Berikut ini gambaran garis besar (kerangka mengenai Kurikulum yang kami rancang.

 

Bahasa

Kemampuan berbahasa anak dikembangkan berdasarkan metode belajar bahasa utuh (Whole Language) yang dikembangkan oleh para pakar di Amerika Serikat, terdiri dari baca-tulis-bicara-dengar.

Proses belajar berbahasa ditujukan bukan sekedar mengajarkan keterampilan baca tulis, namun lebih jauh ditujukan membangun kemampuan anak untuk mampu menuangkan gagasan, pemikiran juga perasaannya.

 

Agama

Dalam aspek keagamaan, relasi anak dengan Tuhan dibangun setiap saat dalam kaitannya dengan kegiatan anak belajar sehari-hari, bahkan pada saat anak belajar sains ataupun ketika berproses kreatif. Relasi dengan Tuhan (apapun agamanya) adalah bagian terpenting dalam proses belajar anak, karena terkait dengan proses pengenalan diri, pencarian jati diri seorang anak.

Kami tidak membangun sekolah ini untuk berlandaskan pada satu agama yang tertentu, karena toleransi dan saling menghargai hanya bisa dibangun di atas perbedaan dan keberagaman. Hal ini kami yakini, karena perbedaan dan keberagaman adalah realita kehidupan kita sehari-hari di tengah masyarakat.

 

Proses Kreatif

bukan keterampilan atau pra-karya… Anak-anak akan betul-betul digali kekayaan kreatifitasnya yang akan sangat diperlukan pada saat mereka menyelesaikan soal-soal matematika, merancang atau saat berpetualang di alam. Kreatifitas bukanlah semata-mata mengenai menggambar atau pra-karya, tetapi adalah kemampuan anak untuk mencipta atau memecahkan masalah.

 

Budi Pekerti

Selama ini di sekolah formal dikenal dengan mata pelajaran PPKn (dulu PMP), hal mana sebetulnya hanya sebagian kecil saja dari budi pekerti yang bisa dipelajari dari buku cetak, bahkan ketika anak sampai hafal seluruh isi buku sekalipun.

Pemahaman nilai-nilai Budi Pekerti hanya bisa dilakukan lewat pengalaman langsung. Dan ini dapat dilakukan lewat berinteraksi dengan sesama. Lebih jauh dari sekedar Budi Pekerti, proses belajar di sekolah ini akan membawa anak dalam sebuah proses pembinaan karakter, dimana karakter positif anak digali dan terus dikembangkan.

 

Sejarah, Studi Sosial

Bidang pengembangan ini dikonsepkan sebagai pengembangan kepekaan dan cara berpikir divergen. Bidang ini juga tidak bisa dihayati dengan cara menghafal, tetapi harus dihayati lewat pengalaman langsung dari anak. Ini akan diterapkan dengan banyak melakukan simulasi, sehingga anak bisa menarik kesimpulan sendiri lewat pengalaman-pengalamannya.

 

Matematika

Tidak hanya mampu berhitung, jauh lebih penting anak memahami konsep-konsep matematika, menganalisa dan menggunakan nalar matematikanya untuk memecahkan masalah. Ini adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk seluruh hidupnya kemudian.

Drilling - latihan untuk menjawab soal akan tetap diberikan dengan dikembangkan lanjut dalam bentuk yang lebih atraktif dan menyenangkan untuk anak.

 

Sains

Sains (bukan IPA) akan dikenalkan di sekolah ini bahkan sejak jenjang PG. Karena jenjang usia ini adalah usia dimana rasa ingin tahu anak sangat besar dan konsep-konsep tentang alam lingkungan disusun di benak anak. Tujuan utama pembelajaran Sains adalah menumbuhkan sikap ilmiah, dan memberikan keterampilan tentang bagaimana mempelajari, memahami dan mendalami sesuatu.

Berbeda dengan IPA yang selama ini dari kelas 1 SD sampai lulus SMA didominasi hafalan, anak akan diajak bernalar dengan banyak mencoba bereksperimentasi dan melakukan pengamatan langsung. Secara bertahap, anak-anak juga akan dikenalkan pada konsep Desain-Teknologi dimana kreatifitas dan nalar anak ditumbuh-kembangkan secara sinergis.

 

Budaya

Bukan sekedar belajar bahasa daerah, seperti yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah. Kembali yang lebih penting adalah mengajak anak mengenali dan mengapresiasi perbedaan - keberagaman. Didalamnya, anak akan diajak bersentuhan dengan bahasa, karya rupa, musik, cara hidup dan banyak aspek budaya Indonesia yang begitu kaya, dimulai dari hal-hal yang sederhana.