Syariat dalam agama Yahudi Syariat di dalam agama Nabi Musa itu amat berat. Setiap dosa, baikpun kecil maupun besar; dan setiap kesalahan, baikpun kecu maupun besar, mestilah ditebus dengan Korban Domba pada Mazbah. Begitupun berlaku berbagai peraturan yang demikian ketat dan berat. Syariat di dalam agama Yahudi itu memat di dalam Imamat (Leviticus) dan di dalam Kitab Ulangan (Deuteron-Garis besar Syariat yang termuat di dalam Kitab Imamat adalah sebagai berikut : Pasal I sampai VII : 38 Syariat tentang Korban : Korban Bakaran. Korban Jemaat. Korban Dosa. Korban Kesalahan. Pasal VIII sampai X : 20 Syariat tentang Imamat: pengangkatan dan kewajiban seorang Imam. kemestian tentang rumah Ibadat. kemestian dalam upacara Ibadat. PasalXI sampai XV : 33 Syariat tentang Toharah : tatacara pembersihan Diri. tatacara pembersihan Tempat. tatacara pembersihan rumah lbadat. Pasal XVI: 1-34 Syariat tentang Youm Kippur, hari Penebusan, mengungkan hari Terbebas dari penindasan Phcirao. Pasal XVII sampai XX : 27 Syariat tentang Darah dan Pidana lainnya. Pasal XXI sampai XXV: 55 Syariat tentang Imamat dan Hari-hari Raya. Pasal XXVI : 1-46 Syariat tentang Amal Baik dan Amal Jahat. Pasal XXVII : 1-34 Berbagai syariat lainnya. Selanjutnya di dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy) termuat syariat tentang Kekeluargaan dan Perkawinan dan Perceraian, syariat tentang Hak-Milik, syariat tentang kewajiban Raja dan Tentara dan Pejabat" syariat tentang Peradilan, syariat tentang berbagai Pidana (sogok; sumpah palsu, perizinan, pembunuhan, perkosaan, dan lainnya), syariat tentang Nilai-nilai di dalam kehidupan Pribadi maupun kehidupan Kelompok. Tetragrammaton Bahasa Ibrani maupun bahasa Ararnaik yang dipergunakan bani Israil itu termasuk rumpun Semitik seperti juga halnya dengan bahasa Arab. Ciri khusus dari bahasa-bahasa yang termasuk rumpun Semiitik itu bahwa setiap akar kata terdiri atas Tiga Huruf Mati dan setiap kalimat terdiri atas Huruf Mati dan cara menuliskarinya dari Kanan ke Kiri. Di dalam lingkungan agarna Yahudi itu ada Empat Huruf Mati yang terpandang Suci, digunakan dalam saat-saat yang sangat takzim dan kidmat bagi memanggilkan Allah Maha Esa, yaitu : YHWH. Masyarakat Yahudi pada masa dulu yang sudah kelewat dipengaruhi oleh bahasa Grik dan kebudayaan Grik, disebabkan penaklukkan Alexander the Great (356-323 sM), memanggilkan Empat Huruf Suci itu dengan : Tetragrammaton. Disebabkan penapsiran yang berlebih-lebihan dari para Rabbi atas Perintah Ketiga di dalam Ten Commandements itu maka sejak abad ke-3 sebelum Masehi mulai timbul ketakutan untuk memanggilkan Allah Maha Esa dengan Empat Huruf Mati yang terpandang amat Suci itu, hingga penggunaannya lambat laun hilang, dan lenyap dan digantikan dengan panggilan Elohim dan Adonai terhadap Allah Maha Kuasa itu. Kitab Suci agama Yahudi, sejak dulu sampai kini, tetap, mempergunakan Empat Huruf Mati itu dan biasanya dituliskan dengan tatawarna, tetapi setiapkali membaca Ayat yang berisi" kan Empaf Huruf Mati itu maka cara menyebutkannya diganti dengan Elohim ataupun Adonai. Masyarakat Yahudi pada zaman Modern pun sudah tidak mengetahui cara membunyikan Empat Huruf Mati itu karena lebih mengenal sebutan Elohim dan Adonai untuk memanggilkan Allah Maha Kuasa dalam setiap upacara Kebaktian. Pihak Sarjana-Sarjana-Bible (Biblical Scholars) sejak abad ke-19 masehi telah mencoba membunyikan Empat Huruf Mati itu dan sejak itu lahirlah sebutan Yahweh dan kemudian sebutan Jehovah dan terakhir sekali ialah sebutan Yahuwa. Sebetulnya masyarakat Islam sendiri di dunia sering pula memanggilkan Allah Maha Esa dengan Empat Huruf Mati itu. Barangsiapa pernah mendengarkan kelompok-kelompok Wiridan pada setiap petang Kamis "malam Jum'at niscaya akan mendengar sebutan Yaa-Huu, dibunyikan dengan serentak. Sebutan Yahu itu adalah singkatan dari bunyi : Ya Huwa. Sedangkan sebutan Elohim untuk memanggilkan Allah Maha Esa di dalam lingkungan masyarakat Yahudi itu maka di dalam lingkungan masyarakat Islam dibunyikan dengan : Allahumma. Jikalau masyarakat Islam di dunia mengenal Takbiran dengan bunyi Allahu Akbar, yang bermakna Allah Maha Besar, maka lingkungan masyarakat Yahudi itu memiliki Tahmidan yang berbunyi : Halleluyah. Tahmidan yang berbunyi Halleluyah itu dibunyikan oleh masyarakat Islam di dunia dengan Allahu'l'Ulya. Kedua sebutan Tahmidan itu, yaitu sebutan Ibrani dan sebutan Arab itu, sama bermakna : Allah Maha Tinggi. Pihak masyarakat Kristen sendiri pun mempergunakan Tahmidan yang berbunyi Halleluyah itu di dalam Kebaktian pada setiap hari Minggu. Adam dan Nuh Kitab Kejadian (Genesis), sejak Pasal I sampai Pasal X, berisikan kisah kejadian alam semesta dan kejadian Adam serta Hawa dan kisah keturunan Adam sampai kepada Nuh, yang dilanda Topan Besar (Great Deluge) dan semuanya binasa, kecuali Nuh dan keluarganya. Disitu diperinci turunan Adam itu sampai kepada Nuh di dalam suatu silsilah, sebagai berikut : Adam : Kain Setiap tokoh, di dalam Silsilah itu mempunyai turunan. turunan tersendiri pula, disamping Anak Tertua. Semuanya binasa di dalam Topan Besar kecuali turunan Nuh dan ummat manusia yang ada sekarang ini adalah turunan Nuh. Turunan itu dikenal dengan rumpun Semitik dan rumpun Hemitik dan rumpun Jafecik. Sedangkan pihak Ethnologi. yakni Ilmu Bangsa-Bangsa, mengenal tiga rumpun yaitu : Caucassoids, Negroids, dan Mongoloids. Setiap rumpun-bangsa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, dan, biasanya di identikkan dengan tiga turunan Nabi Nuh. Abraham, Ismail, Ishak Kitab Kejadian, sejak Pasal XI sarnpai Pasal XXXVIII, berisikan kisah tentang Abram (Abraham, Ibrahim), selisihnya dengan bapanya Terah mengenai pemahatan berhala-berhala pujaan, keinginannya untuk menemukan kembali keyakinan yang asli tentang Yahuwa; keberangkatannya bersama keponakan-keponakannya dari kota kelahirannya, kota tua Ur, dalam wilayah Kaldani (Irak), menyeberangi sungai Euphrate menuju tanah Kanaan (palestina) pada belahan barat, pergi ke Masir dan pulang kembali serta menetap bersama keluarganya di tanah Kanaan itu, dan kisah turunannya. Karena dia itu Orang Seberang, yakni dari seberang sungai Euphrate maka penduduk di tanah Kanaan itu biasa pula memanggilkannya dengan Ibrani (Orang Seberang). Keluarga yang dibawanya dari daerah sungai Euphrate itu beserta silsilah turunannya tercatat sebagai berikut :   Nahor Aram     Yakub 12 Suku Ismail Edom   Moab Ammon Abraham itu kecuali beristerikan Hajar yang melahirkan putera tertua bernama Ismail. dan beristerikan Sarah yang melahirkan putera bernama Ishak, maka Abraham itupun beristerikan dua yang melahirkan enam putera : Zimzan, Koksan, Modan, Midian, Ishak, dan Suah. Hajar dan puteranya Ismail pindah ke padang belantara Paran (Hijaz) dan turunannya kembang-biak disitu. Ishak punya putera tertua bernama Yakub. yang bergelar Israil, dan dari 12 putera Yakub itulah lahir turunan 12 suku lsrail. Kitab Kejadian Pasal XXXIX sampai Pasal XL, yang merupakan Pasal terakhir mengisahkan peristiwa Nabi Yusuf, putera termuda dari Nabi Yakub itu: dibuang II saudaranya ke dalam telaga, ditemukan kafilah dagang menuju Masir, dijual kepada Raja, isteri Raja tergoda oleh kemolekan Yusuf, difitnahkan isteri Raja hingga dimasukkan ke dalam penjara, ramalan Yusuf dalam penjara tentang mimpi Raja, diundang Raja memegang tampuk kekuasaan, tujuh tahun musim makmur dan tujuh tahun musim paceklik, kedatangan saudara-saudaranya dari tanah Kanaan ke Mesir untuk membeli gandum, tipu muslihat Yusuf terhadap saudara-saudaranya itu, hingga akhirnya saudara-saudaranya itu terpaksa membawa bapanya Yakub ke tanah Mesir, lalu 12 suku Israil itu menetap di tanah Masir dengan turunannya selama 400 tahun, menjelang dibebaskan Nabi Musa dari penindasan Pharao. Bagian yang terakhir itu dikisahkan di dalam Kitab Keluaran (Exodus).