Siswi Rusia Menentang Dogmatisme Teori Evolusi |
Rabu, 14 Pebruari 2007 | |
Pengadilan Rusia berencana
akan menggelar kesaksian tuntutan hukum siswi berusia 16 tahun terkait
pengajaran ‘teori evolusi Darwin’ di sekolahnya
Hidayatullah.com--Gerakan dunia menentang dogmatisme teori evolusi juga terjadi di Rusia, negeri yang di masa komunisme Uni Soviet, Darwinisme mendapat dukungan resmi pemerintah disamping penerapan ateisme. Di antara para pakar yang meragukan dan kritis terhadap teori tersebut adalah: Lev Beloussov (profesor embriologi di Universitas Negeri Moskow, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Rusia), Denis Fesenko (peneliti di Institut Biologi Molekuler Engelhardt, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia), Evgeny Shirokov (Pengajar Fakultas bidang Fisika Nuklir dan Partikel di Universitas Negeri Moskow), Vladimir L. Voeikov (Wakil Ketua bidang Kimia Bioorganik, Fakultas Biologi, Universitas Negeri Lomonosov Moskow). Rupanya, penolakan teori evolusi sebagai satu-satunya penjelasan asal usul kehidupan ini tidak hanya dilakukan kaum intelektual dan ilmuwan saja. Sebagaimana laporan Radio Liberty bulan Maret tahun lalu dengan judul “Russia, Creationism Finds Support Among Young“ (Rusia, Paham Penciptaan Mendapat Dukungan di Kalangan Muda), tidak sedikit kawula muda Rusia yang berpendirian serupa. Anastasiya, siswi berusia 17 tahun, setuju bahwa pelajaran sekolah hendaknya memasukkan teori penciptaan oleh Tuhan, di samping teori evolusi. “Ya, agar anak-anak dapat memilih, agar mereka mendapatkan kesempatan untuk memutuskan apa yang lebih cocok bagi mereka, sehingga mereka membuat pilihan itu sendiri,“ kata Anastasiya kepada Radio Liberty. Penciptaan Cerdas disamping Teori Evolusi Tanggal 21 Februari 2007 ini boleh jadi akan menjadi salah satu hari penting dalam sejarah pergerakan global melawan Darwinisme di Rusia. Di hari itu sebuah pengadilan Rusia rencananya akan menggelar kesaksian kasus tuntutan hukum yang diajukan siswi berusia 16 tahun, Mariya Shrayber, terkait pengajaran teori evolusi Darwin di sekolahnya. Ini merupakan kasus tuntutan hukum pertama kali di Rusia berkenaan dengan hal tersebut. Demikian papar berita Truthinscience 5 Februari 2007 lalu. Pihak Mariya menyatakan bahwa pengajaran teori evolusi Darwin sebagai fakta telah melanggar undang-undang Rusia. Mereka memperjuangkan agar evolusi diajarkan sebagai sebuah hipotesis atau praduga yang dapat dipelajari secara kritis, serta disahkannya pengajaran 'intelligent creation' (penciptaan cerdas) di sekolah secara berimbang disamping teori evolusi. Kasus yang diajukan di pengadilan wilayah Oktyabrsky, St. Petersburg ini secara khusus menyangkut buku pelajaran ilmu pengetahuan yang digunakan di sekolah Mariya dan dianjurkan oleh Menteri Pendidikan Rusia, yang dalam kasus ini berkedudukan sebagai pembela. Dalam sidang pertama kasus ini, tanggal 13 Desember 2006 lalu, pihak pengadilan memeriksa salah seorang penulis buku tersebut, profesor S. Mamontov. Namun pihak Mariya merasa tidak puas dengan penjelasan sang profesor tentang asal usul kehidupan di bumi, asal mula manusia dan seleksi alam. Permasalahan inilah yang diinginkan pihak Mariya agar diajarkan secara kritis di sekolah-sekolah. Ayah Mariya, Kirill Shrayber, yang mewakili puterinya di pengadilan mengajukan tuntutan hukum atas dasar sejumlah alasan:
Mengenai rencana lanjutan sidang tanggal 21 Februari 2007 ini, Kirill Shrayber menanggapi, “Kami berharap dalam sidang kali ini permohonan kami akan dikabulkan, dan pemikiran evolusi akan mulai diajarkan di buku-buku pelajaran sebagai salah satu dari sejumlah hipotesis, dengan pendapat-pendapat terkait dari para pakar, dan gagasan ilmiah Penciptaan Cerdas... akan menempati kedudukan yang sama di buku-buku pelajaran“. Dalam laporan majalah Science 2 Februari 2007 dengan judul Paham Penciptaan di Rusia, menteri pendidikan dan ilmu pengetahuan Russia Andrei Fursenko dalam wawancara di radio berpendapat bahwa ia tidak berkeberatan mengubah buku-buku pelajaran dengan memasukan beragam teori. Semakin memudar
Radio Free Europe bulan Maret tahun lalu mengutip hasil jajak pendapat yang dikeluarkan Yuri Levada Center bulan September 2005 tentang teori evolusi. Hasilnya, dari mereka yang ditanya, 26% mendukung teori evolusi, sedangkan 49% percaya bahwa manusia diciptakan Tuhan. Teori evolusi kini sedang dikritik luas oleh banyak ilmuwan di benua Eropa, Amerika dan Australia, dikarenakan rapuhnya bukti-bukti ilmiah yang ada. Alasan lain dari semakin kuatnya penentangan terhadap teori ini adalah pengajaran dogmatis teori evolusi di sekolah dan di dunia ilmiah sebagai satu-satunya penjelasan asal usul kehidupan, tanpa membuka peluang penjelasan lain seperti penciptaan. Sikap dogmatis, diktator dan anti terhadap penjelasan alternatif selain evolusi dari pendukung gigih teori evolusi ini bukanlah rahasia umum lagi. Sebagaimana dikutip Radio Liberty 10 Maret 2006, Richard Dawkins, ilmuwan Inggris pendukung teori evolusi terkemuka saat ini, berkata, “seseorang pasti dalam keadaan tidak tahu, dungu, atau tidak waras ketika mengingkari teori evolusi“. Sikap seperti inilah yang justru dipertanyakan ilmuwan lain. Jika teori evolusi adalah ilmiah, seharusnya para pendukungnya tidak berkeberatan atas kritik ilmiah yang ditujukan kepadanya, dan memasukkan penjelasan alternatif lain untuk diajarkan di samping teori evolusi di lembaga-lembaga pendidikan dan ilmiah. Demikianlah peran para ilmuwan, intelektual, dan generasi muda di bekas negara komunis Rusia, bagaimana dengan para ilmuwan dan intelektual Indonesia? [cr/cha] |