Arti Kehadiran Seorang Ibu
Oleh: Nurhayati Subakat *
Setelah bekerja beberapa lama di sebuah perusahaan kosmetika, akhirnya saya
memutuskan untuk mengembangkan usaha di rumah. Motivasi terkuat karena saya
melihat ketiga anak saya sangat membutuhkan kehadiran saya di rumah.
Belasan tahun lalu, anak kedua saya yang saat itu masih duduk di bangku SD
menanyakan mengapa saya masih bekerja di luar untuk mencari uang. “Apakah
uang dari Bapak tidak cukup? tanyanya. Saya menjelaskan bahwa bapak bisa mencukupi
semua keperluan keluarga. Namun, uang yang saya dapat dengan bekerja bisa
digunakan untuk membantu orang lain. Iapun berujar, Tetangga kita yang rumahnya
pendek saja ibunya tidak bekerja. Anak saya menyebut rumah pendek lantaran rumah
tetangga kami tidak bertingkat seperti kami. Kehidupan kami saat itu memang
sudah cukup mapan.
Percakapan itu terus membekas dalam benak saya. Agaknya kehadiran saya sangat
penting untuk mereka. Saya kemudian menyadari bahwa yang pertama kali dicari seorang
anak ketika pulang dari sekolah atau bermain adalah ibunya. Keberadaan seorang
ibu di rumah membuat anak-anak merasa nyaman dan aman. Mereka merasa
terlindungi dan selalu merasa ada sosok tempat mereka bisa berlari menceritakan
hari-hari mereka dan segala keluh kesah setiap saat. Perasaan ini tak mereka
dapatkan bila sang ibu bekerja di luar. Akhirnya dengan sadar saya memutuskan
untuk berhenti bekerja di luar. Waktu saya adalah untuk mendampingi anak-anak.
Selain mengurus rumah tangga, saya merasa banyak waktu luang. Saya bukan tipe
orang yang suka santai. Dari situ timbullah ide untuk menjalankan bisnis yang
bisa dijalankan dari rumah. Pengetahuan yang saya dapat dari bangku kuliah dan
juga pengalaman bekerja sebelumnya merupakan modal untuk mengembangkan usaha
ini. Dengan keseriusan dan keinginan untuk maju, usaha saya berkembang pesat
sampai seperti sekarang ini. Berawal dari usaha yang saya jalankan bersama
seorang pembantu, sekarang ada ratusan orang yang bekerja di sini.
Alhamdulillah.
Betapa saya mensyukuri semua itu. Dengan menjalankan bisnis dari rumah, saya
bisa terus bersama anak-anak. Ketika ada sesuatu hal yang ingin mereka
ungkapkan, mereka tinggal menemui saya di meja kerja saya di sudut rumah.
Ketika saya harus pergi keluar, dalam rangka usaha ini juga, saya usahakan
untuk pergi setelah anak-anak berangkat sekolah dan kembali sebelum anak-anak
pulang. Jadi, saya selalu ada untuk mereka.
Dalam mendidik anak, saya merasa tak harus banyak memberi nasehat. Yang penting
adalah contoh orangtua pada anak-anaknya. Kalau kita hidup sesuai dengan ajaran
agama, otomatis anak itu akan meniru.
Alhamdulillah, prestasi mereka juga sangat bagus. Ketiganya masuk sekolah
unggulan di Jakarta, begitupun saat kuliah. Pergaulan mereka tak sampai menyeret
mereka pada penggunaan narkoba. Sungguh, saya kuatir ini menimpa anak-anak
saya. Alhamdulillah, mereka mampu melampaui semua godaan itu dengan baik.
Sekarang dua anak saya telah berkeluarga, sementara si bungsu masih kuliah.
Sayapun sudah jadi seorang nenek dari seorang cucu. Dan saya tetap berkarya
dari rumah.
Bagi perempuan, usaha rumahan ini sangat cocok. Karena dengan itu, ia mampu
mengatur waktu antara mengurus rumah tangga dan usaha. Selain itu, saya pikir,
sekecil apapun, perempuan itu harus punya usaha. Kalau sesuatu terjadi pada
suami, kita tak akan terlunta-lunta lantaran tak punya sumber penghasilan.
* Pengusaha Kosmetika Wardah dan Zahra, Ketua Alisa Khadijah DKI Jakarta
Ummi Online