Olahraga bisa menstimulasi yang bisa mengembangkan
seluruh kecerdasan anak. Sayang, orang tua sering abai
untuk urusan fisik ini. Yuni begitu khawatir anaknya
Yogi (9 tahun) yang kini duduk di bangku SD tak
mendapatkan ranking di sekolah. Berbagai upaya
dilakukannya. Sepulang sekolah, Yogi mengikuti
bermacam-macam les agar bisa masuk peringkat atas di
sekolah.
Agar Yogi tak perlu keluar rumah, Yuni menyediakan
play station atau computer games di
rumahnya. Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Inggris
merupakan 'menu harian' Yogi di rumah. ''Saya ingin anak
saya berprestasi. Penting untuk masa depannya,'' ujar
sang ibu. Cerita di atas menggambarkan betapa sebagian
orang tua begitu puas bila anaknya mendapatkan peringkat
tinggi di sekolah. Pertanyaan pun terlontar, benarkah
cara mengajar anak seperti itu? Efektifkah memaksakan si
anak untuk mengikuti berbagai macam les dan menjejalinya
dengan pelajaran akademik?
Menurut psikolog dari Universitas Indonesia (UI), Dra
Surastuti Nurdadi MSi, semua itu tidaklah akan cukup
menjadi bekal bagi si buah hati untuk menghadapi
kehidupan di masa yang akan datang. ''Kecerdasan
individu tak hanya berdasarkan hasil skor tes
inteligensi saja,'' ujarnya dalam seminar di Fakultas
Psikologi UI, Depok, pekan lalu.Untuk tumbuh menjadi
generasi yang cerdas dan kreatif, katanya, seorang anak
juga perlu berolahraga. Berilah si anak waktu untuk
bergerak dan bermain. Melalui gerak tubuh, kata Nuki,
begitu ia akrab disapa, anak akan memperoleh
keterampilan bergerak dan kebugaran jasmani.
Butuh keseimbangan
Gerakan tubuh, menurut
Nuki, ternyata merupakan perantara yang aktif untuk
mengembangkan kemampuan persepsi motorik. ''Masa bayi
anak bermain dengan menggerak-gerakkan anggota
tubuhnya,'' tuturnya. Pada tahun-tahun pertama dalam
kehidupan, seorang anak melakukan gerak motorik kasar.
Tambah usia, anak akan mulai memainkan alat permainan
atau objek yang dapat digunakannya untuk bermain. ''Pada
saat usia prasekolah, anak membutuhkan keleluasaan untuk
bermain dan bergerak,'' imbuhnya. Dengan menguasai
kegiatan motorik, pada diri anak akan timbul rasa senang
dan percaya diri karena dapat berprestasi.
Bila seorang anak memiliki keterampilan berolahraga,
tutur Nuki, maka pada diri si buah hati akan muncul rasa
senang. Lewat olahraga pula, anak akan belajar bersaing.
''Berolahraga juga bisa meningkatkan harga diri dan
keterampilan sosial,'' katanya. Tentu saja, anak pun
bisa merasa bugar. Bahkan, sebuah penelitian ilmiah
menyebutkan kebiasaan berolahraga yang dilakukan seorang
anak ternyata mampu meningkatkan kinerja akademis.
Bahkan, olahraga pun ternyata bisa mengurangi tingkah
laku negatif. ''Olahraga bisa mengurangi tingkah laku
yang merusak,'' imbuhnya. Intinya, kata Nuki, seorang
anak perlu diberi keseimbangan.Keseimbangan itu berupa
stimulasi yang dapat mengembangkan ke seluruhan
kecerdasannya. ''Olahraga/aktivitas merupakan salah satu
stimulasi,'' paparnya.
Melalui olahraga anak bisa belajar. Sebab, olahraga
dapat memengaruhi aspek kognitif dan emosi-sosial si
buah hati. Hal senada diungkapkan dr Indrarti S SpKO.
Menurut dia, secara naluri anak-anak cenderung selalu
aktif bergerak. Mereka bergerak didasari oleh rasa ingin
tahu terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
Aktivitas motorik pada anak akan tumbuh seiring proses
tumbuh kembang yang harus mereka lalui.
Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga ini,
kemampuan motorik akan berkembang menjadi suatu
keterampilan motorik tertentu. Hal itu, imbuh dia, akan
tergantung sejauh mana mereka mendapat
pengalaman-pengalaman gerak dari lingkungan sekitarnya.
''Peran orang tua, guru, teman dan orang-orang terdekat
serta sarana prasarana akan sangat mempengaruhi hal
itu.'' Tubuh yang selalu aktif bergerak, kata Indrarti,
ternyata tak hanya bisa memberi pengaruh positif pada
kondisi fisik, namun juga akan berpengaruh pada kondisi
psikologis, intelektual, dan sosialnya. Anak-anak pun
bakal mempelajari segala macam yang ada di dunia melalui
aktivitas motoriknya sesuai dengan tahapan perkembangan
psikomotornya. ''Anak-anak yang mendapat lingkungan yang
kondusif akan menjadikannya sebagai anak-anak yang
aktif, bugar, kreatif dan terampil,'' paparnya.
Hambatan orang tua
Menurut Indrarti, hampir
semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh sehat,
ceria, banyak memiliki ide cemerlang, kreatif dan
berprestasi. Sayangnya, banyak orang tua yang tak
memahami dan menyadari pentingnya proses tumbuh kembang
pada anak. Tak heran, lanjut dia, bila saat ini di
Indonesia terdapat tiga masalah yang kurang mendapat
perhatian. Saat ini, tutur dia, tingkat kesegaran
jasmani anak-anak begitu kurang. ''Masalah lainnya,
model pembelajaran di sekolah kurang merangsang
aktivitas anak serta kurangnya waktu serta lahan untuk
bermain dan olahraga,'' tandasnya. Selain itu, olahraga
yang disajikan kurang sesuai dengan tahapan usia anak.
Mengajarkan anak berolahraga secara teratur tentu
sangat baik bagi perkembangannya. Anak-anak dengan
tubuhnya yang mungil lebih senang dan aktif berlari,
loncat, dan berguling tak menentu. Terkadang, mereka
dengan riangnya naik meja, kursi, atau memanjat pohon
dan pagar yang ada di dekat rumahnya. Sayangnya, kata
Indriarti, orang tua tidak suka dengan sikap anaknya
tersebut. Teguran pun biasanya dilontarkan orang tua.
Ternyata, kata dia, bila hal itu dilarang justru akan
menghambat dan mengganggu proses aktualisasi diri anak
melalui aktivitas motorik mereka.
Proses aktualisasi diri anak juga sering kali
terhambat karena guru olahraga di sekolah atau di klub
olahraga memberi latihan di luar kapasitas fisik
anak-anak. Akibatnya, anak-anak menjadi kurang aktif,
lesu, tak bergairah, sering sakit, berperilaku aneh,
tidak menyenangkan, dan selalu buruk di mata orang
tua.Yang perlu diperhatikan, anak perlu diberi
kesempatan untuk bergerak dan bermain sesuai dengan
kesenangannya. Sarana dan prasarana yang digunakan harus
dipastikan aman. Selain itu, akan pun tak boleh
dibiarkan bergerak terlalu capai. Semua itu tentu harus
diajarkan dengan penuh kasih sayang.
Sesuaikanlah dengan Pertumbuhan
Anak
Mengajarkan anak berolahraga tak bisa dilakukan
sembarangan. Menurut dr Indrarti S SpKO, olahraga yang
diajarkan harus sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Berikut ini tahapan olahraga yang
bisa diajarkan pada anak berdasarkan usia:
Periode umur 5-6
tahun
Latihlah si anak gerakan dasar sederhana seperti
jalan, baris-berbaris, lari, lompat-lompat, keseimbangan
dan berguling, berputar atau rolling. Pada usia ini, anak juga bisa
diajarkan gerak meniru, jalan/ gerak binatang, pesawat
terbang, menebang kayu dan lain-lain.
Bisa pula anak diajarkan gerakan memanjat,
bergelantungan dan berayun. Permainan sederhana dengan
bola, koordinasi dan kelincahan, bebas tanpa aturan yang
ketat. Baik pula anak diajarkan latihan keseimbangan,
berjalan di atas titian balok garis lurus atau bengkok.
Anak usia ini juga bisa diajarkan gerak dalam tari
dan lagu. Beri juga mereka aktivitas di alam terbuka.
Untuk olahraga, pada usia ini bisa diajarkan senam,
renang, dan loncat indah.
Periode umur 7-8
tahun
Latihan untuk memperbaiki postur tubuh, gerakan
membungkuk, melompat, dan meregang. Pada usia ini baik
juga diajarkan, kombinasi lari -- lompat dengan irama
musik, menginterpretasikan irama musik dan gerakan
ritmis (tari). Bisa juga diajarkan permainan yang
melibatkan kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan.
Usia ini anak diajarkan lempar-tangkap bola,
memasukkan bola ke dalam keranjang, sepak bola, dan
kasti. Bisa pula diperkenalkan, permainan dengan
peraturan sederhana dengan ukuran peralatan olahraga
lebih kecil. Kenalkan pula aktivitas di alam terbuka.
Olahraga tenis, tenis meja.
Periode umur 9
tahun
Bisa dikenalkan aktivitas
conditioning, lari, lompat. Usia ini
mulai mempelajari keterampilan gerak --menendang bola,
melempar bola untuk jarak dan ketepatan, keterampilan
berenang. Permainan lebih bervariasi dan aktivitas lebih
keras. Olahraga bola basket (bola ringan), bulu tangkis,
dan bola voli (bola lebih kecil).
Periode umur
10-11 tahun
Pada usia ini, aktivitas sudah
mulai diarahkan pada aktivitas-aktivitas meningkatkan
kesegaran jasmani (latihan aerobik, kekuatan otot,
kelenturan) dan keterampilan cabang olahraga. Olahraga:
atletik, sepak bola, voli, panahan, pencak silat,
anggar. hri
( hri )