Petualangan Sebuah Mobil Tua
Diterjemahkan dari Das
Erlebnis des alten Autos, oleh M.Yusuf (Bobo No. 39/XXIX)
Di sebuah toko mobil, ada sebuah mobil tua. Sudah lama ia
dipajang di sudut toko itu. Namun tak ada seorang pun yang mau membelinya.
Dengan iri mobil tua itu memandangi mobil-mobil lain yang lewat di depan
toko. "Ah, andai aku bisa kesana-kemari seperti mereka. Aku akan pergi
kemana aku suka. Walau di hari panas ataupun di saat salju turun,"
bisiknya dalam hati. Sore itu saljupun
turun. Mobil tua menggigil kedinginan. "Brrr… kalau terlalu lama di sini,
aku bisa berkarat dan tidak bisa berjalan lagi. Bisa-bisa aku diseret ke
tempat besi-besi tua, lalu dihancurkan," keluhnya sedih. Malamnya, datanglah dua
pencuri ke toko itu. Ketika melewati si mobil tua, salah satu pencuri
berkata, "Kita curi saja mobil ini. Warnanya gelap. Jadi orang tidak mudah
melihat kita." Kedua pencuri menyenter mobil tua itu. Si mobil tua terkejut oleh
cahaya terang lampu senter. "Ah, akhirnya aku bisa jalan-jalan juga,
walaupun dengan pencuri," sorak mobil tua di dalam hati. Namun pencuri
yang lain tidak setuju. "Mobil ini terlalu tua.
Pasti akan mogok di jalan. Kita curi mobil baru saja." Mendengar perkataan
pencuri itu, hilanglah harapan si mobil tua. Ia menangis tersedu-sedu.
Tiba-tiba terdengar suara, "Siapa itu yang menangis?" Mobil tua terkejut. Ia
melihat ke sekelilingnya. Tapi tidak ada siapa-siapa. "Ini aku! Murry si
kucing. Kenapa kau menangis, mobil tua?" "Hukhh… tidak ada
seorangpun yang mau membeliku. Bahkan pencuri pun tidak mau mengambilku!
Hukh... Aku ingin sekali jalan-jalan. Bensin di tangkiku penuh. Aku hanya
butuh kunci yang tergantung di kantor. Oh… Murry, maukah kau
mengambilkannya?" "Baik, akan kucoba!"
ujar Murry kucing sambil melirik. "Tapi kau harus janji! Kau harus
membawaku pergi ke mana pun yang kumau!" "Beres, beres," mobil tua kembali bersemangat. Murry pun melompat ke
arah jendela yang terbuka. Ia berhasil menjatuhkan kunci mobil tua itu.
Betapa senangnya si mobil tua. "Sekarang, masukkan kunci itu ke lubangnya.
Dan kita akan pergi kemana kau suka." Murry melakukan yang
diperintahkan mobil tua. Dan… Drung … drung … drung… Mesin mulai menyala.
"Mobil tua, aku ingin ke hutan! Cepat antar aku!" Murry melompat ke atas
jok dan menyetir mobil. Saat itu malam sudah sangat gelap. Jadi tak ada
seorang pun yang melihat ada kucing yang menyetir mobil. Mereka lalu berhenti di
tepi sebuah hutan. Murry kucing melompat keluar dan masuk ke dalam hutan
untuk berburu tikus. Setelah perutnya kenyang, ia kembali dan melompat ke
jok mobil untuk tidur. Begitulah seterusnya.
Setiap malam mobil tua mengantar Murry, kemana pun yang ia mau.. Murry
akhirnya jadi pemalas. Ia tak mau berjalan dengan kakinya sendiri. Suatu
ketika, si mobil tua tidak bisa berjalan. "Maafkan aku, Murry.
Sepertinya ada yang rusak di tubuhku. Aku harus pergi ke bengkel untuk
diperbaiki." "Apa?" Murry sangat marah. "Kau kan sudah berjanji untuk
mengantar kemana pun yang aku mau. Sekarang, bagaimana caranya aku pulang?
Salju sedang turun. Dan aku tidak mau kebasahan!" "Tapi aku tidak bisa
apa-apa lagi… ," mobil tua sangat sedih. Dengan kesal, Murry
meninggalkan si mobil tua sendirian di hutan. "Uhukh, apa yang harus
kulakukan sekarang…" mobil tua menangis lagi. Tapi tak ada seorang pun
yang mendengarnya. Salju mulai turun dengan deras. Tak lama kemudian,
lewatlah Sinterklas dengan keledainya. "Hei, ada sebuah mobil!" serunya.
"Hampir tak kelihatan, karena tubuhnya tertutup salju!" Sinterklas
mendekati mobil tua itu. "Tidak ada siapa pun di dalamnya!" Mendengar suara Sinterklas, mobil tua langsung menyapanya,
"Sinterklas yang baik! Bisakah Anda memperbaiki saya? Kalau saya bisa
berjalan lagi, akan saya antar kemana pun Anda pergi!" "Baiklah," jawab
Sinterklas. "Kaki keledaiku sudah mulai letih. Padahal hadiah-hadiah Natal
yang harus kuantar masih banyak sekali." Sinterklas mengambil sebuah
tongkat kecil dari saku mantelnya. Tiba-tiba terlihat sinar terang. Ting!
Ah,
tiba-tiba muncul beberapa orang kerdil. Mereka tersenyum, mengangguk pada
Sinterklas. "Apa yang harus kami lakukan?" tanya mereka. "Tolong perbaiki mobil
ini. Aku akan memakainya malam ini." Orang-orang kerdil itu
dengan cepat memperbaiki si mobil tua. Setelah itu, Sinterklas pun
memakainya untuk mengantar hadiah-hadiah Natal. Beberapa saat kemudian,
semua hadiah Natal telah diantar. Kini mobil tua harus berpisah dengan
Sinterklas. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya si mobil tua. "Apa
aku harus kembali ke tempatku semula dan menjadi besi tua? Lihatlah!
Warnaku sekarang sudah memudar. Siapa yang mau membeliku?" "Hahaha,
jangan khawatir, mobil tua. Sebagai tanda terimakasihku, aku akan
membuatmu menjadi benda yang berarti." Sinterklas sekali lagi mengeluarkan
tongkat ajaib dari saku mantelnya. Ting! Kumpulan
bintang-bintang mengelilingi si mobil tua. Ah! Ajaib! Si mobil tua
mengecil… mengecil… sampai akhirnya hanya sebesar mobil mainan. "Akan
kuhadiahkan kau pada anak laki-laki yang baik di seberang jalan sana,"
seru Sinterklas. Mobil tua pun tersenyum puas.
|