Dilamar Pria Yang Tidak Berpenghasilan Tetap

 

Assalamua’laikum Wr.Wb

Alhamdulillah jika anda sudah dapat menemukan calon pilihan hidup anda untuk kelak membangun keluarga sakinah. Walaupun anda saat ini juga merasa resah karena ternyata pilihan anda belum mendapat restu dari orang tua, karena perbedaan dari segi kriteria yang tepat sebagai suami.

Kelihatannya ketidaksetujuan orang tua anda didasarkan pengalaman buruk yang pernah dialami sebelumnya dalam keluarga dengan kasus yang sama.Wajar saja memang jika mereka menentang karena orang tua anda berharap putri kesayangannya tidak mengalami nasib serupa.


Agama dan Akhlak sebagai kriteria utama

Kriteria anda yang memilih calon suami berdasarkan agamanya memang telah sesuai dengan apa yang dianjurkan Rasulullah saw .Beliau memberikan petunjuk kepada orang -orang yang ingin menikah supaya benar-benar memegang prinsip utama, memilih pasangan yang memiliki ad-din, artinya mengutamakan agama diatas semua kriteria yang lainnya. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw, bersabda:

"Wanita itu dinikahi karena empat perkara : karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikkannya dan karena dien-nya. Dapatkan wanita yang memiliki dien.."(H.R. Al-Bukhari dan Muslim)".

Walaupun hadist diatas tentang pemilihan wanita tapi berlaku juga sebagai kriteria untuk memilih suami. Hal ini dikuatkan dengan hadist Rasulullah yang lain, yaitu :

" Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang din dan akhlaknya kamu ridhai, maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya, maka akan terjadilah fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan".

Pertimbangan sekufu

Sekufu dan sepadan artinya ada keseimbangan dalam hal agama, status sosial, keturunan, ekonomi, budaya dan pendidikan atau pengetahuan. Dalam islam memang yang menjadi pertimbangan yang paling utama adalah agama dan akhlaq, ketika ini sudah terpenuhi maka yang lain mengikut dibelakangnya. Namun bukan berarti faktor yang lain diabaikan, harus juga menjadi sesuatu yang dipertimbangkan meskipun tidak mengalahkan faktor agama tadi.

Assayid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah (jilid 2; halaman 137) menyebutkan bahwa diantara yang harus dipertimbangkan dalam memilih istri adalah masalah kesepadanan atau kedekatan kriteria yang ada antara keduanya. Misalnya dalam hal usia, status sosial, intelektualitas, tingkat ekonomi, dan lain-lain. Semua hal itu cukup berpengaruh pada kelanggengan usia pernikahan dan kecocokan antara mereka. Beliau mencontohkan ketika Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, putrinya, Beliau menolak dengan halus sambil berkata" Fatimah itu masih kecil". Namun ketika Ali Bin Abi Thalib yang usianya sebanding dengan Fatimah yang melamarnya, Rasulullahpun menikahkan mereka.

Namun dalam sejarah pernikahan di zaman rasulullahpun terdapat contoh-contoh kasus dari pernikahan yang tidak sekufu. Banyak para sahabat yang dinikahkan rasulullah walau tidak sekufu. Misalnya Rasulullah pernah menikahkan putri pamannya dengan salah satu bekas budak yang telah dibebaskan dan perkawinan ini sukses dalam arti tidak ada masalah malah justru mengangkat derajat pihak yang kekufuhannya lebih rendah.

Disisi lain terjadi juga pernikahan tidak sekufu yang akhirnya kemudian justru berpisah, seperti pernikahan Zaid Bin Tsabit dengan Zainab r.a. Zaid seorang bekas budak dengan zainab r.a dengan status sosial yang tinggi dalam masyarakat saat itu. Mereka tidak dapat menyelaraskan perbedaan yang terlalu jauh antara keduanya, akhirnya dengan izin Rasulullah mereka pun berpisah. Apakah Zaid ini kurang dalam segi agamanya? tentu saja tidak, sebagai salah satu sahabat Rasulullah agama dan akhlaqnya sudah pasti tidak diragukan lagi keberadaannya. Hanya hikmah dari kisah ini menunjukkan bahwa perbedaan yang terlalu jauh antara suami-istri juga bisa menjadi masalah dalam kehidupan rumah tangga kelak.

Bagaimana harus bersikap?

Keinginan anda menikah dengan orang yang soleh dan bertanggungjawab dunia akherat tidaklah berlebihan. Memang demikianlah yang diharapkan, tapi mempertimbangkan faktor lainnya, seperti perbedaan pendidikan, latar belakang keluarga, dan lain-lain yang sekiranya dapat mempengaruhi hubungan antara keduanya, juga tidak ada salahnya untuk dipikirkan masak-masak.

Bukan berarti memilih pasangan yang tidak sekufu artinya pernikahan tidak akan langgeng atau gagal. Tentu saja tetap bisa berlangsung sebagaimana yang juga pernah terjadi pada para sahabat Rasulullah yang lainnya. Kita yakin bahwa agama memang menjadi kriteria utama dalam menentukan pasangan hidup, apalagi salah satu hadist Rasulullah pernah menyatakan bahwa beruntunglah wanita yang menikah dengan seorang muslim yang baik (sholeh), jika ia mencintai istrinya maka ia akan menyayanginya namun jika ia tidak mencintainya maka ia tidak akan menyakitinya. Jika demikian kenyataannya ini sudah merupakan jaminan ketenangan bagi kita sebagai wanita dalam memilih suami yang sholeh.

Namun kalau memang kekufuan memang bisa berpengaruh terhadap kelanggengan pernikahan maka kitapun perlu mempersiapkan diri jika hal ini kelak menjadi masalah dalam rumah tangga. Jika kita tetap berpendapat (ngotot) untuk menikahi pasangan yang tidak sekufu maka kita perlu memperhatikan :

a. Menghargai keunikan pribadi suami

Menerima diri suami kita kelak sebagaimana dirinya saat sebelum menikah. Misalnya ternyata tingkat intelektualitasnya jauh di bawah kita maka terimalah dan hargai. Kadang kita suka berpikir "ah itu tak masalah, toh bisa dirubah kelak setelah menikah". Ini jelas pendapat yang kurang dapat dibenarkan. Kenapa? karena merubah orang tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Kita harus siap menerima dirinya apa adanya dan jangan berpikir akan mampu merubahnya karena jika demikian maka kita bisa menjadi frustasi jika ternyata tidak mampu melakukannya dan akhirnya menimbulkan konflik. Selama perbedaan itu tidak melanggar norma-norma dalam agama, maka terimalah sebagai keunikan pribadinya. Jika memang ingin merubah maka prosesnya pastilah sangat panjang.

Apalagi jika orangnya sendiri tidak ingin berubah karena sudah merasa nyaman menjadi dirinya yang seperti itu, maka kitapun harus dapat menghargainya. Kepribadian seseorang sehingga menjadi dirinya yang sekarang telah melalui proses yang panjang selama hidupnya, tak mudah jika kita yang baru datang dalam kehidupannya tiba-tiba merubah sesuai dengan kemauan kita.

b. Terima sebagai satu paket

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus diakui pihak lainnya. Dan orang merasa nyaman jika dia bisa menjadi dirinya sendiri dihadapan kita. Kita tidak bisa menghendaki pasangan dengan segala kelebihannya saja dan tidak mau menerima dirinya yang lain. Misalnya: dia memang soleh namun tidak romantis. Maka terimalah dengan lapang dada. Ketika dari awal kita sudah berprinsip yang penting agamanya maka itu menjadi komitmen kita.

Karenanya ada baiknya jika kita dari awal sudah mengetahui dulu segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Agar setelah berumahtangga kita telah mempersiapkan diri untuk menerimanya dengan lapang dada. Begitupula diri kita, sebaiknya calon pasangan kita inipun tahu akan kelebihan dan kekurangan kita, agar kelak diapun belajar menerimanya.

c. Berserah diri kepada Allah

Dan serahkan segala urusan pada Allah, karena walaupun kita berusaha semaksimal mungkin agar dapat mengharmoniskan diri dengan pasangan bukan berarti tidak ada masalah. Hanya Allah yang tahu yang terbaik bagi kita dan yang sesuai dengan yang sebenarnya kita butuhkan. Yakin pada janji-Nya bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan wanita yang buruk untuk laki-laki yang buruk.

Berdasarkan semua pertimbangan diatas maka saran saya boleh saja anda ngotot dengan kriteria anda namun dengan pertimbangan yang matang. Langkah anda selanjutanya setelah memahami konsekuensi dari pernikahan karena adanya perbedaan kufu, maka:

1. Yakini diri anda bahwa anda siap dengan segala perbedaan yang mungkin kelak terjadi.

Bicarakan dengan baik dengan calon pasangan anda, mengenai perbedaan-perbedaan yang ada diantara kalian dan bagaimana menyikapinya secara bijak. Hal ini bisa mengantisipasi konflik yang mungkin terjadi. Seperti penghasilan anda lebih besar dari suami, karena bagi orang tertentu hal ini bisa bermasalah.Termasuk status anda yang sebagai wanita pekerja bagaimana menyikapi karier anda ini? siapkah anda jika ternyata suami anda nanti menghendaki anda berhenti dan hanya bergantung saja dari penghasilan dirinya? dan hal-hal lain yang memang hanya anda sendiri yang tahu apakah memang perlu untuk diungkapkan dan didiskusikan.

Semakin besar pengetahuan dan persiapan yang kita miliki ketika hendak memasuki suatu lingkungan yang baru, maka akan semakin mempermudah diri kita dalam beradaptasi dengan kehidupan yang baru tersebut. Memang setelah anda telah memahami benar perbedaan yang mungkin akan terjadi bukan berarti tidak akan ada lagi masalah, namun setidaknya anda secara pribadi sudah mempersiapkan mental untuk dapat menyatukan secara harmonis perbedaan itu.

2. Sholat istikharoh untuk lebih memantapkan hati

Kadang kita merasa bahwa kita dapat menghadapi segalanya atau justru bimbang. Apalagi banyak hal yang tidak kita ketahui kedepannya.,maka meminta petunjuk Allah dengan sholat akan dapat lebih memantapkan hati kita bahwa kita akan mampu menjalaninya

3. Menghadapi orang tua dengan santun

Jika anda merasa sudah yakin benar dengan pilihan anda, sekarang tinggal bagaimana meyakinkan orang tua untuk dapat menerima pilihan hidup anda. Artinya anda harus dapat meyakinkan orang tua bahwa pengalaman buruk yang terjadi didalam keluarga karena kasus yang sama maka Insya Allah tidak akan terjadi dengan diri anda. Antara lain:

a. Bicara secara baik dan cari pendukung

Berikan argumen yang tepat dan baik dan bicaralah dengan santun kepada mereka, mintalah pihak ketiga (orang yang disegani orang tua) untuk ikut membantu anda.

b. Berikan alasan-alasan utama untuk memilih suami dengan dasar agama

Salah satunya anda dapat memberikan alasan dengan hadist Rasulullah tentang bersuamikan laki-laki muslim yang soleh. Isinya antara lain berbunyi beruntunglah wanita yang dinikahi oleh laki-laki yang soleh, ketika dia mencintai istrinya maka ia akan menyayanginya dan jika ia tidak mencintainya maka ia tidak akan menyakitinya. Dengan demikian mereka tidak perlu khawatir terlalu berlebihan.

c. Tonjolkan kelebihan calon suami yang lain

Agar orang tua dapat lebih adil dalam memandang calon anda, maka tunjukkanlah kelebihan calon anda yang lain. Dengan demikian mereka tidaklah terlalu fokus pada kekurangannya. Contoh: walaupun pendidikan lebih rendah namun pola berpikirnya tidak kalah dengan anda, sifat uletnya bisa menjadi modal untuk berusaha mencari rizki yang lebih baik.

4. Bersabarlah dan yakin pada takdir

Ketika terasa sulit untuk meminta restu orang tua walaupun sudah diupayakan segala cara maka tetaplah berhusnudzhon pada mereka, bersabarlah dengan terus mendekatkan diri kepada Allah dan yakin akan ketentuan takdirnya. Jodoh adalah ketentuan Allah yang tidak ada yang dapat merubahnya selain Allah sendiri.

Semoga Pipit dapat melalui proses menuju pernikahan ini dengan baik. Demikian saran dari saya, harapan saya semua ini dapat ikut membantu mengatasi kegundahan hati Pipit saat ini. Mohon maaf atas segala kekurangan yang datang dari saya dan kebaikan datangnya dari Allah semata. Wallahua'lam Bishawab.

Wassalammua'laikum Wr.Wb.

Rr Anita W. S.Psi