Indonesia Arabic English
  Tentang NU Perangkat Pengurus Kontak
  Warta
  Ubudiyyah
  Syariah
  Warta Daerah
  Analisa Berita
  Kolom
  Halaqoh
  Taushiyah
  Fragmen
  Agenda Kegiatan
  Humor
  Redaksi
  Buku Tamu
  Galeri
  Links
  Khotbah
  Kantor
 
 
Polling NU
 

Menurut anda, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah terhadapkekerasan yang terjadi di Institute Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) ?

Bubarkan IPDN
Terapkan kurikulum yang humanis
Sementara tak terima praja baru
Tak perlu dirubah, ini sifatnya kasuistik
Tidak tahu

Arsip Polling

 

Ubudiyyah

Mengamalkan Ajaran Thariqah*
22/11/2006

THORIQOH atau tarekat berarti “jalan”. Sahabat Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku jalan (thariqoh) terdekat kepada Allah yang paling mudah bagi hamba-hambanya dan yang paling utama bagi Allah!” Rasulullah SAW bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi ketika di muka bumi masih terdapat orang yang mengucapkan lafadz “Allah”.” (dalam kitab Al-Ma’arif Al-Muhammadiyah).

Para ulama menjelaskan arti kata thariqah dalam kalimat aktif, yakni melaksanakan kewajiban dan kesunatan atau keutamaan, meninggalkan larangan, menghindari perbuatan mubah (yang diperbolehkan) namun tidak bermanfaat, sangat berhati-hati dalam menjaga diri dari hal-hal yang tidak disenangi Allah dan yang meragukan (syubhat), sebagaimana orang-orang yang mengasingkan diri dari persoalan dunia dengan memperbanyak ibadah sunat pada malam hari, berpuasa sunat, dan tidak mengucapkan kata-kata yang tidak beguna. [dalam kitab Muroqil Ubudiyah fi Syarhi Bidayatil Hidayah Imam Ghazali]

Thariqoh yang dimaksud dalam pembicaraan ini lebih mengacu kepada peristilahan umum yang berlaku dikalangan umat Islam di seluruh dunia, khususnya warga NU, yakni semacam aliran dalam tasawuf (berbeda dengan mistik atau klenik) yang mengharuskan para pengikutnya menjalankan amalan peribadatan tertentu secara rutin –biasanya berupa bacaan atau wiridan khusus-- yang dipandu oleh seorang guru atau mursyid. Hadits yang disebutkan di atas sekaligus menjadi dalil naqli diperbolekannya ajaran-ajaran thoriqoh.

Para murid yang mengikuti aliran thoriqoh tertentu sedianya berniat belajar membersihkan hati dengan bantuan guru atau mursyid mereka dengan cara menjalankan amalan-amalan dan doa-doa khusus. Jika mereka masih awam dalam masalah keagaman dasar seperti masalah wudlu, sholat, puasa, nikah dan waris, maka mereka sekaligus belajar itu kepada sang mursyid. Para murid berbai’at atau mengucapkan janji setia untuk menjalankan amalan-amalan thariqoh yang dibimbing oleh sang mursyid. Bai’at thariqoh adalah berjanji dzikrullah dalam bacaan dan jumlah tertentu kepada guru dan berjanji mengamalkan ajaran islam dan meninggalkan larangannya. Sebagaimana bermadzab atau mengikuti imam tertentu dalam bidang fikih, para murid tidak diperkenankan berpindah thoriqoh kecuali dengan pertimbangan yang jelas dan mampu melaksanakan semua amalan thoriqohnya yang baru.

Sementara itu sang mursyid wajib menyayangi, membimbing, dan membantu membersihkan hati murid-muridnya dari kotoran dunia. Mursyid harus memiliki sifat kasih sayang yang tinggi terhadap kaum muslimin, khususnya terhadap murid-muridnya. Ketika ia mengetahui mereka belum mampu melawan hawa nafsu mereka dan belum mampu meninggalkan kejelekan, misalnya, maka ia harus bersikap toleran. Setelah ia menasihati mereka dan tidak memutus mereka dari thoriqah, juga tidak mengklaim mereka celaka, melainkan senantiasa menyayangi mereka sampai mereka mendapatkan hidayah.

Demikian syarat seorang mursyid yang disebutkan dalam kitab Tanwirul Qulub. Mursyid harus arif dalam hal kesempurnaan hati, adab-adabnya, dan bersih dari penyakit-penyakit hati. Mursyid juga harus memiliki ilmu yang dibutuhkan oleh murid-murdnya, yaitu fikih dan aqa’id tauhid dalam batas-batas yang bisa menghilangkan kemusyrikan dan ketidakjelasan yang dihadapi oleh mereka di tingkat awal, sehingga mereka tidak perlu bertanya kepada orang lain.

Ada beberapa thoriqoh yang berkembang di Indonesia. Yang paling banyak pengikutnya, antara lain, Qodiriyah, Naqsabandiyah, Qodiriyah wan Naqsbandiyah, Syadziliyah. Dalam Muktamanya ke-26 di Semarang pada bulan Rajab 1399 H bertepatan dengan bulan Juni 1979 Nahdlatul Ulama meresmikan berdirinya Jam’iyyah Ahlit Thariqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah dan dikukuhkan dengan suat keputusan PB Syuriah NU Nomor: 137/Syur.PB/V/1980). Jam’iyyah ini beranggotakan beberapa thariqot di Indonesia yang mu’tabaroh dan nahdliyah.

Mu’tabaroh artinya thariqoh yang dimaksud bersambung ajarannya kepada Rasulullah SAW. Sementara Rasulullah menerima ajaran dari malaikat Jibril dan Malaikat Jibril dari Allah SWT. Nahdliyah maksudnya adalah bahwa para penganutnya selalu bergerak untuk melaksanakan ibadah dan dzikir kepada Allah SWT yang syariatnya menurut ahlussunnah wal jama’ah ‘ala madzahibil arba’ah (sesuai dengan yang  diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para Sabahat Beliau  dan disejalaskan oleh imam Madzab empat yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali).

Jam’iyyah Ahlit Thariqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah sering mengadakan perkumpulan untuk membahas persolan-persoalan keagamaan, khususnya berkaitan dengan thoriqoh. Jam’iyyah ini juga berfungsi untuk saling memberikan masukan dan sekaligus membedakan diri dengan aliran-aliran kebatinan yang tidak muk’tabar dan tidak berdasar pada ajaran Rasulullah SAW.

Para pengamal thoriqoh senantiasa menjauhkan diri dari kehidupan dunia yang fana; membersihkan ha

« Kembali ke arsip Ubudiyyah


Komentar:


A. Halim, SE menulis:
SIKAP WAJIB YANG DIMILIKI SEORANG MURID THORIQOH (PENGURUS MAJELIS DZIKIR DAN DO'A “ MUHYIN NUFUUS “ DAN JAMAAH THORIQOH 'ALAWIYAH YOGYAKARTA 2006) Kata Pengantar Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Puji Syukur ke hadirat Ilahi Rabbi, dengan RidloNya lah, karya tulisan “SIKAP WAJIB YANG DIMILIKI SEORANG MURID” ini telah selesai kami susun dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah atas Sayyidil Wujud, Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, keturunan dan shahabat yang mulia. Yang merupakan Kewajiban yang telah dituntun langsung oleh Allah SWT atas hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh. Tulisan kecil yang diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran ini, hanyalah suatu karya yang muncul dari segenap keprihatinan atas kurangnya rujukan tulisan yang fokus membahas tentang konsep Baiat bagi para penempuh jalan keridloan-Nya, bagi Murid Thoriqoh maupun umat Islam pada umumnya. Sementara banyak umat justru terlena dalam kajian yang semu, kewajiban atas Baiat serta mencari Pembimbing (Guru/Mursyid) yang Kammil Mukammil justru menjadi pembahasan yang sering telupakan dalam kajian ke-Islaman, padahal begitu nyata telah tercatat dalam nash Qur’an dan Hadits. Apa yang kami tulis ini juga telah kami mohonkan arahan dari Habib-nya selaku pimpinan Majelis. Semoga pemahaman yang akan diraih adalah pemahaman yang berujung pada tercapai kemaslahatan umat dan keridloan-Nya. Akhirnya, bila banyak kekurangan dalam karya ini adalah murni dari kami pribadi adanya. Semoga membawa manfaat bagi kita semua. Terima Kasih. Hormat Kami Pengurus Majelis “Muhyin Nufuus” Yogyakarta SIKAP WAJIB YANG DIMILIKI SEORANG MURID Kita akan sebutkan beberapa Sikap (Sifat) yang harus disifati oleh seorang murid yang benar. Berkata seorang ‘Arif Billah (Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad), Semoga Allah Ta’ala memberikan ridlo kepada beliau dan memberi manfaat dari ilmu-ilmunya kepada kita sekalian, Amin. Seorang murid yang menuntut ilmu Thoriqoh (ilmu menuju ke jalan Allah atau ridlo Allah), tidak akan dikira oleh murid, melainkan setelah ia mendalami isi Al-Qur’an dan memperoleh segala yang diperlukannya dari Al-Qur’an. Dia harus mengenal kekurangan dirinya dari kesempurnaannya, senantiasa memajukan segala keinginan hajat serta keperluannya kepada Allah, bukan kepada hamba-hamba Allah dan tidak ada bedanya pada dirinya antara emas dan debu jalanan. Seorang murid harus bisa memelihara batasan-batasan Allah Ta’ala dan janji-janjinya, selalu bersedia untuk menelan pahit getirnya Qodho’ (keputusan) Allah Ta’ala, senantiasa memuji Allah di waktu susah dan senang dan setiap masa atau waktu mengikhlaskan dirinya kepada Allah lahir dan batinnya. Seorang murid tidak harus diperhambakan selain Allah Ta’ala, tidak harus ditundukkan oleh pangkat dan kedudukan, tidak harus dipengaruhi dengan tuntutan syahwat dan hawa nafsu dan tidak harus disuruh untuk mengikuti adat dan kebiasaan. Perkataannya merupakan dzikir dan mutiara hikmah, diam dirinya merupakan tafakur dan teladan, perbuatannya mendahului percakapannya, ilmunya membenarkan amalannya. Syi’arnya khusyu’ dan ketentraman jiwa, pakaiannya tawadhu’ dan merendahkan diri. Sedangkan hatinya senantiasa merasa pedih dan sedih jika terlalai dari mengingat (Dzikir) dan menta’ati Allah Ta’ala. Hal perbuatan semacam ini hanya bertujuan semata-mata untuk mencari keridloan Allah Ta’ala, mengerjakan sesuatu ataupun menjauhinya semata-mata untuk mengikuti jejak langkah Baginda Rasul SAW yang dipandang sebagai panutan kita, orang yang dicintai dan orang pilihan-Nya. Dan Allah mencontohkan pada diri Baginda Rasul SAW dalam segala hal ihwalnya dan mengikuti dalam akhlaknya, dalam perlakuannya dan dalam perkataannya senantiasa tunduk dan patuh pada perintah Allah SWT, sebagaimana yang disampaikan dalam kitab suci Al-Qur’an yan
kurtubi menulis:
Bismillahirrahmanirrahim Menjadi pengamal thareqah sangat indah. Sebagai pengamal Thareqah Qadiriyah Wannaqsabandiyah satu tahun 3 bulan, bolehlah saya dijadikan testimonial. Dalam kurun masa itu meski tidak sedisiplin yang disyaratkan, berbagai perkembangan pribadi saya alami sangat luar biasa. Misalnya: (1) gampang berhadapan / berkomunikasi dengan orang dengan cara santun (2) Amat jarang melihat sisi negatif (3) kesan yang tampak pada diri orang lain memiliki keceriaan dalam segala hal (4) menghadapi atasan atau klien yang marah-marah biasa saja; (5) tidak mudah mengritik ajaran orang lain (6) dll yang pasti lebih fresh hidup, cool, dan enjoy selalu... (7) mudah berkarya
UNTUNG SANTANG menulis:
THAREQAH KILAT
LANGSUNG MENDATANGKAN SYEH ABDUL QODIR AL JAELANI
DIBENARKAN ATO TIDAK?
didik menulis:
assalamu'alaikum, mau nanya untuk daerah jateng guru thareqahnya siapa saja dan didaerah mana,agar mudah mengikuti,terimakasih
Nama
Email
Website
Judul komentar
Komentar
Kode
Masukkan kode huruf di atas pada isian di bawah ini
 

kembali ke atas
 

 

« April 2007 »
S M T W T F S
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30          

» 73 Golongan Umat Islam (13/04/2007)
» Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati (02/04/2007)
Arsip
» Haramnya Kuis SMS (12/04/2007)
» Menggali Sumber Dana Umat Melalui Wakaf Uang (01/04/2007)
Arsip
» Perpecahan di Tengah Kebangkitan (19/04/2007)
» Menegaskan Kembali Pancasila (12/04/2007)
Arsip
» Konferensi Internasional Pemimpin Islam untuk Rekonsiliasi di Irak
Deklarasi Bogor (05/04/2007)
» Pidato Ketua Umum PBNU Pada Forum Perdamaian Timur Tengah
Peran Nahdlatul Ulama dalam Konflik Timur Tengah (05/04/2007)
Arsip
» Open Source Lebih Baik daripada Bajakan (23/04/2007)
» Algoritma Perhitungan Posisi Matahari dan Bulan (16/04/2007)
Arsip
» Wayang Sebagai Media Dakwah (06/04/2007)
» Hubungan Ideologis NU Soekarno (30/03/2007)
Arsip
» Perjuangan dan Persaudaraan (23/04/2007)
» Mengembalikan Netralitas dan Independensi ASEAN Sesuai Prinsip Bali Concord II (15/04/2007)
Arsip


 

Ke Halaman Utama TokohBuku