Kisah Tulo dan Tulio
Oleh: Glory Gracia
Christabelle (Bobo No. 07/XXX)
Pada suatu ketika
hiduplah dua bersaudara. Tulo si kakak dan Tulio si adik. Mereka sangat
baik dan ramah. Namun ada keanehan pada tubuh mereka. Tulo memiliki kaki
yang panjang setinggi rumah, namun tangannya pendek sekali. Sementara
Tulio memiliki kaki yang amat pendek namun tangannya amat panjang sehingga
bisa memeluk sebuah rumah. Anak-anak menyukai mereka. Namun orang dewasa
menganggap mereka aneh. Tulo dan Tulio senang menghibur anak-anak. Mereka
bercerita, melucu, bernyanyi... Suatu hari Tulio berkata
kepada Tulo, “Kak, aku mendengar cerita tentang kolam ajaib. Konon kolam
itu bisa membuat tubuh kita normal. Aku tidak suka dianggap aneh dan
ditertawakan. Ayo kita cari kolam ajaib itu.” Tulo berpikir sejenak.
“Baiklah! Mari kita berpetualang mencari kolam ajaib itu!” ujarnya
kemudian. Di sepanjang perjalanan, Tulo an Tulio bertemu banyak orang. Ada
yang menganggap mereka aneh, ada pula yang menerima mereka dengan senang
hati. Yang jelas, kemanapun mereka pergi, mereka selalu menghibur
anak-anak. Mereka bermain akrobat ataupun melucu. Anak-anak sangat gembira
melihat pertunjukan mereka. Lama-kelamaan orang
dewasa pun mulai menyukai pertunjukan Tulo dan Tulio. Tulo dan Tulio
menjadi amat terkenal. Mereka diundang di berbagai perayaan dan pesta.
Ketenaran mereka akhirnya terdengar Raja Tenggara. Raja mempunyai masalah.
Putranya sangat pemurung. Ia tidak mau tertawa dan amat pemarah. Sifat
putranya itu membuat raja sedih. Dengan sifat seperti itu, putranya akan
sulit menjadi raja yang dicintai rakyatnya kelak. Berbagai tabib, pelawak,
tukang sulap, tak mampu membuat pangeran kecil itu tersenyum. Raja
Tenggara akhirnya mencoba memanggil Tulo dan Tulio. Ia berharap Tulo dan
Tulio berhasil. Kedua kakak adik itu datang ke istana Raja Tenggara. Mereka
mencoba menghibur pangeran kecil. Mereka menari, menyanyi, melucu, dan
berakrobat. Mula-mula pangeran kecil tak tertarik. Namun lama-lama ia
mulai memperhatikan Tulo dan Tulio. Tulo dan Tulio memang berbeda dengan
penghibur lainnya. Mereka sangat menyukai anak-anak. Tulo membopong sang
pangeran kecil di atas pundak. Pangeran pun dapat melihat kota dengan
jelas. Tulio menggunakan tangannya yang panjang untuk mengayun tubuh
pangeran. Pangeran kecil merasa terbang seperti burung. Wah, hanya Tulo
dan Tulio yang sanggup melakukan hiburan seperti ini. Pangeran kini mulai
sering tertawa dan bergembira. Pangeran itu juga tidak pemarah dan egois
lagi. Rupanya selama ini pangeran merasa kesepian dan bosan. Tulo dan
Tulio mengajarinya cara berteman dan menjaga perasaan orang lain. Raja gembira
luar biasa. “Mintalah apa saja. Pasti kukabulkan!” ujarnya pada Tulo dan
Tulio. “Baginda yang baik. Kami dua bersaudara sebenarnya sedang mencari
kolam ajaib. Konon, kolam tersebut dapat membuat kami normal seperti orang
lain. Jika Baginda tahu di mana tempatnya, ijinkanlah kami ke sana,” jawab
Tulo. “Itu bukanlah permintaan yang sulit. Kebetulan sekali kolam ajaib
yang kalian maksud itu adalah milikku. Pakailah sesuka kalian!” Raja segera
menyuruh pengawal mengantarkan Tulo dan Tulio. Sesampainya di kolam ajaib,
Tulo dan Tulio langsung menceburkan diri ke dalam kolam ajaib. Luar biasa!
Beberapa saat kemudian mereka menjadi orang normal. Kaki dan tangan mereka
tidak lagi kepanjangan atau kependekan. Tulo dan Tulilo senang bukan
sekali Kini Tulo dan Tulio tak perlu merasa berbeda dengan orang lain.
Mereka menjalani hidup baru mereka dengan puas. Namun lama kelamaan,
mereka merasa kehilangan sesuatu. Ada yang kurang dalam hidup mereka.
Lama
mereka berpikir. Akhirnya mereka sadar. Sekalipun keinginan mereka
terpenuhi, namun mereka telah kehilangan sesuatu yang amat berharga. Yah,
mereka telah kehilangan diri mereka sendiri. Tulo dan Tulio yang dulu
telah hilang. Tidak ada Tulo yang kakinya sering dipanjati anak-anak
dengan riang. Tidak ada Tulio yang mampu mengayunkan pangeran kecil sampai
tergelak-gelak. Tidak ada lagi Tulo dan Tulio yang dulu sangat dicintai
anak-anak. Orang banyak pun tidak dapat menyaksikan pertunjukan mereka
lagi. Tulo dan Tulio mulai dilupakan orang. Tulo dan Tulio mulai
berpikir kembali. Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya mereka
kembali menghadap raja Tenggara. “Yang Mulia, kami sangat
senang menjadi normal. Namun kami telah kehilangaan diri kami. Lama kami
berpikir. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali menjadi Tulo dan Tulio
yang dulu. Sekalipun aneh, itulah diri kami yang sesungguhnya,” ujar dua
bersaudara itu. Raja Tenggara kembali mengabulkan permintaan mereka. Raja
menyuruh pengawalnya mengantar mereka ke kolam ajaib. Tulo dan Tulio
segera menceburkan diri mereka ke kolam itu. Dan sejak itu, tubuh mereka
kembali seperti semula. Hidup mereka pun kembali gembira seperti dulu.
Dikelilingi anak-anak yang mencintai mereka.
|