang-goyangkan. “Kau kan tahu, kau tidak bisa bernyanyi sama sekali!
Suaramu sangat sumbang! Tak enak didengar!” Buaya sangat sedih
mendengar perkataan itu. Airmatanya menetes. “Aku pikir senandung itu
suaraku,” katanya pilu. “Kau tahu, aku ingin sekali bisa bernyanyi. Dan
tadi kupikir aku sudah bisa menyanyi. Ternyata? Oh, betapa malangnya aku
yang bersuara buruk!” Burung Penyanyi
merasa iba. Ia segera mencari cara untuk menghibur sahabatnya itu. “Teman,
bagaimana kalau kau membuat gelembung-gelembung air dan aku bersenandung?
Kita lakukan bersamaan. Suara yang terdengar pasti sangat enak didengar.”
Buaya setuju. Ia lalu memasukkan moncongnya ke dalam air dan
membuat gelembung-gelembung. Burung Penyanyi bernyanyi. Suara nyanyiannya
sangat pas dengan suara gelembung-gelembung air yang dibuat Buaya. Buaya
senang sekali. Dan sejak itu mereka berdua selalu melakukan hal itu setiap
hari. Dan, agar Burung Penyanyi masuk lagi ke dalam mulutnya, Buaya
selalu memberitahu dulu sebelum membuka mulutnya. Wow, rukun ya mereka!
|