GEMBALA SANG RAJA
Oleh: Ny. Widya Suwarna (Bobo
No. 48/XXVII)
Raja Yosia memiliki 100
ekor domba pilihan. Bulunya putih bagaikan salju, muda, sehat, dan bersih.
Pada waktu-waktu tertentu, 100 ekor domba itu dipersembahkan sebagai
kurban untuk Tuhan. Kemudian sang gembala, Pak Kaleb, menyiapkan lagi 100
ekor domba pilihan. Ia memberi mereka makan rumput yang hijau segar. Dan
membawa mereka minum ke air danau yang tenang. Juga menjaganya bila ada
serigala menyerang. Namun, sekarang Pak Kaleb sudah tua. Ia harus diganti
dengan seorang gembala muda yang tangkas dan kuat. "Pak Kaleb, kau pilihlah
dulu tiga gembala muda calon penggantimu. Berikutnya aku yang akan
menguji, untuk menentukan siapa yang pantas menggantikanmu!" titah Raja.
Pak Kaleb
segera melaksanakan perintah raja. Ternyata cukup banyak peminat. Rakyat
negeri itu tahu, bekerja bagi Raja adalah kesempatan istimewa. Gajinya
besar dan merupakan suatu kehormatan. Pak Kaleb menguji
pengetahuan para calon penggantinya. Ia bertanya tentang cara menyisir
bulu domba, ciri-ciri domba sakit, cara mengobati domba sakit, cara
melawan serigala, kemahiran menggunakan tongkat gembala dan sebagainya.
Akhirnya didapat tiga
calon; Yunus, Obaja, dan Daud. Ketiganya masih muda, kuat, gagah, dan
pandai. Kaleb segera menghadap Raja untuk melapor. "Bagus, Pak Kaleb. Besok
suruh mereka menghadap aku di halaman belakang istana. Dan tolong
sembunyikan seekor domba dari yang 100 ekor itu. Tukar dengan kambing
hitam!" kata Raja. "Baik, Baginda. Segera hamba laksanakan!" kata Kaleb. Namun dalam
hatinya ia heran. Mengapa seekor domba harus ditukar dengan kambing hitam?
Esok
harinya Baginda pergi ke halaman belakang istana. Tiga gembala muda sudah
menunggu dengan tongkat masing-masing. Domba-domba berkeliaran di rumput,
ada yang duduk tenang, ada yang berjalan-jalan dan ada pula yang berlaga
dengan kawannya. "Anak-anak muda, itulah 100 ekor domba pilihan yang akan
dipercayakan pada salah seorang di antaramu. Coba perhatikan dan kemudian
beri komentar kalian!" kata Raja. Ketiga calon gembala istana
itu segera mendekati domba-domba. Setengah jam kemudian
mereka kembali menghadap Raja. "Bagaimana komentar
kalian?" tanya Raja. "Domba-domba itu memang
domba pilihan. Tak ada cacat cela. Sungguh suatu kehormatan bila hamba
dipercaya menggembalakan mereka!" kata Yunus. "Hamba pun berpendapat
demikian. Merawat domba-domba untuk dipersembakan pada Tuhan sungguh
merupakan anugerah!" kata Obaja. "Dan apa komentarmu?" tanya
Raja pada Daud. "Jumlah domba hanya 99 ekor. Yang seekor kambing hitam, bukan
domba. Dimanakah yang seekor lagi? Menurut Pak Kaleb, kami harus merawat
100 ekor domba pilihan!" kata Daud. Raja mengangguk-angguk.
"Ya, ya. Kalau begitu, biar Pak Kaleb mencari yang seekor lagi. Besok
kalian datanglah lagi untuk diuji!" kata Raja. Sesudah tiga calon gembala
pergi, Raja berkata pada Pak Kaleb, "Tukarlah kambing hitam itu
dengan domba yang luka!" "Baik, Baginda!" jawab Pak
Kaleb dengan hormat. Keesokan harinya ketiga
gembala muda itu datang lagi. Raja meminta mereka memeriksa 100
domba-domba itu dan memberikan komentarnya. "Bagaimana sekarang?
Jumlahnya 100 ekor?" tanya Raja. "Ya, Tuanku. Jumlahnya 100
ekor domba pilihan. Kemarin hamba tidak menghitungnya!" kata Yunus.
"Benar,
Baginda, hari ini dombanya lengkap 100 ekor!" jawab Obaja. "Maaf, Baginda.
Tadi saat hamba sisir bulu domba-domba itu, ternyata ada seekor yang
terluka. Lihatlah! Ini perlu diobati!" ujar Daud sambil membawa seekor
domba dan menunjukan bagian yang terluka. "Baiklah, Pak Kaleb akan
obati. Besok ujian terakhir. Jadi, datanglah sekali lagi!" kata Raja.
Kemudian Raja menyuruh Pak Kaleb menukar domba yang luka dengan domba yang
sehat sempurna. Esok harinya, ketiga gembala itu datang lagi. Raja meminta mereka
memeriksa domba-domba itu dan kemudian menghadap. Kali ini Yunus dan Obaja
memeriksa domba-domba itu dengan teliti. Ketika menghadap, Yunus
berkata, "Hamba lihat ada 100 ekor domba sehat, Baginda!" "Benar! 100 ekor
domba pilihan yang sehat!" kata Obaja. "Jumlah domba memang 100 ekor, tapi hamba tidak lihat domba yang
terluka kemarin. Dimanakah dia? Apakah lukanya sudah membaik?" tanya Daud.
Raja
tersenyum senang dan mengangguk-angguk. "Kalian bertiga
gembala-gembala muda yang tangkas. Namun, aku harus memilih satu. Dan
pilihanku jatuh pada Daud. Ia pantas menjadi gembala istana. Ia teliti
menghitung domba-domba yang akan dipercayakan padanya. Ia memeriksa
kesehatan domba dengan teliti. Dan mengenal domba-domba itu dengan baik.
Ia tahu bahwa domba yang terluka itu tak ada, walau jumlah seluruh domba
tetap 100 ekor!" kata Raja. Maka Daud pun diangkat
menjadi gembala sang Raja.
|