Semut Yang Hemat
Oleh: Kertanegara (Bobo No.
28/XXVIII)
Di zaman Mesir kuno,
hiduplah seorang raja yang sangat terkenal keadilannya. Raja tersebut
sangat mencintai rakyatnya. Bahkan raja tersebut dalam mencinta
keluarganya tidak melebihi cintanya pada rakyatnya. Sehingga kalau ada
anggota keluarganya yang bersalah tetaplah di hukum sebagaimana orang
lain. Yang lebih istimewa lagi, raja ini juga penyayang binatang. Karena cintanya
pada binatang, suatu hari raja yang adil itu pergi berjalan-jalan menemui
seekor semut. Si semut merasa senang dan bangga mendapat kunjungan dari
raja. "Bagaimana kabarmu, semut?" tanya sang Raja. "Hamba baik-baik saja
Baginda," jawab semut gembira. "Dari mana saja kau pergi?"
"Hamba
sejak pagi pergi ke beberapa tempat tetapi belum juga mendapatkan makanan,
Baginda." "Jadi sejak pagi kau belum makan?" "Benar, baginda." Raja yang adil itu
pun termenung sejenak. Kemudian berkata, "Hai, semut. Beberapa banyak
makanan yang kau perlukan dalam setahun?" "Hanya sepotong roti saja
baginda," jawab semut. "Kalau begitu maukah kau
kuberi sepotong roti untuk hidupmu setahun?" "Hamba sangat senang,
Baginda." "Kalau begitu, ayo engkau kubawa pulang ke istana," ujar Raja,
lalu membawa semut itu ke istananya. Semut sangat gembira karena
mendapatkan anugerah makanan dari sang raja. Ia tidak susah-susah lagi
mencari makanan dalam setahun. Dan tentu saja roti pemberian sang raja
akan lebih manis dan enak. "Sekarang engkau masuklah ke
dalam tabung yang telah kuisi sepotong roti ini!" perintah sang raja.
"Terimakasih, Baginda. Hamba akan masuk." "Setahun yang akan datang
tabung ini baru akan kubuka," ujar sang raja lagi. "Hamba sangat senang,
Baginda." Tabung berisi roti dan semut itu pun segera ditutup rapat oleh
sang raja. Tutup tabung itu terbuat dari bahan khusus, sehingga udara
tetap masuk ke dalamnya. Tabung tersebut kemudian disimpan di ruang khusus
di dalam istana. Hari-hari berikutnya sang raja tetap memimpin rakyatnya. Berbagai
urusan ia selesaikan secara bijaksana. Akhirnya setelah genap setahun,
teringatlah sang raja akan janjinya pada semut. Perlahan-lahan raja membuka
tutup tabung berisi semut itu. Ketika tutup terbuka, si semut baru saja
menikmati roti permberian raja setahun lalu. "Bagaimana kabarmu, semut?"
tanya sang raja ketika matanya melihat semut di dalam tabung. "Keadaan hamba
baik-baik saja, Baginda." "Tidak pernah sakit selama
setahun di dalam tabung?" "Tidak baginda. Keadaan
hamba tetap sehat selama setahun." Kemudian sang raja termenung
sejenak sambil melihat sisa roti milik semut di dalam tabung. "Mengapa roti
pemberianku yang hanya sepotong masih kau sisakan separuh?" tanya sang
raja. "Betul, Baginda." "Katanya dalam setahun kau
hanya memerlukan sepotong roti. Mengapa tak kau habiskan?" "Begini, Baginda.
Roti itu memang hamba sisakan separuh. Sebab hamba khawatir jangan-jangan
Baginda lupa membuka tutup tabung ini. Kalau Baginda lupa membukanya,
tentu saja hamba masih dapat makan roti setahun lagi. Tapi untunglah
Baginda tidak lupa. Hamba senang sekali." Sang raja sangat terkejut
mendengar penjelasaan si semut yang tahu hidup hemat. Sang raja tersenyum
kecil di dekat semut. "Kau semut yang hebat. Kau
dapat menghemat kebutuhanmu. Hal ini akan kusiarkan ke seluruh negeri agar
rakyatku dapat mencotohmu. Kalau semut saja dapat menghemat kebutuhannya,
mengapa manusia justru gemar hidup boros?" "Sebaiknya Baginda jangan
terlalu memuji hamba," jawab si semut. Semut itu akhirnya mendapat
hadiah lagi dari raja. Sebagai tanda terimakasih karena telah mengajarinya
hidup hemat.
|